1. Pacaran Beda Keyakinan
Ini adalah editan salah satu postingan di fb http://www.facebook.com/Komisi.Kepemudaan.KAPall
Ini adalah editan salah satu postingan di fb http://www.facebook.com/Komisi.Kepemudaan.KAPall
Kata/ kalimat yang diblok warna kuning menandakan hal-hal yang tidak erat terkait dengan tema utama pembahasan.
Sahabat Anda sudah lima bulan berkenalan
akrab dengan seseorang yang disukai dan ditaksirnya. Selama lima bulan sudah
sering mereka bertemu untuk saling ngobrol, diskusi, belajar bersama,
jalan-jalan, bahkan beberapa kali sahabat Anda sudah diajak bertandang ke keluarga
orang yang ditaksirnya tersebut. Mereka tampak senang dengan proses tersebut,
apalagi mereka mulai merasakan kebahagiaan ketika berinteraksi. Memang tidak
ada pernyataan definitif bahwa mereka berpacaran, tetapi sampai saat ini mereka
juga tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Yang mereka tahu dan rasakan,
sepertinya mereka sudah saling cocok, menerima, mengerti, dan mencintai. Mereka
pun tampaknya siap melanjutkan hubungan tersebut pada taraf yang lebih serius.
Walaupun sahabat Anda seorang Katolik, sementara orang yang disukainya tersebut
beragama Kristen Protestan, tampaknya itu tidak menjadi ganjalan bagi relasi
mereka. Pada suatu ketika, sahabat Anda minta dukungan Anda akan
keberlangsungan hubungan mereka. Sebagai seorang sahabat yang diminta pendapat
dan dukungannya, tentu anda perlu menyampaikan pendapat.
(salah satu ilustrasi yang melatarbelakangi
konteks soal Debat “Mempertanggungjawabkan Iman Katolik” KYD 2012)
Komkep Keuskupan Agung
Palembang Silahkan kalau ada teman-teman yang mau
mengomentari; pasti akan memberi "sesuwatu" pada mereka yang sedang
memersiapkan Gladi Rohani, khususnya Debat.
Lanie Wijaya Kalau cuma Katolik dan Protestan tidaklah sulit asal saling
mencintai mereka dapat kawin campur menurut agama Katolik, yang artinya
masing-masing dapat menjalankan iman masing-masing tanpa halangan, buat saya yang
penting masih pengikut Kristus dan masih merayakan Natal dan Paskah.
CLara Sarita
Bagariank Karena adanya halangan pernikahan beda
gereja dan beda agama, semuanya tidak masalah dan memang kalau mereka sudah
yakin dan bertanggungjawab atas segala akibat yang akan dijalani, terutama untuk
anak yang harus dibaptis secara Katolik.
Fransischa Chiee Hmm, mungkin memang sulit memutuskanya, karena ini berkaitan
dengan iman. Tapi jika itu harus terjadi, mereka pacaran, dan akhirnya pun
menikah. Ya mungkin, bisa menikah secara dispensasi, kalau yang calonya itu tetap
pada imannya sebagai seorang Kristen Protestan. Tapi jika calonnya itu tidak
mau menikah di gereja Katolik, ya mungkin memang harus mengalah. Memang sulit
melepaskan iman kita yang sudah dibabtis bertahun-tahun. Tapi bagi saya semua
agama itu mengajarkan kebaikan, dan 1 yang disembah yaitu Tuhan. Dan Tuhan, sudah
merencanakan itu semua, karena jodoh Tuhanlah yang memberi.
Antonius Ariyanto
Pendapat saya: kalau sebatas baru pacaran sih tidak apa-apa
beda agama, asalkan jangan kebablasen, tetapi kalau sudah pada jenjang
pernikahan ya tetap harus bertahan pada iman Katolik, secara umum memang antara
Katolik dan Kristen itu sama,tetapi itu adalah hal yang serupa dan tidak sama.
Apapun alasannya itu menjadi salah satu halangan pernikahan, dan ke depannya
tetap akan menjadi salah satu kendala yang sulit di dalam keluarganya, misalnya
di dalam mendidik anak, tentu dari setiap pribadinya akan di didik sesuai
dengan agamanya. Apapun alasannya tetap lebih aman satu agama, dan dalam hal di
atas salah satu harus mau menjadi Katolik dulu, di dalam sakramen pun kalau
beda agama mereka tidak saling menerimakan sakramen tetapi hanya pemberkatan
pernikahan saja kalau beda agama/beda gereja. Marilah ini menjadi bekal dan
perisapan kita semua sebelum kita melangkah, mencegah lebih baik
CLara Sarita
Bagariank Mempertanggungjawabkan iman katolik, sesuai
cerita di atas tertulis "tampaknya agama tidak menjadi ganjalan bagi
relasi mereka" menurut saya kalimat itu menyatakan kalau mereka bisa
berani yakin dan bertanggungjawab atas sgala hal yang akan terjadi. Dari sudut
keluarga kita tidak tahu apakah mereka akan merencanakan pernikahan secra Katolik
atau Protestan. Karena ada suatu perjanjian yang akan mereka laksanakan jika
menikah secara Katolik terutama untuk anak dan jika itu tidak jadi masalah bagi
mereka seperti yang saya katakan tadi. Semuanya tergantung kepada mereka.
Fransischa Chiee Semua jawaban ada pada hati mereka masing-masing. Karena
semua kembali pada hati mereka, dan merekapun lah yang akan menjalankannya
kelak. Karena pada suatu pernikahan selalu ada komitmen, positif dan negatifnya
pasti sudah mereka pikirkan, sehingga apapun keputusanya tetap yang terbaik bagi
mereka.
Sarda Manalu
Katolik sama Protestan sebenarnya tidaklah ada yang
diperdebatkan sama-sama satu yaitu memuji Tuhan Yesus Kristus, kecuali yang
tidak mengakui Yesus adalah sebagai Sang Juru Selamat baru harus benar-benar
dengan khusus untuk didoakan, itu juga jika Tuhan mengizinkan membawa jiwa yang
baru untuk memuji Dia boleh-boleh saja dengan catatan orang tersebut mau mengikut
Yesus selama hidupnya. Tuhan mengizinkan Katolik dan Protestan itu ada di dunia
ini semua tetap satu supaya umatnya saling membangun, sama seperti tangan kanan
dan kiri, masing-masing punya tugas yang berbeda, tetapi tetap satu tubuh tidak
dapat dipisahkan dari anggota tubuh lainnya. Yang penting Protestan yang
mengakui Yesus sebagai Juru selamatnya.
Cornelius Pulung 1. Ketika pada
tahap pacaran, tentu tidak masalah bila memiliki pacar yang berbeda agama.
Namun bila hendak melanjutkan ke jenjang pernikahan, maka sebaiknya seorang Katolik
mengupayakan agar pasangannya juga menjadi Katolik.
2. Bila orang tua
atau pihak Protestan tidak ingin menjadi Katolik, maka, dengan segala hormat
hubungan yang ada harus diakhiri. Banyak orang bilang "cinta itu perlu
pengorbanan". Namun ini tidak berlaku bila berhubungan dengan agama,
khususnya bagi orang Katolik. Cinta terhadap Tuhan dan Gereja Katolik haruslah
diutamakan diatas segalanya daripada cinta terhadap manusia.
Perintah utama
adalah "Kasihilah Allahmu...". Yesus, Allah kita, mendirikan Gereja
Katolik (Mat 16 : 18), dan Ia adalah Kepala, Gereja adalah Tubuh-Nya (Kol
1:18,24 ; Ef 5 : 23, 30). Mencintai Allah berarti juga mencintai Gereja.
Keduanya tidak terpisahkan.
3. Suami istri yang
berbeda keyakinan, bukan merupakan pasangan yang ideal khususnya dalam
membesarkan anak kelak. Bagaimana pendidikan moral dan agama si anak? Anak mau
ikut yang Katolik ataupun Protestan? Walaupun secara sepintas Katolik dan Protestan
terlihat sama, namun terdapat perbedaan yang sangat mendasar khususnya dalam
ajarannya (misalnya berdoa untuk orang yang telah meninggal, berdevosi kepada
Maria, kitab suci sebagai satu-satunya sumber iman, hanya iman yang
menyelamatkan alias sola fide, dst)
Toh kalaupun si
anak dibaptis Katolik, apakah nanti orang tua siap menjawab berbagai pertanyaan
si anak seputar agama? Bisa-bisa si anak mendapatkan pemahaman yang keliru
karena adanya perbedaan pandangan dari pihak Katolik dan Protestan.
4. Lamanya sebuah hubungan berpacaran, ataupun seberapa kuat perasaan cinta yang dimiliki, terkadang tidaklah cukup untuk menentukan apakah seseorang layak untuk dijadikan pendamping hidup. Karena cinta sejati tidak diukur dari seberapa kuat perasaan atau emosi yang dimiliki, juga tidak diukur dari lamanya sebuah hubungan. Paus Yohanes Paulus II memberikan sebuah penjelasan yang indah: “Kekuatan cinta muncul paling jelas ketika kekasih kita tersandung, ketika kelemahan dan dosanya menjadi terbuka. Seseorang yang sungguh mencintai tidak menarik cintanya, tapi semakin mencintainya, mencintai dalam kesadaran penuh akan kekurangan dan kesalahan yang lain, dan tanpa menyetujui kesalahan tersebut. Karena seorang pribadi tidak pernah kehilangan nilai esensialnya. Emosi yang melekatkan dirinya pada nilai pribadi tetap setia kepada manusia” (dikutip dari buku Love and Responsibility, hal. 135)
Romelia
Simatupang Yang jelas Katolik, Kristen sama-sama menyembah
Yesus. Tuhan telah merencanakan smua indah pada waktunya. Jadi itu tergantung kebijakan
dan tanggung jawab mereka.
Antonius Ariyanto
Setuju dengan pendapat mas Cornelius Pulung.
CLara Sarita
Bagariank Berbahagialah mreka berpasangan beda
gereja/agama tapi bisa mempertanggungjawabkan iman masing-masing (pastinya mereka
sudah KPP) dan tahu akan konsekuensi yang akan terjadi kemudian. Siapapun tahu hal
itu tidak akan pernah ideal. Selanjutnya ke depan
apa yang terjadi semua tergantung kepada mereka. Hanya memberi pendapat dan
tidak memaksakan pendapat, komentar teman-teman
semua bagus.
Andre
Bahar Sebuah kapal tidak mungkin mempunyai dua
orang nahkoda.
Irine Nurheman Clara
Saya pribadi mengalaminya, saya menikah "beda
gereja" dengan dispensasi, kedua anak ikut agama saya, kebetulan suami
saya Protestan, tapi untungnya suami saya orang yang pengertian, dia sama
sekali tidak membeda-bedakan agama, yang penting sama-sama gereja, dan malah
suami saya juga yang mengingatkan kapan anak kami dibaptis secara Katolik, untuk
berdoa malampun jika anak saya tidak membuat salib pasti dia bilang "kok
gak buat tanda salib". Puji Tuhan dari awal nikah tidak ribet karena suami
mau menikah secara katolik dan terima dispensasinya :) Jadi balik lagi ke
masing-masing pribadi saja kalau memang mau nikah beda gereja. GBU.
Aditya Krista Kembali ke Tema: Mempertanggungjawabkan Iman Katolik. Pertanggungjawaban
biasanya diminta dalam kondisi real dan bukan dalam impian ideal. Kalo omong
ideal ya kita akan bilang ya satu rumah satu keluarga harusnya satu agama,
pacaran ya cari yang seiman donk, dst. Tapi mari angkat realita bahwa Indonesia
itu multikultur, dengan 5 agama di dalamnya. Prinsip-prinsip dalam Disparitas Cultus dan
Mixta Religio saya kira lebih dari cukup sebagai pertolongan pertama. Iman
Katolik akan tampak dalam setiap tindakan dan keputusan yang dipilih.
Andre
Bahar Mau disparitas cultur kek atau mix religi kek,
apalah itu terserahlah ribet amat. Kita harus tahu aturan Gereja jelas tidak
bisa diganggu gugat, yang Katolik harus menikah di Gereja, pasangan yang non
Katolik harus mengikuti aturan mainnya, kalau tidak mau, putus saja, ini mudah
semudah membalikkan telapak tangan, tapi kalau perasaan sudah bermain, gak bisa
ngomong lagi gua. 'Cinta' yang membutakan iman bukanlah cinta yang sebenarnya,
karena yang utama itu mencintai Tuhan yang adalah cinta itu sendiri. Pikir pake
otak jangan pakai hormon dan nafsumu, kawan ini yang bakal kubilang dengan
temenku, senang tidak senang itu urusan dia, terima tidak terima itu urusan
dia, tapi saya tetap mendoakan dia yang terbaik.
Yusuf
Yusufnundimangngori Dasar perkawinan adalah cinta. Menentukan
pasangan hidup adalah bebas, tidak memandang suku, agama, ras, pendidikan, dll.
Kasus di atas adalah beda agama (Katolik dan Protestan) dan mereka tidak
mempersoalkan itu. Dalam artian tidak menjadi halangan. Maka, langkah pertama yang
diambil adalah ajak yang Protestan masuk Katolik, jika tidak mau, ambil langkah
kedua, yaitu perkawinan dispensasi, dengan segala resiko dan tanggung jawab,
termasuk mendidik anak secara Katolik.
Irine Nurheman Clara
Betul itu, kita menikah kalau bukan karena dasar cinta tidak
akan menikah (kecuali dijodohkan), semua balik lagi ke masing-masing pribadi
kok tidak ada yang direpotkan, pasangan mau pindah Katolik bagus,kalaupun pakai
dispensasi juga artinya sudah baik, karena pasangan mau dinikahkan secara Katolik,
harusnya kita bisa menghargai keputusan tersebut. Memeluk agama adalah kepercayaan
masing-masing pribadi jadi tidak bisa kita paksakan, toh pada akhirnya orang-orang
yang protes juga tidak akan bantu masalah rumah tangga kita-kan? Mereka hanya
bisa bicara di depan tapi segala macam kesulitan yang ada di dalam rumah tangga
nanti hanya kita dan pasangan saja yang bisa menyelesaikan. Dan semua
pertanggungjawaban kita sama yang di atas kok bukan sesama manusia :) Kalau pada
akhirnya dia memang jodoh kita yang diberikan Tuhan, kita mau bilang apa? Mau
menunggu yang seiman datang? Kalau tidak datang-datang juga? Belum tentu loh
seiman itu juga baik dan tenteram. Jadi semua masalah itu harus dilihat dari
sisi negatif dan positifnya juga, pikir dengan kepala dingin sebelum
memutuskan, karena pernikahan secara Katolik untuk seumur hidup sekali :)
Andre
Bahar Kita tidak diwajibkan untuk menikah, agama
kita tidak seperti agama sebelah, kalau jodoh tidak datang-datang juga, mungkin
itu panggilan Tuhan kepada kita untuk selibat. Hidup cuma sekali, choose wisely.
Irine Nurheman Clara
Silahkan, itu masing-masing pribadi, karena saya hanya
berbagi pengalaman saya dan ternyata memasuki pernikahan tahun ke-6 dan kalau
dihitung dengan masa pacaran yang 11 tahun, saya seperti di atas yang saya
bicarakan, semua saya balikkan ke pribadi masing-masing mau menikah silahkan,
mau selibat juga silahkan. Tuhan
juga mengajarkan hidup itu berpasang-pasangan, kalau tidak untuk apa ada cerita
Adam dan Hawa :) Kasus sekarang juga yang mau selibat tidak semua pasti maju menjadi
seorang romo kan? Banyak juga kan yang gagal padahal katanya panggilan, kalau memang
panggilan kenapa bisa gagal? So jangan terlalu fanatik menghadapi hal-hal begini,
semua pasti ada jalan tergantung kita saja. Saya juga mau menikah dengan
suami selain saya cinta, karena sebelumnya saya sudah berdoa novena memohon
petunjuk apa benar yang menjadi suami saya adalah pilihan yang tepat, dan
jawabannya iya :)
Andre
Bahar Cerita Adam dan Hawa tidak ada hubungannya dengan selibat. Saya bilang
selibat bukan berarti menjadi seorag Imam, awam juga bisa selibat. Gagalnya
seseorg menjadi Imam tidak ada hubungannya dengan topik ini, itu urusan mereka
bukan hak saya menjawab dan menghakimi
apa itu fanatik? Pengertian negatif tentang "fanatik" itu membuat orang malas dan menjauhi untuk mengenal lebih dalam iman Katolik, tahu contoh orang-orang yang fanatik di dalam Gereja Katolik? Para Orang Kudus. Jalan apa? Tergantung apanya?
apa itu fanatik? Pengertian negatif tentang "fanatik" itu membuat orang malas dan menjauhi untuk mengenal lebih dalam iman Katolik, tahu contoh orang-orang yang fanatik di dalam Gereja Katolik? Para Orang Kudus. Jalan apa? Tergantung apanya?
Selamat Anda telah mendapatkan jawaban, semoga
Tuhan selalu menyertai keluargamu
Andre
Bahar Lagian topik ini juga judulnya "Pacaran
Beda keyakinan" belum nikah kan? Baru pacaran kan? Ya have fun saja, asal
yang Katolik tahu saja batasan-batasannya yang tidak boleh dilanggar.
Irine Nurheman Clara
Dan
masalah selibat juga tidak ada hubungannya dengan topik beda keyakinan bukan?
Yang ditanyakan adalah masalah "Pacaran Beda Keyakinan" kalau saya
pribadi karena saya mengalami sendiri makanya saya bisa sharing, terkadag orang-orang
yang belum mengalami tidak akan pernah mengerti bagaimana sebuah hubungan yang didasari
dengan beda keyakinan. Masalah
fanatik itu jangan dimasukkan dalam kategori gereja, bagi saya membandingkan
agama kita dengan agama sebelah tadi itu sudah berupaya menuju kata fanatik karena
itu sama saja membedakan :)
Tolong jangan salah tafsir, sekarang begini saja, bagaimanan dengan pengalaman Anda pribadi, apa Anda sudah pernah merasakan pacaran dengan berbeda keyakinan? Atau anda saat ini berhubungan dengan orang yang seiman? Kan paling tidak bisa sharing pengalaman Anda pribadi ke sahabat-sahabat seiman kita :)
Tolong jangan salah tafsir, sekarang begini saja, bagaimanan dengan pengalaman Anda pribadi, apa Anda sudah pernah merasakan pacaran dengan berbeda keyakinan? Atau anda saat ini berhubungan dengan orang yang seiman? Kan paling tidak bisa sharing pengalaman Anda pribadi ke sahabat-sahabat seiman kita :)
Terima kasih untuk doanya
:)
Andre
Bahar Sharing pribadi bukanlah data akurat karena
tidak semua kasus bisa disamakan, mungkin dari sekian banyak ada yang enjoy-enjoy
saja tapi kebanyakan tidak enjoy dan pada akhirnya meninggalkan agamanya, atau
menganggap persoalan agama itu tidak penting. Membanding-bandingkan agama itu perlu di dunia ini, kita
manusia hidup ini mencari kebenaran, apakah agama kita yang paling benar dan
fanatik tidak ada hubungannya dengan ini, plis deh jangan samakan pengertian
fanatik dengan pemaksaan kehendak dengan kekerasan, bukan itu pengertiannya.
Andre
Bahar Lagian Protestan dan Katolik memang beda kok,
ini fakta bukan bikinan saya sendiri.
Irine Nurheman Clara
Secara mendalam memang berbeda, saya tahu itu, tapi secara
universal tetap saja sama, menyembah Yesus Kristus dan kita beribadah di rumah
yang namanya gereja :) Jadi jangan hanya melihat dari sisi dalamnya saja tapi lihat
sisi luarnya juga.
Irine Nurheman Clara
Sedikit
kata untuk ubah mindset kita aja, kita hidup di negara yang bukan terdiri dari
1 agama, jadi jangan membuat agama kita menjadi agama yang beda dengan lainnya.
Masing-masing agama punya tujuan dan cara sendiri-sendiri, saya bisa bicara seperti
ini karena di keluarga saya ada yang Budha, Islam, Protestan, Katolik. Kalau
kita mengharapkan harus jodoh yang seiman maaf silahkan hidup di negara yang
mengkhususkan agama yang sama saja (walaupun pada kenyataan semua negara itu
campur agamanya yang menjadi perbedaan hanya mayoritas dan minoritas). Maaf bukan
saya merasa sok tahu, tapi saya sudah mengalaminya secara pribadi makanya saya
bisa bicara seperti ini :) Maaf kata apabila ada yang tersinggung. GBU all
Irine Nurheman Clara
Kalaupun
yang dicari adalah pembenaran bukankah sebaiknya tidak harus memeluk salah satu
agama? Karena semua agama pasti mencari bahwa agama merekalah yang terbaik.
Kalau toh sharing pribadi bisa membantu pasangan yang saat ini beda agama dan
bisa belajar dari pengalaman saya pribadi apa salah? Toh saya hanya mau
berbagi, bukankah berbagi itu indah? Mungkin bagi beberapa teman yang belum
merasakan langsung bisa berkata seperti itu, tapi bisa dilihat pada saat nanti
teman-teman merasakan langsung terjun pacaran dengan beda keyakinan baru bisa
angkat bicara, ibarat pepatah "tak kenal maka tak sayang", "tak
pernah merasakan, maka tak'kan pernah tahu".
Andre
Bahar Sama-sama nyembah Yesus? oke. Beribadah di tempat yang namanya
"gereja" (pengertian Gereja yang benar bukan ini), oke. Tapi yang
berbeda tetaplah berbeda jangan disama-samakan, jangan mengaburkan kebenaran dengan
kepalsuan, untuk belajar sejarah berarti untuk berhenti menjadi Protestan.
Apa itu mindset? mindset adalah cara berpikir,
cara berpikir kita menentukan nasib kita, cara berpikir yang keliru berujung
pada kekeliruan. Semua boleh ngaku yang paling benar tapi hanya ada satu yang
mengaku paling benar dan itu Yesus sendiri yang berkata "Akulah Jalan dan
kebenaran dan hidup, tidak ada yang bisa sampai kepada Bapa jika tanpa melalui
Aku", ini bukan pembenaran tapi Tuhan sendiri yang bilang, Kristus adalah
Kepala dan Gereja adalah Tubuh-Nya, Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan
sendiri oleh Kristus di atas St. Petrus. Fakta ini tertulis di Alkitab sayang
kita tidak memperhatikan itu, kita tidak bisa bilang mencintai kepala saja
tanpa mencintai/mendengarkan tubuhNya dan ingin menjadi bagian di dalam
tubuhNya.
Memang masing-masing
agama punya cara dan tujuan, Gereja menghormati ini dan menghargai apa yang
benar agama-agama tersebut, dan Gereja anggap sebagai persiapan menerima Injil.
Sebenarnya tidak masalah nikah beda agama, asalkan berjanji untuk menikah di
dalam Gereja dan mendidik anak-anaknya dalam ajaran iman Katolik itu saja, yang
jadi masalah adalah orang meninggalkan agamanya untuk menikah di luar Gereja yang
berarti ekskomunikasi otomatis. Saya tidak bakal bilang anda sok tahu, di dalam berdebat ini namanya
"ad hominem" yang artinya menyerang pribadi, bukan argumen.
Kembali lagi ke topik "Sebagai seorang sahabat yang diminta pendapat dan dukungannya, tentu anda perlu menyampaikan pendapat." pendapat saya menikah lah di Gereja, jangan tinggalkan Gereja yang telah didirikan oleh Kristus sendiri, jangan buang mahkota mutiara dengan mengambil semangkuk kacang.
Kembali lagi ke topik "Sebagai seorang sahabat yang diminta pendapat dan dukungannya, tentu anda perlu menyampaikan pendapat." pendapat saya menikah lah di Gereja, jangan tinggalkan Gereja yang telah didirikan oleh Kristus sendiri, jangan buang mahkota mutiara dengan mengambil semangkuk kacang.
Irine Nurheman Clara
Kalau hal itu pasti dipertahankan, secara saya menjadi Katolik
karena kemauan saya pribadi, dimana kedua orang tua saya Budha, dan Puji Tuhan
sampai saat ini tetap bertahan sampai kedua anak sayapun baptis secara Katolik.
Intinya kalau kita bisa bertahan secara pribadi tanpa harus merubah orang lain
sudah cukup bagi saya, selama pasangan juga menghormati (bahkan suami saya
sendiri mau kok beribadah ke gereja Katolik) tidak ada salahnya nikah beda
gereja (bukan keyakinan, karena gereja sendiri menyebutnya beda gereja, kalau
beda keyakinan itu antara Katolik dengan Islam).
Kalau mereka sampai meninggalkan Katolik saya juga tidak setuju, so far kita sudah beritahu tapi mereka tetap pada pendirian pindah ke agama pasangan apa yang bisa kita bilang, toh saran hanya sebagai pendukung, dosa ditanggung masing-masing kan :)
Kalau mereka sampai meninggalkan Katolik saya juga tidak setuju, so far kita sudah beritahu tapi mereka tetap pada pendirian pindah ke agama pasangan apa yang bisa kita bilang, toh saran hanya sebagai pendukung, dosa ditanggung masing-masing kan :)
Saya mungkin hanya
sebagian kecil yang menikah beda gereja, tapi paling tidak ada sedikit masukkan
bahwa tidak selamanya nikah beda gereja itu tidak baik, syukur-syukur saat
nanti pasangan kita mau ikut ke kita, tapi kalaupun tidak gak jadi masalah juga
kok, yang penting pasangan sudah menerima dispensasi menikah dengan orang
beragama Katolik-kan? Kalau tidak mau ya tinggal bagaimana iman Katoliknya saja
lebih mendahulukan iman/cinta.
Yusuf Yusufnundimangngori Saya pikir saran teman-teman sudah sangat mendukung yang mengalami kasus tadi. Saya juga setuju dengan teman karena ternyata tidak ada yang membiarkan meninggalkan iman karena cinta. Bagi saya itu adalah iman yang dewasa. Semoga yang meminta pendapat kita tadi dapat menerimanya dan memperoleh kebahagiaan.
Andre
Bahar Bukan kita yang bisa mengubah hati seseorang
tapi Roh Kudus, kita hanyalah alat yang dipakai Tuhan, perbuatan kita sehari-hari
haruslah menunjukkan bahwa kita adalah benar-benar murid Kristus, tentu saja
tidak diperbolehkan memaksakan seseorang agar memeluk agama kita, tapi
pewartaan itu tidak cukup kalau hanya perbuatan, pewartaan itu harus dikatakan
lewat perkataan. Berbahagialah Anda mbak Irene, karena sedikit cerita bahagia seperti
Anda, karena kebanyakan cerita miris yang saya dengar. GBU.
Irine Nurheman Clara
Terima kasih mas Andre untuk sharingnya, senang bisa
berkomunikasi dengan Anda. Semoga sahabat-sahabat saya di luar sana yang
memilih untuk menikah beda gereja bisa berpikir lebih dalam lagi, apalagi yang
beda keyakinan (ini rentan terhadap wanita yang memiliki pasangan
non-kristiani), ajak pasangan untuk menerima dispensasinya apa dan bagaimana
menikah dengan orang beriman Katolik. GBU too all :)
Komkep Keuskupan Agung Palembang Teman-teman yang baik, menarik sekali komentar-komentar yang menyertai postingan ini. Dipersilakan untuk melanjutkan diskusinya karena kami yakin kejadian seperti yang diilustrasikan terjadi juga di banyak tempat di sekitar kita. Siapa tahu melalui pembacaan terhadap komentar-komentar kita, akan memberi pencerahan bagi teman-teman yang lagi galau karena menghadapi kejadian serupa. Salam hangat dari para Komisioner Komkep Keuskupan Agung Palembang.
Nurse Vika Manix
Kedua pasangan itu terlebih dahulu berembuk (rapat kecil
berdua) untuk membahas langkah mana yang akan dilakukan apakah di Katolik or Protestan,
jika mereka berdua tetap pada pendirian mereka masing-masing di situlah kita
dituntut untuk belajar mengalah, sama seperti Yesus yang selalu mengalah untuk
kebahagiaan umatnya. Hal yang perlu diterapkan adalah Katolik dan Kristen Protestan
itu pada dasarnya sama saja, sama-sama menghadap pada Tuhan kita Yesus Kristus,
hanya cara ibadahnya saja yang berbeda.
selesai
Thx untuk artikelnya.
BalasHapusDi sini ada link untuk memahami pacaran yang benar, silahkan dilihat.
Pasti akan memberkati Anda!
http://datinginsightindonesia.wordpress.com
untuk melihat siaran ini di youtube klik link di bawah ini:
http://www.youtube.com/watch?v=7EgeN-oXl7k
Menurut saya sebenarnya katholik dan protestan memang berbeda.Walaupun terlihat sama. Saya mengalami sendiri setahun saya nyaman dengan laki-laki katholik tapi kami tidak bisa bersatu karena kami beda gereja. Jujur saya sangat sedih tapi percayalah TUHAN jauh lebih mengasihi saya. Saat kita bisa mempertahankan iman Tuhan yang akan membela kita. GBU
BalasHapus