Preambule
Udara subuh Palembang
menjadi saksi bisu tentang kehadiran kurang lebih 1200 orang muda yang berasal dari
26 paroki di 3 propinsi yakni Bengkulu, Jambi dan Palembang. Bentuk wajah dan
baju yang sudah lusuh tidak menyurutkan semangat muda ini untuk berlaga dalam
kedewasaan iman, pengetahuan dan tindakan yang dikreasikan dalam beberapa bentuk kegiatan. Lelah akibat
diombang-ambingkan jalanan dan bau bensin mobil yang mereka tumpangi masih
tercium dari aroma tubuh mereka ketika memasuki arena KYD.
Mentari pagi pun ikut mengawali langkah Orang
Muda Katolik (OMK) se-Keuskupan Agung Palembang dalam perhelatan akbar
Keuskupan Agung Palembang Youth Day (KYD) pada tanggal 26 Juni 2012. Agenda 4
tahunan Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Palembang ini digelar kembali dengan
wajah dan konsep baru dalam tema ‘Menjadi Orang Muda Katolik yang Dewasa dalam Iman,
Pengetahuan dan Tindakan’. Tidak hanya tema besar, jargon-jargon kegiatan
KYD juga turut meramaikan aktifitas kaum
muda selam 4 hari ke depan seperti connecting,
sharing, empowering atau ‘menggereja yes, berteknologi oke’.
Hiruk pikuk
kegiatan KYD sudah tampak sejak pagi
mewarnai area tempat berlangsungnya event yang berlokasi di Komplek STT-STIE
MUSI dan Xaverius 1 Palembang. Sebagian OMK sudah mulai bergegas dengan segala
pernak/perniknya dalam rangka mempersiapkan ‘rumah kecil’ sebagai stand pameran
kekayaan gereja masing-masing paroki. Stand bukan sembarang stand tapi stand
yang diisi dengan jiwa orang muda berupa dekorasi kreatif yang mencirikan
paroki masing-masing, barang-barang unik yang lahir dari tangan-tangan OMK dan
tak ketinggalan barang dagangan yang mungkin ditujukan untuk menambah uang
jajan para kontingen paroki di Negeri Pempek dan Kemplang ini.
Ibadah plus pagi ini adalah
suara panitia melalui pengeras suara, gergaji, palu, suara musik latihan para
singer dan animator, celoteh para suster dan romo atau panitia yang siap
mengatur acara dan teknis acara. Suasana pagi ini riuh redam ibarat pasar
rakyat atau pesta panen rakyat.
Acara akan dibuka misa pembukaan pada jam 15.30 yang
dipersembahkan oleh Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ sendiri beserta puluhan romo dan
perarakan Salib KYD oleh para serdadu-serdadu ala Romawi. Misa akan
dipadupadankan dengan budaya-budaya umat yang berdomisili di Keuskupan Agung
Palembang sebagai satu kekayaan gereja. Maka lahirlah Misa Pembukaan dengan
gaya orang muda yang natural karena diadaptasi dari budaya yang tumbuh dan
disirami dengan Iman Kristiani sehingga menjadi sebuah perpaduan dan pertanda
bahwa keselamatan dan gereja lahir ditengah-tengah budaya umat setempat.
Bukan hanya artis ala
gereja saja yang akan tampak dalam pesta besar orang muda ini. Para pelaku
dunia pemerintahan dan KWI juga ikut nimbrung diantaranya Dirjen Bimas Katolik
Bpk. Semara Duran Antonius, Walikota Palembang Ir. H. Eddy Santana Putra, MT, dan
Sekretaris Eksekutif Komisi Kerasulan Awam KWI yakni Rm. Guido Suprapto, Pr.
Maka sebuah dukungan dan motivasi besar bagi orang muda dikunjungi dan
disemangati oleh ‘orang tuanya’ untuk berproses bersama dalam kedewasaan.
Pada kesempatan ini
Wali Kota Palembang ‘balik kandang’ mengenang masa bersekolah di Xaverius I
untuk menyapa para peserta dengan sebuah lagu India Tera Jana untuk
menyemangati seluruh orang muda yang memiliki kesamaan dari segi budaya dan
bahasa. Dalam kesempatan ini, beliau berharap bahwa orang muda mampu membawa
perubahan dan perkembangan bagi daerah masing-masing selincah penari India
dengan menjauhi Narkoba. Bapak Uskup juga tak lupa mengingatkan orang muda untuk
berhasrat agar bisa ikut dalam IYD yang akan diadakan bulan Oktober di Sanggau.
Pertemuan akbar ini
dikonsep bukan hanya sekedar menjadi ajang ngumpul-ngumpul OMK atau sekedar
mendengar celoteh atau temu kangen para sahabat lama. Namun merupakan satu konsep
menyeluruh yang melibatkan daya pikir, rasa dan tindakan. Dibalik semua proses
yang repot ini, di luar dari kesan bahwa banyak kekurangan penyelenggara, acara
ini memiliki konsep matang yang harapannya berdampak dalam pola pikir dan daya
juang orang muda ke depan.
Warna-Warni
Rohani di KYD
Mengusung
tema yang cukup sarat makna dan ilmu ‘Menjadi Orang Muda Katolik yang Dewasa dalam
Iman, Pengetahuan dan Tindakan, KYD kali ini memang luar biasa menguras tenaga
para pesertanya bukan saja masalah persiapan dana dan segala tetek bengeknya
tetapi syarat pamungkas dari panitia yang mewajibkan peserta untuk mengikuti
pendalaman iman di paroki masing-masing
peserta. Bukan hanya sekedar sarana ‘menjinakkan’ peserta, strategi
sederhana namun cukup ampuh ini mencoba memberi manfaat lain bagi peserta yang
datang ibarat ‘sekali dayung dua tiga pulau terlampaui’. Alhasil, seluruh
peserta ‘dipaksa’ untuk mendalami iman Katolik yang dikemas dalam pendalaman
iman pra KYD.
Salah satu
kegiatan dalam KYD tersebut adalah gladi kerohanian yang dibagi menjadi 4 bagian diantaranya debat iman, berpadu
dalam pujian, monolog katekese dan cepat-tepat iman katolik. Maka para peserta
akan sangat beruntung jika mampu mengikuti pendalaman iman karena seluruh
materi dalam lomba tersebut merupakan hasil pendalaman iman yang dilaksanakan
di paroki masing-masing. Pertanyaan mendasar adalah ‘apakah seluruh paroki dan
peserta mengikuti dan mempersiapan pendalaman iman tersebut?’
Gladi
rohani di mulai pada hari ke dua yang dilaksanakan serentak dibeberapa tempat.
Babak penyisihan debat yang diadakan di aula Xaverius yang dibuka dengan
‘mengadu’ peserta yang berasal dari satu distrik. Namun, debat yang
ditandingkan bukan debat para pelaku politik seperti yang biasa kita lihat di
tv dalam rangka pilkada, pilpres, pilwako atau pemilihan lainnya. Debat yang
ditampilkan dalam KYD tersebut adalah debat iman yang mempertanggung jawab
iman.
Istilah debat berasal dari bahasa Inggris, yaitu
debate yang berarti kegiatan
adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun
kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan.( http://endonesa.wordpress.com)
Tujuan
dari debat sendiri adalah upaya kedua belah pihak yang mencoba membangun suatu
kasus dengan didukung oleh argumen–argumen yang mendukung kasus mereka dimana
cara membuat satu argumen yang baik dan benar. Maka peserta harus mampu
mempertahankan argumen-argumen yang mendukung posisi mereka apakah sebagai pro
atau kontra dengan menggunakan sumber-sumber yang dipersiapkan.
Materi debat yang
diambil merupakan hal-hal yang biasa kita jumpai sehari-hari, misalnya saja
dukungan terhadap teman yang berpacaran beda agama, frater yang kelewat aktif
mendampingi orang muda, EKM yang dimodifikasi gaya orang muda, para klerus yang
berpolitik, boleh tidaknya menerima komuni lebih dari sekali pada hari yang
sama. Maka sebagai orang muda yang dewasa dalam iman, pengetahuan dan tindakan
harus mampu mengutarakan opininya dalam mendukung atau menolak topik tersebut dengan memakai sumber-sumber
yang pendukung seperti KHK, KGK, Alkitab, atau
sumber-sumber pendukung lainnya. Pada
babak final debat melahirkan dua petarung distrik yaitu Cubengtuling dan
Petasan yang akhirnya dimenangkan oleh Distrik Cubengtuling. Maka Petasan harus
mengalah untuk duduk di posisi juara ke dua bersama Distrik Yoshimura sebagai
pemenang ke tiga.
Bentuk
gladi rohani yang lainnya adalah monolog katekese. Secara harfiah monolog adalah suatu ilmu terapan
yang mengajarkan tentang seni peran dimana hanya dibutuhkan satu orang atau
dialog untuk melakukan adegan/sketsanya. (http://ml.scribd.com/).
Maka dalam monolog katekese ini, para peserta harus mampu menguraikan ajaran
gereja seperti tradisi gereja, kitab suci, visi misi keuskupan, KHK, dll. Bukan
sekedar berani cuap-cuap tetapi peserta harus mampu memberikan informasi
berdasarkan sumber terpercaya. Ajang ini menetaskan 3 jawara monolog katekese
yaitu RPM, Sapartus dan Sijambu.
Gladi
Rohani yang lain adalah cepat tepat iman katolik yang dilaksanakan dalam dua
sesi; babak penyisihan melalui pertanyaan tulisan dan battle sebagai final.
Peserta harus mampu menjawab pertanyaan seputar gereja katolik meliputi tradisi
gereja, ajaran gereja dan lain-lain. Pada akhir babak battle, para peserta
ditantang untuk mengatur strategi dan mengasah pengetahuan dengan satu
pertanyaan pamungkas. Diakhir proses yang sengit ini lahirlah 3 jawara distrik
yakni Yoshimura, Sijambu dan Petrita.
Walaupun
pada akhirnya gladi ini meninggalkan perdebatan dengan pertanyaan ‘dapatkah
seluruh umat beriman menerima 7 sakramen’, hendaknya kita mampu melihat seluruh
proses gladi ini dari kaca mata iman bukan sekedar masalah siapa yang menang
dan kalah atau pantas dan tidak pantas. Paling tidak kita sudah mampu
memperdebatkan iman kita walaupun hasilnya belum maksimal.
Gladi
rohani yang terakhir adalah berpadu dalam pujian yang mengasah kemampuan
peserta dalam menebak judul lagu, melanjutkan lirik lagu, menebak lagu sesuai
dengan masa liturgi gereja dan menyanyikan mazmur tanggapan yang dipilihkan
oleh juri. Dalam proses ini, bukan hanya peserta yang ikut menebak-nebak atau
penasaran untuk setiap pertanyaan yang dilontarkan juri, bahkan penonton juga
ikut was-was dan penasaran. Untungnya yang menjawab pertanyaan hanya peserta
bukan seluruh penonton, jika tidak maka KYD akan mendapat Rekor Muri karena menyelenggarakan lomba cepat
tepat dengan peserta terbanyak. Namun, ternyata juri harus memutuskan hanya 3
juara saja dalam perlombaan ini yakni Sijambu sebagai juara 1 yang diikuti oleh
Yoshimura 2 sebagai juara 2 dan Tahata sebagai juara 3.
Pada akhir
seluruh proses gladi rohani ini, setiap orang yang dituntut untuk merefleksikan
dan mengaksikan apa yang sudah kita dalami dan ikuti dalam proses KYD
secara keseluruhan . Dewasa dalam iman
dimana mampu memusatkan perhatian kepada Kristus bukan pada diri sendiri saja, memberikan
diri kita untuk pekerjaan-pekerjaan Allah di dunia, tidak mudah bertengkar dengan sesama, terutama dengan sesama
umat, mau dengan hati lapang memikul salib yang Tuhan
izinkan terjadi
di dalam kehidupan kita dengan harapan akan kebangkitan bersama Kristus, kita mau mengikuti seluruh ajaran dan kehendak Tuhan dan
tidak memilih-milih dan menyesuaikan dengan kehendak kita sendiri. How?
Gladiator KYD
Mari beralih pada
kegiatan yang menguras tenaga melalui gladi jasmani yang dilakoni oleh para pria
dan wanita perkasa. Kegiatan gladi jasmani diadakan untuk meningkatkan
kebersamaan dan menjunjung tinggi sportifitas sebagai orang muda Katolik.
Sayangnya kegiatan ini dilaksanakan pukul 14.00 wib dimana pemain selain
bertarung antar tim juga bertarung dengan sang matahari yang cukup terik. Dikelilingi
oleh gedung-gedung bertingkat antara sekolah Xaverius dan STTT MUSI lapangan
ini menjadi momentum berharga bagi orang muda dalam bertanding.
Gladi jasmani ini
mempertontonkan tiga (3) cabang olahraga diantaranya futsal putra dan putri,
volley putra dan volley putri dan badminton beregu. Bukan udara saja yang panas
karena seluruh yang hadir juga panas sehingga timbul api-api kecil akibat gesekan
antar pemain yang menimbulkan emosi, tatapan tajam antar pemain atau lontaran
bahasa-bahasa surga yang tidak dapat terhindarkan dalam proses ini. Gesekan ini terkadang timbul akibat
wasit atau hakim garis yang kurang teliti dan cermat memimpin pertandingan
membuat ketidakpuasan di antara pemain dan penonton atau saling sikut dan
senggol selama bertanding. Walaupun demikian, pertandingan final futsal putra berhasil
mendudukkan Petasan sebagai juara 1, diikuti Cubengtuling
sebagai juara 2 dan Petrita sebagai juara 3.
Semangat supporter dan
pemain bukan hanya terfokus pada pertandingan futsal putra saja tetapi dalam
pertandingan futsal putri. Para Putri Sion juga mencoba menjajal kemampuan
mereka dalam olah raga yang biasa dimainkan oleh kaum adam ini. Tak hayal
beberapa gerakan-gerakan di luar dugaan mengundang tawa penonton. Atau ketika
pemain serius menendang bola, terlintas benda aneh di udara yang ternyata
adalah sepatu salah satu pemain. Namun, rasa geli tersebut tak menyingkirkan
niat putri-putri tangguh ini untuk berlaga bak pria dan merebut juara
diantaranya tim futsal Petrita, Sapartus dan Sijambu
Pertandingan lain yang
tak menarik adalah badminton dengan sistem pool yang di warnai juga dengan
pertandingan yel-yel untuk menyemangati para pemainnya. Dalam sekejap
pertandingan badminton tersebut serasa berubah menjadi auditorium tempat kontes
nyanyi. Para putra/putri gereja ini bertanding bak para pejuang Thomas dan Uber
Indonesia yang sedang berlaga. Walau bukan piala Thomas dan Uber yang didapat
nantinya, tapi olah raga ini melahirkan para calon pengganti Susi Susanti dan
Alan Budi Kusuma yang berasal dari Distrik Petasan, Yoshimura dan Tahata. Sedangkan
diajang bola volley putri sendiri, Distrik Petrita, Cubengtuling dan RPM
berhasil melahirkan juara-juara baru dalam olah raga ini dan diikuti juara di
volley putra berhasil direbut oleh Petrita, Sapartus dan Cubengtuling.
Namun secara
keseluruhan, seluruh proses yang berlangsung dalam pertandingan ini mencoba
menghantarkan setiap kita dalam berefleksi dan beraksi.
Pensi
KaPal
Pensi ala anak-anak muda KaPal ini terbilang unik
karena menampilkan ragam budaya dan skill para muda yang beraksi dalam bentuk drama,
boy band, dance, nyanyi atau medle seluruhnya. Penampilan 24 paroki yang dibagi
selama 3 malam menjadi hiburan rakyat yang menampilkan kekayaan gereja dan
pewartaan iman. Pensi ini diwarnai dengan banyak tawa lucu dari penonton akibat
ulah unik para peserta pensi yang berpenampilan ala hewan atau ‘bencong’.
Walaupun hadir 6 juara melalui penilaian juri yakni OMK Paroki Santa Maria-Tugumulyo, OMK Paroki Santa
Theresia-Jambi, OMK Paroki Santo Petrus-Kenten, OMK Paroki Santo
Stefanus-Curup, OMK Paroki Santo Yoseph-Palembang, OMK Paroki
Trinitas-Bangunsari tapi seluruh penampilan yang
dipersembahkan setiap paroki merupakan juara sebagai bentuk orang muda yang
kreatif dalam berkreasi dalam iman dan pewartaan.
Kegiatan
Pendukung
Jangan anggap remeh
dengan pendukung karena nilai dan muatan positif yang tak kalah menarik
ditawarkan kegiatan ini. Kegiatan ini diawali dengan seminar yang dibagi dalam
beberapa sesi seperti enterprenership, politik, lingkungan hidup, IYD dan OMK,
IT yang dibawakan oleh pemateri yang berkompeten di bidangnya seperti Rm
Yohanes Dwi Harsanto, Pr, Paulus
Poniman,
Yoseph Handoko, Matheus Sunoto, Rm. Guido Suprapto, Pr. Kegiatan ini mencoba
mengajak dan memotivasi orang muda untuk berkarya dan merasul melalui banyak
segi kehidupan.
Selain itu, selama kegiatan KYD berlangsung diadakan
pelatihan kilat bagi orang muda yang berminat dalam jurnalistik, photography
atau pembuatan film KYD yang difasilitasi oleh Heribertus Suharyanto dan Ino
Prabowo dan Agustina Cicit. Bukan sekedar jadi jurnalis, photographer atau
movie maker dadakan namun menantang peserta untuk menampilkan hasil bidikan dan
goresan terbaik mereka dalam perlombaan.
Akhir
Perjalanan Panjang
Secara keseluruhan
proses persiapan, pelaksanaan dan penutupan acara KYD adalah proses pendewasaan
bagi setiap individu yang terlibat di dalamnya baik sebagai peserta, panitia,
pengunjung, simpatisan atau siapapun. Bukan hanya kedewasaan pada saat
pelaksanaan yang dituntut tapi bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai
tersebut dalam gerak dan laku. KYD sesungguhnya adalah kehidupan itu
sehari-hari baik dalam keluarga, sekolah, pekerjaan dan gereja.
Misa penutupan yang
menandai akhir dari proses 4 hari ini tak kalah memukau karena dikemas melalui
gelar budaya dan memberi pesan yang cukup mendalam bagi orang muda mempertanggungjawabkan
karunia sesuai dengan baptisan yang diterima. Apapun motivasinya dalam
mengikuti KYD ini, biarlah semuanya bermuara pada tema yang mendalam ‘Menjadi
Orang Muda Katolik yang Dewasa dalam Iman,
Pengetahuan dan Tindakan’. Bukan sekedar tema kegiatan dalam proposal tapi tema
yang akan diamini dan dihidupi oleh orang muda sebagai gereja masa kini dan
masa depan.
. Saat
Gerimis Tengah Malam
SefTonErs’ atas Nama OMK Paroki St. Teresia Jambi.