Ada satu pengalaman Atnasus ketika mengikuti sebuah retreat, terkait metode pertemanan. Metode tersebut Atnasus sebut TTM/teman tapi mesra. Teknisnya sederhana. Begini, pada awal proses, fasilitator membagikan carik kertas yang berisi nama tiap peserta secara acak. Atau peserta mengambil sendiri juga boleh. Tiap peserta akan mendapat sebuah nama teman yang ikut retreat, jika dia mendapatkan namanya sendiri, maka harus dipertukarkan. Prinsipnya tiap peserta memegang nama 1 peserta lainnya. Tugas tiap peserta adalah selama proses senantiasa memperhatikan sang teman tadi, dengan memberi perhatian lebih dari teman-teman lainnya. Syaratnya, orang yang diperhatikan jangan sampai tahu siapa gerangan yang memperhatikannya? Mirip main kucing-kucingan. Kita diharapkan memberi perhatian pada seseorang, namun jangan sampai ketahuan, disaat yang sama pasti ada orang yang akan memperhatikan kita, namun dia berusaha supaya tidak kita ketahui. Malaikat pelindung, itulah konsepnya. Kita menjadi malaikat pelindung bagi orang lain.
Akibat dinamika tersebut muncul berbagai ide menarik dan kreatif untuk ber TTM. Ada yang memberikan surat motivasi secara sembunyi-sembunyi, atau titip teman lainnya. Ada yang ketika selesai makan memberikan jatah buah pisangnya pada sasarannya, bisa langsung memberikan (dengan resiko ketahuan) atau dititipkan pada orang lain. Ada yang (entah terlihat disengaja atau tidak) membantu menyelesaikan tugas dan berbagai tindakan kreatif lainnya.
Pada akhir proses diadakan kuis, apakah tiap orang tahu siapa malaikat pelindungnya selama proses retreat berlangsung? Jika tahu kenapa jika tidak kenapa? Ya tidak apa-apa…sich. Namun yang jelas TTM memberi pengalaman bagaimana kita diharapkan selalu melindungi/memperhatikan orang lain. Hal tersebut juga mengasah kepekaan bahwa untuk memberi perhatian, tidak harus diperlukan hal-hal yang menghebohkan. Sekedar sapaan juga bisa memberi arti bagi orang lain, apalagi jika dilakukan dengan tulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar