2.
Menghadiri Resepsi
Salah seorang sepupu Anda yang awalnya
beragama Katolik berpindah ke agama lain karena akan menikah di kantor catatan
sipil. Anggota keluarganya, Bapak, Ibu serta saudara-saudara kandungnya
sebenarnya tidak ada yang mendukung hal tersebut. Berbagai masukan dan nasihat
yang diberikan tampaknya tidak bisa merubah kehendak sepupu anda tadi, sampai
akhirnya dia “nekat” berbuat seperti itu. Dia berpendapat bahwa orang membina
hidup berkeluarga pertama-tama dilandasi oleh rasa saling mencintai. Ketika
mengadakan resepsi pernikahan, dia mengundang seluruh saudaranya, termasuk juga
anda. Nah, di daerah tempat tinggal Anda ada kebiasaan agak antik; jika seorang
Katolik pindah agama karena urusan menikah, maka dia tidak layak didukung,
termasuk untuk menghadiri resepsi pernikahannya. Menghadiri resepsi pernikahan
yang bersangkutan dianggap sama saja memberi persetujuan dan doa restu akan
kepindahan agama dia. Sebagai seorang saudara yang juga diundang menghadiri
resepsi, anda tentu harus menentukan sikap.
(salah satu ilustrasi yang melatarbelakangi
konteks soal Debat “Mempertanggungjawabkan Iman Katolik” KYD 2012)
Silahkan teman-teman menanggapinya.
Omk St Maria
Tirtonadi Syaloomm. Kalau menurut saya sih kalo memang
ada peraturan bahwa menghadiri berarti dianggap memberi persetujuan, saya tetap
akan hadir. Bagaimanapun juga dia merupakan keluarga meskipun sudah pindah
agama, soalnya hubungan keluarga itu tidak dapat diputuskan. Pindah agama
meskipun sudah diberikan nasihat, itu berarti sudah menjadi keputusannya, yang
pasti sudah dipikirkan dan siap diterima segala resikonya sehingga dia berani
memutuskan seperti itu. Tinggal kitanya saja bagaimana menjelaskan kepada
keluarga dan kita harus menggambil pelajaran dan contoh untuk tidak berbuat hal
yang sama dan tetap memegang teguh iman kita sampai kapanpun. :)
Katarina Clara Ottsu Yah kalo sepupu dekat mungkin saya tetap datang karena menghormati
& ikut bahagia dalam pernikahannya tapi dengan tetap berharap suatu saat
dia kembali kepada gereja Katolik kembali bukan hanya dia tapi membawa pasangannya
turut serta masuk ke gereja Katolik. Anggaplah dia seperti anak yang hilang
& suatu saat sadar, bertobat sehingga Bapa menerima anak yang hilang tersebut.
Christophorus Adi
Toruan Kalau saya diundang, maka saya akan memakai
pakaian yang terbaik dan terbagus, mengajak seluruh keluarga saya untuk datang
ke resepsi tersebut dan menikmati hidangan di resepsi tersebut. Tak lupa juga
saya akan memberi kan amplop layaknya kita pergi ke resepsi pernikahan dan
berfoto bersama. Melakukan hal tersebut tidak akan mempengaruhi jati diri iman
saya dan keluarga saya seutuhnya. Tidak ada satu pun statement baik itu de
facto maupun de jure yang bisa mempengaruhi iman seseorang jika unsur
penilaiannya adalah "menghadiri resepsi pernikahan yang pengantinnya
pindah agama".
Katarina Clara Ottsu Pastinya bukan hanya nasehat saja yang diperlukannya namun
doa yang tulus agar dia bisa kembali kepada gereja karena dengan doa dapat
merubah segala. Tetap percaya Tuhan selalu buka jalan bagi orang-orang yang
percaya.
Christophorus Adi
Toruan Pada dasarnya semua agama itu baik karena 1.
menyembah Tuhan, 2. diakui di Indonesia (secara khusus) dan di dunia (secara
umum), 3. mengajarkan perbuatan-perbuatan kasih dan amal baik. Kalau ada
peraturan atau norma atau apapun itu (seperti kasus di atas) sangat disayangkan
kalau itu bisa mempengaruhi iman seseorang, apalagi di jaman sekarang ini yang
sedang musim-musimnya BB, IPAD, NOTEBOOK, PS3, XBOX3, sangat disayangkan
sekali.
Yusuf
Yusufnundimangngori Bagi saya jika kta telah
mberikan masukan yang baik (tetap dalam iman katolik) tetapi dia tetap nekat
pindah dan dia mempunyai tujuan membangun keluarga atas dasar cinta, saya kira
tidaklah terlalu keliru. Dengan demikian saya akan menghadiri resepsi
pernikahannya. Bagi saya, walaupun tidak beragama Katolik tetapi dalam hidupnya
dan dalam keluarganya mencerminkan sikap kasih, saya kira itu yang penting.
Sarda Manalu
Kalau sama-sama masih percaya kepada Yesus Kristus
sebagai juru selamatnya, sebaiknya kita datang, tetapi kalau sudah meninggalkan
Yesus dan keluarga demi seorang laki-laki atau wanita demi cinta pasti tidak
akan bahagia, kalau kita menghadirinya berarti kita mendukung dia ke dalam dosa
dan maut. Yesus berfirman Gelap dan Terang tidak akan pernah jadi satu.
Yoyok Kristanto Berkah Dalem. Cinta itu hak asasi manusia paling hakiki. Menurut
pendapatku kalau itu memang pilihannya. Aku tidak memusuhi atau menjahuinya, yang
penting dia bisa mempertanggungjawabkan imannya di hadapan keluarganya dan
masyarakat. Tapi kebanyakan umat Katolik yang pindah agama nanti kalau sudah
tua dan mau meninggal pasti minta sakramen pertobatan dan minyak suci. Itu
fenomena yang saya baca di alam ini. Halleluya. GBU all.
Christophorus Adi
Toruan @Sarda: Apa iya kalau kita menghadirinya berarti kita mendukung dia ke
dalam dosa dan maut? Berarti dia berdosa juga dong telah mengundang orang untuk
hadir ke pesta resepsi pernikahan nya? Berarti berdosa juga dong pasangan dia dan berdosa juga dong yang sudah menikah kan dia. Kalau begitu
lebih baik mereka kita ceraikan saja daripada banyak yang berdosa gara-gara
menghadiri pesta resepsi pernikahan. Coba Anda hitung berapa orang yang saya
sebut tadi yang sudah berdosa mulai dari proses pernikahan sampai ke pesta
resepsinya atau lebih baik kita bunuh saja kedua pengantin tersebut karena
sudah menjerumuskan orang lain dengan cara mengundang ke pesta resepsi
pernikahan. Setuju?
Omk St Maria
Tirtonadi Mohon maaf, tapi menurut saya, kita tidak
boleh mengatakan bahwa di luar Yesus adalah kegelapan atau dosa ataupun maut karena
Yesus sendiri tidak pernah mengatakan hal yang demikian. Setiap agama itu
adalah baik, tergantung dari masing-masing pribadi yang menganutnya. Agama itu
pasti mengajarkan kebenaran, hanya saja bagaimana seseorang memahami dan
mengerti inti dari ajaran agamanya, kalau sudah memilih sebuah agama, ya
jalanilah dengan sungguh-sunguh. Kalaupun dia pindah dari agama yang dianutnya
sekarang ke agama yang lain, biarlah itu menjadi urusan dia dengan Tuhan,
karena kita tidak berhak menghakimi atau judge seseorang akan imannya.
Andre
Bahar Ya saya menyarankan untuk tidak datang alasannya
karena pernikahannya tidak sah di mata Gereja, menghadiri pernikahannya berarti
kita menyetujui perkawinan tidak sahnya itu, juga menyetujui bahwa apa yang
mereka perbuat itu benar.
Christophorus Adi
Toruan @Andre Bahar: Komen
saya sama dengan apa yang saya komen untuk Ibu Sarda Manalu.
Eks Mudika Marinus
Yohanes Awalnya beragama
Katolik berpindah ke agama lain karena akan menikah di kantor catatan sipil, wah itu sudah gak bener, masak hanya karena
ingin dicatatkan di kantor catatan sipil sampai harus mengurbankan imannya (patut
dpertanyakan kualitas imannya).
Andre
Bahar Komentar Anda gak nyambung maaf Christoper, berargumenlah yang
masuk akal lagi, silahkan yakinkan saya.
Aaron Kosasih Sebaiknya jangan meninggalkan Yesus, malah sebaiknya kita
bimbing orang yang belum percaya agar menjadi percaya dan bersatu dalam Yesus.
Christophorus Adi
Toruan @Andre Bahar: Wah lama sekali saya menunggu balasan dari Anda. Maksud
saya begini, berdasarkan kasus di atas yaitu “jika kita
menghadiri pesta resepsi pernikahan tersebut berarti kita juga memberi restu
kepada dia untuk pindah agama”, berdasarkan saran Anda dan saran Ibu Sarda
Manalu bahwa Anda tidak akan menghadiri pesta resepsi tersebut bukan? Nah saya
memberi saran seperti di atas, coba Anda baca lagi dengan lebih teliti. Saya
hanya mempertegas saran Anda dan Ibu Sarda Manalu. Bagaimana dengan Anda? Daripada
kita berdosa dan bersalah untuk menghadiri pesta tersebut bukankah kita hancurkan
saja pesta resepsi pernikahan itu. Anda mengerti?
Andre
Bahar Argumen terkonyol yang pernah saya baca.
Christophorus Adi
Toruan @Andre Bahar: Loh? Anda
ini bagaimana? Kok mengatakan saya argumen terkonyol? Saya kan hanya mempertegas
dan meyakinkan saran Anda. Saran anda yang saya
pertegas biar lebih jelas, kalau begitu saya ternyata telah mempertegas saran
yang konyol dong, bukan begitu?
Andre
Bahar Satu-satu akan saya jawab argumenmu itu Bapak
Chris.
[pada dasarnya semua agama itu baik] -- Oke
saya setuju, tapi baik saja tidak cukup.
[karena 1. menyembah Tuhan] -- Ada agama
yang tidak mengakui Tuhan loh.
[2. diakui di Indonesia (secara khusus) dan di dunia (secara umum)]
-- Oke, so?
[3.mengajarkan perbuatan2 kasih dan amal baik] -- Ok ini bagus, tapi tetap saja tidak cukup.
[kalau ada peraturan atau norma atau apapun itu (seperti kasus di
atas) sangat disayang kan kalau itu bisa mempengaruhi iman seseorang, apalagi
di jaman sekarang ini yang sedang musim-musimnya BB, IPAD, NOTEBOOK, PS3, XBOX3,
sangat disayangkan sekali] -- Apa hubungannya coba,
kasus di atas dengan maen BB dll?
[apa iya kalau kita menghadirinya berarti kita mendukung dia ke
dalam dosa dan maut? berarti dia berdosa juga dong telah mengundang orang untuk
hadir ke pesta resepsi pernikahannya?] -- Jika kita
menghadiri pesta tersebut berarti kita setuju dan mendukung keputusannya, dan
bersama dengannya menolak keputusan Gereja, apakah berarti ini bukan dosa? Tidak
mendengarkan Gereja berarti tidak mendengarkan Yesus, apakah ini berarti tidak
berdosa?
[berarti berdosa juga dong pasangan dia dan berdosa juga dong yang
sudah menikahkan dia] --Pasangan yang non Katolik
jelas tidak bisa disalahkan, yang disalahkan itu yang pihak Katolik, tergantung
siapa yang menikahkan, kalo yang secara formal mendukung dan menyiapkan
acaranya ini orang Katolik tentu dia berdosa.
[kalau begitu lebih baik mereka kita ceraikan saja daripada banyak
yang berdosa gara-gara menghadiri pesta resepsi pernikahan. Coba Anda hitung
berapa orang yang saya sebut tadi yang sudah berdosa mulai dari proses pernikahan
sampai ke pesta resepsinya atau lebih baik kita bunuh saja kedua pengantin
tersebut karena sudah menjerumuskan orang lain dengan cara mengundang ke pesta
resepsi pernikaha, setuju?] -- Ini argumen
terkonyol yang pernah saya baca. Katolik itu tidak menyetujui tindakan anarkis,
plis deh jangan emosian, nyantai aja, ngopi dulu/mandi biar kepala dingin dan
bisa menangkap maksud saya.
Christophorus Adi
Toruan @Andre Bahar: Wah-wah panjang sekali ya, terima kasih atas balasan
argumen yang saya berikan.
Baik yang 1.
Memang ada agama yang tidak menyembah Tuhan? Bisa anda
sebutkan? Kalau ada agama yang tidak menyembah Tuhan itu berarti bukan agama,
Anda mengerti kan.
Terus yang 2. Yang
kedua ini hanyalah alasan saya bahwa semua agama itu baik, hanya agama yang
diakui di indonesia (pada khususnya) dan yang diakui oleh dunia (pada umumnya).
Yang 3. Maksud saya
adalah alangkah mirisnya di jaman yang serba teknologi maju dan sangat amat
canggih ini masih saja ada sesuatu peraturan dan norma yang mempeributkan dan
mengecilkan mengenai yang namanya agama. Coba lihat negara Jepang sejak kapan
Negara Jepang masyarakatnya rusuh atau ribut mengenai agama? Atau negara
Singapura, atau negara Korea Selatan? Semua negara itu teknologinya sudah amat
canggih, sedangkan kita? Bagaimana dengan kita? Miris bukan.
Dan yang terakhir
ini yang terpenting, sejak kapan ada peraturan gereja yang melarang kita untuk
menghadiri pesta resepsi pernikahan dimana pengantin nya pindah agama?
Peraturan yang mana? Nomor berapa? Bisa anda buktikan disini? Atau anda hanya
omdo (omong doang)! Saya bukan emosi tetapi hanya mempertegas saran Anda saja.
Ketika Anda saya ajak untuk berbuat seperti itu saja Anda sudah mundur tapi
saran Anda menyalahkan orang tersebut dan tidak mau menghadiri pesta tersebut,
tetapi Anda malah berbuat yang lebih 'anarkis' yaitu iman Anda akan kuat bila
anda tidak menghadiri pesta tersebut dan Anda akan berdosa besar jika
menghadiri pesta tersbut. Apakah itu yang namanya iman Katolik? Iman tanpa
perbuatan adalah mati. Iman seseorang dan dosa seseorang tidak ditentukan oleh
boleh atau tidak bolah menghadiri pesta tersebut. Bagaimana Bung Andre Bahar?
Sudah jelas?
Andre
Bahar Lah tidak hadir itu gak anarkis Pak, daripada
Anda sendiri yang lebih anarkis mau membunuh pasangan itu, ini gila benar-benar
gila. Terserah Anda kalo mau hadir, terserah Anda deh. Saya tidak bisa melarang
la wong cuma menyarankan, baca bener-bener Pak, pelan-pelan, pelan-pelan yah
sambil ngopi gitu.
Kalo Anda pengen
tahu kenapa kita bisa menulis teks seperti ini di komputer berterimakasihlah pada
seorang Jesuit Pak seorang Imam, berterimakasihlah padanya, namanya saya lupa
cari sendiri deh. Agama Katolik itu lebih terbuka dengan teknologi Pak tidak
kaku dan kuno seperti yang orang-orang bilang, ada juga biarawan-biarawan yang khusus
meneliti tata surya. Jadi stigma klerus yang cuma diam di biara dan berdoa itu
kuno deh. Dan Jepang, Korsel harus terima kasih deh sama klerus-klerus Katolik,
kalau buka mereka penemunya tidakk bakal ada komputer, btw ide sebuah
Universitas itu juga awalnya dari pendidikan Katolik lalu ditiru semua, dunia
ini sudah lupa dengan akarnya dari mana khususnya Eropa.
Aaron Kosasih Santai aja Bung Christophorus :) Kalo di pages nulis pake
huruf besar itu sama dengan teriak loh ^^... Beda pendapat itu biasa, tidak semua
pendapat orang itu salah kan. Lho Anda belum tau ya ada agama yang tidak
mengajarkan tentang keberadaan Tuhan tapi hanya teori kehidupan saja ? :)
Christophorus Adi
Toruan Loh saya kan tidak mau membunuh pasangan
tersebut. Lihat baik-baik dan baca pelan-pelan apa komen saya yang pertama, mungkin
Anda yang sebaiknya ngopi bukan saya. Hahahahaaa, Anda cocok untuk ikut acara open mic di Metro
TV.
Terus saya baca
komen Anda, kok nyasar ke biarawan-biarawan yang memakai teknologi? Kok Anda
melenceng ke sana? Mari kita kembali ke laptop, maksud saya begini loh, saya
itu heran kenapa bangsa kita bangsa Indonesia ini di jaman yang teknologinya
sudah sangat amat maju ini, masih saja ribut-ribut soal agama. Mari kita
mencontoh negara lain yang berlomba-lomba membuat industri teknologi untuk
kemajuan negaranya. Kok Anda malah komen mengenai pendidikan Katolik lah,
mengenai tata surya lah, mengenai klerus-klerus Katolik lah, yang ngomong ke
arah sana siapa Bung? Anda ini berarti mengkomentari ini memakai emosi ya? Wah,
hati-hati Anda, bisa-bisa orang lain yang membaca ini bisa tertawa
terkencing-kencing membaca komen Anda. Mungkin Anda belum mandi ya?
Andre
Bahar Saya tidak akan menanggapi anda lagi
Christophorus Adi
Toruan Duh, jadi gak enak saya ini. Saran saya
lebih banyak perbuatan iman Anda dari teori-teori tentang katoliksitas. Anda
sudah pintar, rajin dan pasti saya yakin Anda sudah membaca habis mengenai isi
Kitab Suci, tetapi itu tidak cukup. Teori tanpa perbuatan hanya akan
menghancurkan dogma-dogma Anda sendiri dan yang menghancurkan itu adalah
pikiran Anda sendiri. Anda tidak percaya? Silahkan anda mencoba dan nanti anda
kembali lagi kepada saya. Wasallam.
Aaron Kosasih Anda itu stres.
Yoyok Kristanto Berkah Dalem. Terpujilah Tuhan Yesus Kristus Sang Juru
Selamat Manusia dimuliakanlah Engkau di bumi dan di surga sekarang dan selama-lamanya.
Saudara-saudara semuanya benar dalam berpendapat, di sini tidak ada yang menang
atau kalah, atau tidak ada yang pendapatnya benar sendiri. Memang kalau
menyangkut soal cinta dan keyakinan sangatlah kompleks permasalahannya. Yang
satu soal pasangan hidup serta satunya lagi soal keyakinan. Intinya kita harus
mau menghargai keputusan mereka bagaimanapun pahitnya itu. Kita tetap
menyayangi mereka dan mendoakan mereka, semoga berbahagia dengan pilihannya,
toh nanti alam yang akan menguji iman mereka. Halleluya.Gbu all.
Cornelius Pulung 1. Berdasarkan
ilustrasi diatas, bila memang terdapat norma yang menyatakan bahwa menghadiri
resepsi pernikahan tersebut = memberi persetujuan dan doa restu akan kepindahan
agama dia, maka saya akan memutuskan untuk tidak
menghadiri resepsi tersebut. Saya tidak akan pernah menyetujui tindakan apapun
yang berkaitan dengan pindahnya seseorang dari agama katolik ke agama lain.
2. Meskipun
demikian, perlu diperhatikan bahwa tidak menghadiri resepsi bukan berarti saya
membenci orang yang bersangkutan. Kebanyakan orang di Indonesia sepertinya
mungkin tidak bisa membedakan antara perbuatan dan orangnya. Saya tidak setuju
dengan perbuatannya, tapi saya mengasihi orang tersebut. Oleh karena itu saya
tidak akan melakukan tindakan konyol seperti membubarkan pernikahan tersebut,
apalagi sampai berpikiran untuk membunuh pasangan tersebut.
3. Walaupun orang
tersebut pindah ke agama lain, masih ada kemungkinan orang tersebut kembali ke
Gereja Katolik. Jadi saya tentu akan mengupayakan agar mereka kembali ke Gereja
Katolik, tanpa melakukannya dengan paksaan dan kekerasan. Biarlah hal tersebut
menjadi pilihan bebas mereka sendiri, dan saya akan berdoa untuknya.
4. Sedikit tangapan
saya untuk saudara Christophorus Adi yang mengatakan ini: "coba lihat
negara Jepang, sejak kapan Negara Jepang masyarkatnya rusuh atau ribut mengenai
agama? atau negara Singapura atau negara Korea Selatan, semua negara itu
teknologi nya sudah amat canggih. Sedangkan kita? Bagaimana dengan kita? Miris
Bukan"
Jepang dan Korea
Selatan setahu saya bukanlah suatu negara mayoritas katolik atau protestan.
Saya tidak tahu kalau singapura. Tapi adalah sebuah omong kosong kalau negara
yang teknologinya amat canggih tidak meributkan soal agama.
Mari kita lihat
negara Amerika Serikat, yang teknologinya sudah amat canggih dan disebut negara
super power. U.S. Department of Health and Human Services dibawah kepemimpinan
Obama akan memaksa semua institusi kesehatan dan rumah sakit serta individu
yang bekerja disana untuk membiayai penyediaan sarana aborsi, kontrasepsi, dan
sterilisasi dimana posisi resmi Gereja Katolik adalah MENOLAK hal tersebut (Apa
perlu saya lampirkan dokumen resmi berikut nomornya? Saya kira tidak perlu
karena akan melebar dari topik).
Jadi ada paksaan
dari pemerintah terhadap individu dan institusi religius tersebut untuk
melanggar suara hati mereka, khususnya berkaitan dengan aborsi, kontrasepsi dan
sterilisasi.
Apa reaksi
keuskupan Amerika Serikat dan USCCB (USCCB = KWI nya AS)? Mereka semua sepakat
untuk menolak HHS mandate tersebut, seperti yang bisa dibaca di link berikut:
http://www.catholicvote.org/discuss/index.php?p=25591
Silakan telusuri berita tersebut dengan kata kunci "HHS mandate" untuk informasi lebih lengkap.
Apa yang ingin saya tekankan? Intinya adalah bahwa di negara seperti amerika serikat dengan teknologinya yang canggih saja masih meributkan persoalan yang berhubungan dengan agama.
Silakan telusuri berita tersebut dengan kata kunci "HHS mandate" untuk informasi lebih lengkap.
Apa yang ingin saya tekankan? Intinya adalah bahwa di negara seperti amerika serikat dengan teknologinya yang canggih saja masih meributkan persoalan yang berhubungan dengan agama.
Sekian pendapat saya, dan saya tidak memaksa orang untuk setuju dengan saya, toh saya hanya memberikan tanggapan dari status Komkep serta sedikit diskusi yang terjadi. Terima kasih.
Severinus Klemens "coba lihat negara Jepang, sejak kapan Negara Jepang
masyarkatnya rusuh atau ribut mengenai agama? atau negara Singapura atau negara
Korea Selatan, semua negara itu teknologi nya sudah amat canggih. Sedangkan
kita? Bagaimana dengan kita? Miris Bukan"
=============
Penguasa Jepang pernah menumpahkan darah para martir Katolik.
Penguasa Jepang pernah menumpahkan darah para martir Katolik.
http://yesaya.indocell.net/id135.htm
Pernah juga terjadi Shinto vs Buddhisme
Pernah juga terjadi Shinto vs Buddhisme
Severinus Klemens Pendapat saya sama dengan Pulung dan Andre Bahar, saya pun
tidak akan menghadiri pesta pernikahan tersebut karena normanya
"hadir=setuju".
Severinus Klemens Tentang Singapura, Frater ordo SS.CC. kenalan saya di sana
juga beberapa kali debat dengan para Protestan mengenai mana Gereja yang
didirikan dan dikehendaki oleh Kristus.
Cornelius Pulung Bro, jangan sampai off topic ya :)
Severinus Klemens iya.. hanya memberitahu fakta aja. :)
pro admin, jika
melenceng, silahkan di delete komentar saya.. :)
Severinus Klemens Satu lagi, keluar dari Gereja adalah dosa besar. Menikah di
luar Gereja juga adalah dosa besar, di mata Gereja adalah zinah. Bila hadir di
pernikahannya = setuju akan pernikahannya, berarti ketika kita menghadirinya
maka kita menyetujui dia berbuat dosa. Setuju dia berbuat dosa, berarti kita
mengambil bagian dalam dosa dia alias kita juga berdosa. Oleh karena itu, saya
pun tidak mau berdosa, maka saya tidak akan menghadirinya.
Andre
Bahar Murtad/apostasy artinya orang yang
meninggalkan iman Katoliknya, yang juga berarti meninggalkan untuk percaya kepada
Yesus, terkena sangsi ekskomunikasi otomatis (Katekismus Gereja Katolik no.
2089; Kitab Hukum Kanonik no. 1364) dan hidup di dalam keadaan dosa
berat/besar.
Menikah tidak didalam/tanpa ijin dari Gereja merupakan tindakan ketidak patuhan karena jelas Gereja melarang ini, seorang Katolik wajib menikah di dalam Gereja Katolik, jika menikah dengan non Katolik, maka harus ada ijin dari Uskup terlebih dahulu sebelum pernikahan itu bisa diteruskan (Kitab Hukum Kanonik 1124-1125)
Menikah tidak didalam/tanpa ijin dari Gereja merupakan tindakan ketidak patuhan karena jelas Gereja melarang ini, seorang Katolik wajib menikah di dalam Gereja Katolik, jika menikah dengan non Katolik, maka harus ada ijin dari Uskup terlebih dahulu sebelum pernikahan itu bisa diteruskan (Kitab Hukum Kanonik 1124-1125)
Di dalam Kitab Kanonik tidak diatur secara jelas apakah kita harus hadir pada kasus seperti di atas, maka dari itu kita akan melihat dari pandangan lain, menghadiri pesta perkawinan yang sah di mata Gereja artinya kita mendukung sang pasangan, kita berdoa yangg terbaik baginya, kita menyetujui pilihannya, berbahagia bersama dengan pasangan tersebut.
Jadi menghadiri pernikahan yang tidak sah di mata Gereja, sama saja berarti kita setuju dengan semua keputusan yang telah diambilnya, setuju atas ketidak patuhannya terhadap Gereja, setuju atas keputusannya untuk murtad dari imannya. Hal ini jelas melanggar hati nurani atas ketaatan kepada Gereja, akan menimbulkan skandal, membuat batu sandungan bagi orang yang lemah imannya, contoh yang tidak baik bagi anak muda karena mereka beranggapan hal ini tidak apa-apa dan boleh dilakukan nantinya.
itu saja dari saya, sekian terima kasih.
Komkep Keuskupan Agung
Palembang Teman-teman yang baik, menarik sekali
komentar-komentar yang menyertai postingan ini. Bahwa ada gaya-gaya atau
strategi tertentu untuk menyampaikan/ mempertahankan pendapatnya, yha itulah
kekayaan khazanah umat kita yang patut disyukuri.
Ilustrasi di atas memang kami angkat mengacu pemerhatian pada beberapa daerah yang ada di Keskupan Agung Palembang, maupun Keuskupan Tanjung Karang; jadi bukan rekayasa semata.
Jadi, mari dipersilahkan melanjutkan diskusinya. Terimakasih, Salam kasih dari kami,
Teman-teman Pendamping OMK, para Suster, dan Para Pastor yang tergabung dalam Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Palembang.
HadisulisPrasetia
Yuih Dalam 10 perintah Allah di tulis jangan
berzinah, jangan mengingini istri sesamamu, untuk menikah secara katolik
membutuhkan biaya dan pengorbanan waktu yang besar karena harus kursus dan
kanonik. Jangan mempersulit hubungan kasih seseorang karena apa yang telah
dipersatukan oleh Allah tidak dapat dipisahkan lagi oleh manusia. Amin.
Christophorus Adi
Toruan Yang saya maksudkan negara-negara maju tidak
mempersoalkan soal agama adalah mereka tidak mempeributkan seseorang itu mau
pindah agama kek, mau nikah bedah agama kek. Mereka tidak mempersoalkan hal
itu. @Cornelius Pulung: Jadi kalau di negara Amerika Serikat yang Anda sebut
tadi mempeributkan mengenai soal aborsi dan lainnya itu adalah paham atau
ajaran yang bertentangan dengan agama Katolik, bukannya di Amerika Serikat itu
ribut dan saling lempar antar agama tertentu, iya kan? Saya hanya mempertegas
saja. Terus di negara lain seperti Jepang, Singapura dan Korea Selatan, meskipun
bukan mayoritas Katolik tetapi mereka hidup rukun dan tidak pernah
mempersoalkan atau mempeributkan atau melecehkan seseorang mau pindah agama
atau tidak, sedangkan di Indonesia ini? Sampai saat Anda membacanya esok lusa
dan besoknya lagi, saya masih mirissss! Anda tidak percaya? Berarti Anda semua
tutup mata, tutup telinga dan tutup hidung. Jadi di Indonesia ini ada ya norma
dan peraturan yang mengatur bahwa jika seseorang menghadiri pesta resepsi
pernikahan yang pasangan pengantinnya pindah agama jadi orang yang menghadiri
pesta tersebut berdosa? Jadi Anda-Anda semua yang berkomentar di sini yang
tidak akan menghadiri pesta resepsi pernikahan itu akan menjudge orang yang
datang ke resepsi pernikahan itu adalah orang yang berdosa? Coba Anda semua membuktikannya
peraturan gereja nomor berapa? Kitab Suci di surat apa? Terus Kitab Hukum Kanonik
nomor berapa? Kalau tidak bisa membuktikannya ya berarti anda semua itu omdo
alias omong doang!
Christophorus Adi
Toruan Saya akan meluruskannya, coba kita semua
membaca lagi kasus diatas. Kasus tersebut kan sudah jelas, bahwa pasangan
tersebut sudah pindah agama dan sudah menikah. Coba Anda semua baca lagi. Terus
yang dipertanyakan oleh Komkep itu adalah bagaimana kita bersikap bila kita
diundang untuk hadir dalam pesta resepsi pernikahan itu karena yang menikah itu
adalah saudara kita sendiri sedangkan ada 'kebiasaan agak antik' bahwa jika
kita hadir berarti kita setuju dia pindah agama. Jelas bukan? Kok baca gitu
saja tidak paham (maaf admin saya agak keras intonasinya supaya telinga mereka
dengar). Jadi kita gak hadir pun, dia sudah pindah dan dia sudah menikah. Lain
cerita kalau pada saat pesta itu dia belum pindah dan belum menikah. Jadi kita
mau datang atau tidak, ya dia sudah menikah dan pindah. Loh kok kalau kita
datang ke pestanya kita berdosa? Kita turut ambil bagian dalam proses dia
menikah? Ini kan tidak logis! Apa iya kalau kita datang ke pesta pernikahan itu
terus kita berdosa? Kita tidak boleh lagi ikut misa? Kita tidak boleh lagi
menyambut komuni? Apa iya kita harus menghadap pastor dan kemudian kita mengaku
dosa? Untuk Andre Bahar, Severinus Klemens, Cornelius Pulung dan Aaron Kosasih
jika saya menghadiri pesta tersebut apakah saya harus melakukan hal
tersebut? Apakah kita sebagai manusia
punya hak untuk menentukan orang lain itu berdosa besar dan meninggalkan Tuhan
Yesus hanya dari kita menghadiri pesta resepsi pernikahan saudara kita? Itu loh
yang dimaksud oleh Komkep. Kita bertindak tapi kita juga harus bisa
mempertanggungjawabkan iman Katolik kita. Jangan hanya teori doang, hapal isi Kitab
Suci, hukum kanonik, tahu ordo-ordo imamat, tapi tanpa perbuatan. Lebih miris
saya daripada miris yang tadi!
Andre
Bahar Dalam contoh kasus di atas pernikahan sang
sepupu invalid/tidak sah, kenapa? Kan bukan Katolik lagi? Oke, berikut saya
berikan alasannya untuk pindah agama Katolik secara formal/terbuka (actus
formalis defectionis ab Ecclesia) ada tiga hal yang harus terpenuhi
1. dari dalam diri
orang tersebut ingin pindah dari Katolik
2. merealisasikan untuk
menjadi non Katolik dan kemudian mewujudkannya dengan mengikuti pelajaran/kelas
persiapan menjadi non Katolik
3. penerimaan
keputusan untuk apostasy dari pihak Gereja yang berkompeten, bahwa orang ini sudah
bukan Katolik lagi
Oke sang sepupu niat ingin pindah, lalu sudah belajar dan kemudian memeluk agama non Katolik, nah apakah saudara sepupu ini sudah mendapat penerimaan dari Gereja? Kalau belum berarti dia masih Katolik.
(lampiran dokumen
Gereja:
http://www.vatican.va/roman_curia/pontifical_councils/intrptxt/documents/rc_pc_intrptxt_doc_20060313_actus-formalis_en.html)
Karena masih Katolik maka dia terikat dengan hukum Katolik, hukum Canon no 1108.1 tertulis bahwa pernikahan yang valid/sah itu harus memenuhi beberapa syarat yaitu bila dilangsungkan di hadapan Ordinaris wilayah atau pastor paroki atau imam atau diakon, yang diberi delegasi oleh salah satu dari mereka itu, yang meneguhkannya, serta di hadapan dua orang saksi; maka dari itu sudah jelas pernikahan sepupu ini invalid/tidak sah, menikah secara tidak sah di mata Tuhan dan Gereja membuat orang ini berada di dalam dosa berat karena sama saja orang ini sudah berjinah.
Karena masih Katolik maka dia terikat dengan hukum Katolik, hukum Canon no 1108.1 tertulis bahwa pernikahan yang valid/sah itu harus memenuhi beberapa syarat yaitu bila dilangsungkan di hadapan Ordinaris wilayah atau pastor paroki atau imam atau diakon, yang diberi delegasi oleh salah satu dari mereka itu, yang meneguhkannya, serta di hadapan dua orang saksi; maka dari itu sudah jelas pernikahan sepupu ini invalid/tidak sah, menikah secara tidak sah di mata Tuhan dan Gereja membuat orang ini berada di dalam dosa berat karena sama saja orang ini sudah berjinah.
Saya akan memperjelas hal ini, lalu apakah kita harus hadir? Seorang Katolik tidak boleh menyetujui perjinahan, ataupun untuk muncul sekedar membenarkan tindakannya, tindakan seperti itu bisa menimbulkan skandal.
KGK 1868 Dosa adalah satu tindakan pribadi. Tetapi kita juga mempunyai tanggung jawab untuk dosa orang lain kalau kita turut di dalamnya, kalau kita mengambil bagian dalam dosa itu secara langsung dan dengan suka rela, kalau kita memerintahkannya, menasihatkan, memuji, dan membenarkannya,
kalau kita menutup-nutupinya atau tidak menghalang-halanginya, walaupun kita berkewajiban untuk itu, kalau kita melindungi penjahat.
Jika tindakan hadir kita ini berarti mengiyakan/membenarkan semua tindakan yang dilakukan sang sepupu maka kita telah berpartisipasi dalam dosa. Tapi jika ketidak-hadiran kita mungkin akan menyebabkan retak didalam hubungan keluarga, juga akan membuat kita akan susah untuk membawanya kembali kepada Kristus, patut dipertimbangkan untuk hadir. Juga harus kita pastikan kepada semua orang bahwa kita tidak menyetujui dosa yang telah dibuat oleh sang sepupu itu.
Demikian tanggapan dari saya. Terima kasih.
Angels Wing Ini sebenarnya hal mudah. Kami sudah memberikan bukti dan
data yang ada, itu terserah Anda mau menghadiri resepsi pernikahan tersebut
atau tidak. Kenapa masih terus menerus mempertanyakan hal yang sama? Toh sudah
ada 3 orang yaitu Andre
Bahar, Severinus Klemens dan Cornelius
Pulung yang memberikan jawaban yang pada intinya
hanya 1. Alangkah baiknya apabila kita tidak menyetujui hal tersebut karena hal
tersebut terjadi di luar Gereja Katolik.
Kembali lagi pada
dasarnya setiap manusia memiliki freewill, jadi itu terserah Anda mau bagaimana
menyikapinya toh kami tidak memaksa Anda. Setiap manusia hidup di dunia ini
selalu mempunyai pilihan. Maka Anda bebas untuk memilih. Bijaksanalah!
Severinus Klemens Sudah ditanggapi oleh Andre Bahar dengan sangat baik.
Tambahan ya, Yeh
3:19 Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu dan ia tidak berbalik
dari kejahatannya dan dari hidupnya yang jahat, ia akan mati dalam
kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.
Yeh 3:20 Jikalau
seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku
meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati. Oleh karena engkau tidak
memperingatkan dia, ia akan mati dalam dosanya dan perbuatan-perbuatan
kebenaran yang dikerjakannya tidak akan diingat-ingat, tetapi Aku akan menuntut
pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.
Yeh 3:21 Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang yang benar itu supaya ia jangan berbuat dosa dan memang tidak berbuat dosa, ia akan tetap hidup, sebab ia mau menerima peringatan, dan engkau telah menyelamatkan nyawamu."
Yeh 3:21 Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang yang benar itu supaya ia jangan berbuat dosa dan memang tidak berbuat dosa, ia akan tetap hidup, sebab ia mau menerima peringatan, dan engkau telah menyelamatkan nyawamu."
Tidak menegur kesalahan atau berusaha mengoreksi sesama yang keliru saja itu berarti kita sudah berdosa, apalagi menyetujui dosa yang sesama lakukan.
Jika Anda berbicara Jepang, Korea dan Singapura dalam konteks negara, ya mereka emang gak ambil pusing kalau ada yang pindah agama. Negara Indonesia juga gitu kok. Tapi jika Anda berbicara dalam konteks warga negara, saya butuh data statistik dari anda yang menyebutkan bahwa orang-orang Katolik di Jepang, Korea, dan Singapura tidak meributkan atau mempermasalahkan anggota keluarganya yang keluar dari Katolik dan menikah di luar Gereja Katolik. Tolong jangan omdo ya. Anda memberi pernyataan yang membutuhkan data yang valid untuk membuktikan pernyataan Anda itu.
Satu lagi, dalam
etiket di Internet, menulis dengan huruf kapital artinya berteriak dan itu
tidak sopan sama sekali (kecuali anda memberi ket: untuk memberi penegasan
karena tidak memungkinkan menulis cetak tebal). Jadi saya harap Anda,
Christophorus Adi Toruan, untuk bersikap sopan.
Angels Wing Sekali lagi terima kasih untuk Severinus Klemens sudah memberikan tambahan :)
maka apa yang telah kami utarakan disini lengkaplah sudah. Kami sudah mengingatkan Anda untuk menyadari hal tersebut, jadi terserah Anda (Christophorus Adi Toruan) mau bagaimana menyikapinya.
maka apa yang telah kami utarakan disini lengkaplah sudah. Kami sudah mengingatkan Anda untuk menyadari hal tersebut, jadi terserah Anda (Christophorus Adi Toruan) mau bagaimana menyikapinya.
Omk St Maria
Tirtonadi Agama bukan membuat kita untuk memusuhi
orang lain, apalagi itu keluarga. Meskipun pernikahan itu tidak sah secara
Katolik ataupun Gereja, tetapi itu sah di agama lain. Lantas mengapakah kita
justru memperdebatkan masalah iman? Iman hanya orang yang bersangkutan dan Tuhan
lah yang tahu. Belum tentu di luar Katolik itu berarti orang tidak beriman kan?
Apapun agamanya, iman itu tetap sama, yang paling penting adalah bukan agamanya
tapi bagaimana cara mewujudkan aksi nyata iman kita terhadap sesama kita. :)
Cornelius Pulung Luk 12:51-53 51. Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk
membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan
pertentangan. 52 Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima
orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. 53 Mereka
akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki
melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya,
ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu
mertuanya.
Cornelius Pulung Ini adalah data statistik di AS yang menunjukkan persentase
orang yang kawin campur (untuk membuktikan bahwa hal kayak ini masih ada) : http://www.pewforum.org/Religiously-Mixed-Couples-Cupids-Arrow-Often-Hits-People-of-Different-Faiths.aspx
Ini salah satu bukti bahwa masalah kawin campur (mixed marriage) masih dibicarakan di AS:
Ini salah satu bukti bahwa masalah kawin campur (mixed marriage) masih dibicarakan di AS:
http://www.jcrelations.net/Mixed_Marriage_is_Major_Topic_of_U_S__Catholic-Jewish_Consultation.2886.0.html?page=9
Ini juga bukti bahwa umat katolik di USA ada yang menanyakan apakah dosa menghadiri pernikahan yang invalid:
Ini juga bukti bahwa umat katolik di USA ada yang menanyakan apakah dosa menghadiri pernikahan yang invalid:
http://www.google.co.id/search?sourceid=chrome&ie=UTF-8&q=attending+invalid+wedding+catholic#hl=id&q=+site:forums.catholic.com+attending+invalid+wedding+catholic&sa=X&ei=NHyJT-3YPMjnrAfT0sW4Cw&ved=0CDMQrQIwAQ&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.,cf.osb&fp=a866a1ee11d950ca&biw=1280&bih=675
Ketiga bukti diatas menunjukkan bahwa:
Ketiga bukti diatas menunjukkan bahwa:
1. Fenomena
pernikahan campur ada di USA
2. Topik pernikahan
campur masih dilayak dan dibahas disana, dan belum tentu mixed marriage yang
terjadi adalah valid
3. Ada beberapa
umat Katolik yang bertanya di forum Catholic Answer*, tentang apakah sebaiknya
menghadiri pernikahan yang invalid, atau bertanya apakah dosa menghadiri
pernikahan yang invalid.
PS Perlu diingat bahwa ada beberapa hal dan kasus yang membuat pernikahan menjadi invalid, dan kasus yang diangkat Komkep hanya satu dari beberapa kasus.
PS Perlu diingat bahwa ada beberapa hal dan kasus yang membuat pernikahan menjadi invalid, dan kasus yang diangkat Komkep hanya satu dari beberapa kasus.
*Catholic Answers adalah organisasi katolik kerasulan awam terbesar di Amerika, info lebih lanjut silakan dibaca disini : http://www.catholic.com/about
Severinus Klemens Halo OMK St. Maria Tirtonadi, saya tidak tahu siapa yang
berkomentar dengan menggunakan akun tersebut tapi hendaknya Anda lebih baik
memakai akun pribadi ketimbang akun kelompok tersebut. Pernyataan Anda itu
bertentangan sekali dengan ajaran Gereja Katolik (padahal Anda Orang Muda
Katolik) dan hal ini bisa membuat orang berpandangan OMK St. Maria Tirtanadi
berpegang pada pandangan yang bertentangan dengan ajaran Gereja.
Perhatikan ajaran Gereja Katolik berikut:
IV. Mengenai
Orientasi Semua Orang Kepada Gereja
6. Harus diimani
dengan teguh bahwa Gereja adalah tanda dan sarana keselamatan bagi semua
bangsa. Adalah bertentangan dengan iman Katolik untuk memandang berbagai agama
dunia sebagai jalan-jalan keselamatan komplementer terhadap Gereja.
7. Menurut ajaran
Katolik, penganut agama-agama lain mengacu kepada Gereja dan dipanggil untuk
menjadi bagian daripadanya.
Paus Yohanes Paulus II dalam audiensi 19 Januari 2001, dalam cahaya perkembangan selanjutnya, meneguhkan notifikasi ini yang telah diterima dalam Sidang Biasa Kongregasi, dan memerintahkan publikasinya.
Roma, dari Kantor Kongregasi Ajaran Iman, 24 Januari 2001, pada hari Peringatan Santo Fransiskus dari Sales.
Joseph Card. Ratzinger Prefek +Tarcisio Bertone, S.D.B. Uskup Agung Emeritus dari Vercelli, Sekretaris
Admin, sekiranya OOT, maafkan saya dan silahkan berlakukan kebijakan yang menurut Anda baik. :)
Severinus Klemens But Catholic doctrine tells us that the primary duty of
charity does not lie in the toleration of false ideas, however sincere they may
be, nor in the theoretical or practical indifference towards the errors and
vices in which we see our brethren plunged, but in the zeal for their
intellectual and moral improvement as well as for their material well-being.
(Paus St. Pius X)
Tindakan kasih
kepada sesama tidaklah boleh didasarkan atau berada pada toleransi terhadap
pandangan-pandangan yang salah.
Omk St Maria
Tirtonadi Maaf kalau saya dianggap bertentangan dengan
ajaran Gereja, tapi inilah bukti nyata. Saya mungkin tidak tahu hal yang Anda
beritahukan barusan, tetapi kita tidak bisa terlalu fanatik dengan agama kita,
karena agama itu adalah buatan manusia. Bukan berarti saya berkomentar begitu
artinya saya bukanlah orang Katolik sejati dan iman saya diragukan. Dan kenapa
juga kita yang satu agama harus bertengkar karena itu, bukankah itu mencerminkan
pemahaman kita berbeda-beda tentang agama kita?
Maaf klo salah
comment. Syaloom.
Andre
Bahar Apa itu fanatisme? Dictionary.com
mendefinisikan "Fanatic" (kata benda) sebagai "seseorang yang
ditandai atau dimotivasi oleh suatu antusiasme exkstrim dan tak bernalar bagi
suatu sebab". Sementara itu Oxford mengatakan bahwa "Fanatic"
adalah "orang yang terlalu antusias terhadap sesuatu." Definisi
Oxford juga menambahkan bahwa penggunaan kata "fanatik" biasanya
bersifat "merendahkan" (derogatory).
Kalau kita memakai definisi dari Dictionary.com maka bolehkan seorang menjadi Katolik yang fanatik? Jawabannya adalah tidak. Kenapa? Karena adanya syarat "tak bernalar" di definisi dari dictionary.com. Iman Katolik bukan sesuatu yang "tak bernalar." Iman Katolik adalah sesuatu yang melampaui nalar (karena obyeknya adalah Allah yang melebihi nalar). Iman Katolik sama sekali tidak bisa tak bernalar.
Berikutnya definisi Oxford dictionary. Definisi Oxford lebih luas dari definisi dictionary.com. Pada dasarnya kalau kita menggunakan definisi Oxford maka sangat bagus bila seseorang menjadi Katolik fanatik. Namun di dalam definisi oxford tersebut juga dikatakan bahwa penggunaan "fanatik" telah mendapatkan arti yang "merendahkan" (derogatory), sehingga munkin kurang baik juga untuk menjadi seorang Katolik fanatik. Namun bila nuansa "merendahkan" dari kata tersebut hilang (seperti kata "punk" yang dulu mempunyai makna merendahkan, tapi sekarang dipandang keren), maka sah-sah saja untuk menjadi Katolik Fanatik. Nuansa "derogatory" (merendahkan) di Oxford adalah akibat pandangan miring orang yang acuh terhadap Agama. Sehingga bila kita benar-benar telah menghilangkan kesan "merendahkan" maka sangatlah baik untuk menjadi Katolik fanatik, yaitu, Katolik yang sangat antusis terhadap iman yang Katolik. Sungguh cocok dengan kehendak Allah.
Saya pake logika pemikiran OMK St. Maria Tirtonadi saja, agama adalah buatan manusia
manusia itu pada dasarnya tidak sempurna, jadi agama hasil buatan manusia itu tidak sempurna. Agama Katolik adalah buatan manusia, manusia pada dasarnya tidak sempurna, jadi agama Katolik hasil buatan manusia itu tidak sempurna, (ada ajaran-ajarannya ada yang salah). Begitukan logikanya? Lalu apa alasan anda untuk tetap menjadi Katolik?
Satu agama
maksudnya gimana? Kalau yang Anda maksud Protestan dan Katolik itu sama, ini
salah, ada banyak dibahas tinggal cari saja di katolisitas.org. Gak perlu minta
maaf, yang saya "serang" itu argumen Anda, bukan pribadi Anda, so, no
heart feeling, oke. GBU.
Komkep Keuskupan Agung
Palembang Omk St Maria Tirtonadi, yang dimaksud oleh Severinus Klemens tentang akun, adalah bahwa Ketika Anda menggunakan nama
"OMK St. Maria Tirtonadi" maka itu diartikan itu sebagai pendapat
Gereja Katolik, dalam hal ini O M Katolik St. Maria Tirtonadi, sehingga yang
disuarakan tentunya adalah pandangan Gereja Katolik, bukan pandangan/pendapat
pribadi.
Sdr. Severinus menyarankan Anda menggunakan akun pribadi/nama Anda saja untuk berpendapat.
Sdr. Severinus menyarankan Anda menggunakan akun pribadi/nama Anda saja untuk berpendapat.
Christophorus Adi
Toruan Seperti nya untuk berpendapat di wall ini sia-sia
saja, lebih baik bagaimana kita bertemu saja di KYD 2012 di Palembang dan kita
berpendapat di sana, biar orang lain yang menilainya. Dan kita juga sudah
melenceng amat jauh, masak etika berinternet dibawa-bawa? Kayak anak SD saja!
Saya yakin akan Anda-Anda sekalian sudah dewasa dalam bertindak, berbuat dan
beriman, di sini tidak perlu orang-orang yang hapal isi Kitab Suci tapi tanpa
perbuatan nyata! Sekali lagi miris saya.
Christophorus Adi
Toruan Satu lagi, saya setuju apa yang diungkapkan
oleh OMK ST. Maria Tirtonadi. Severinus Klemens harap baca lebih teliti dan
pelan-pelan apa yang diungkapkan oleh OMK ST. Maria Tirtonadi. Jangan hanya asal
omong doang, baca pelan-pelan dan teliti "Pernyataan Anda itu bertentangan
sekali dengan ajaran Gereja Katolik (padahal Anda Orang Muda Katolik) dan hal
ini bisa membuat orang berpandangan OMK St. Maria Tirtonadi berpegang pada
pandangan yang bertentangan dengan ajaran Gereja." Maksudnya apa ini? Gak
jelas banget dech.
Sesilia
Widyastuti Mari kita lihat lagi pelajaran jaman
kita masih sekolah dasar dan memaknainya dalam konteks ilustrasi ini. Pancasila.
1. Ketuhanan Yang
Maha Esa. Tuhan itu 1 (satu), apapun agamanya ya Tuhannya cuma satu. Perbedaan
agama merupakan perbedaan cara pandang. Di Indonesia agama merupakan hak asasi,
jadi terserah dong seseorang mau beragama apa yang dia mau.
2. Kemanusiaan yang
adil dan beradab. Kita ini bersaudara atau bertetangga adalah hubungan
kemanusiaan. Apakah kita bisa disebut adil dan beradab jika kita menghakimi orang
lain yang pindah agama? (lihat Matius 7:1-5) Padahal di sila pertama sudah
disinggung bahwa agama termasuk hak asasi. Mana sisi toleransi kita, mana sisi
kemanusiaan kita?
3. Persatuan
Indonesia. Meskipun berbeda agama, kita sebagai bangsa Indonesia harus bersatu.
Mengapa harus menciptakan gap-gap baru, lebih baik kita bersatu untuk
perdamaian.
Cukup tiga sila
tersebut untuk menyadarkan kita. Kita boleh saja merasa sedih atau kecewa bila
teman atau saudara kita pindah agama namun ingatlah bahwa Yesus mengajarkan
cinta kasih (lihat Matius 5:43-47). Tinggal datang ke resepsi aja kok repot.
Christophorus Adi
Toruan Kok sampai siang ini saya tunggu sepi ya? Kemana saudara-saudara saya:
Andre Bahar, Severinus Klemens, Cornelius Pulung dan Aaron Kosasih ya? Ah,
siapa tau mereka sedang pergi ke resepsi pernikahan itu. Tapi kenapa tadi saya
tidak ketemu mereka disana ya? Halo admin, ikut pergi tidak? Ketemu tidak sama
saudara-saudara saya tadi?
selesai
ANAK BARU BAPTIS
BalasHapustahu kisah maria dan marta di LUKAS 10:38-42..
klo membaca perdebatan di atas, menurut saya yg satu pihak cenderung mengedepankan perkara dunia, yg lain pihak menghormati perkara dunia tp lbh mengedepankan SABDA ALLAH.
LUKAS 10:41-42 "41. tetapi TUHAN menjawabnya: "marta, marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, 42. tetapi hanya satu saja yg perlu: maria telah memilih bagian yg terbaik, yg tidak akan diambil dari padanya."
truz apa kita harus menjadi org yg hanya peduli dg agama (gereja) dan tidak hidup bermasyarakat dan bernegara?
seharusnya tidak karena di MARKUS 12:17, Dikatakan oleh TUHAN YESUS apa yg harus kita lakukan.
MARKUS 12:17 "lalu berkatalah YESUS kepada mereka: "berikanlah kepada kaisar apa yg wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada ALLAH apa yg wajib kamu berikan kepada ALLAH!"