Rabu, 01 Agustus 2012

FROM KYD WITH LOVE

 Preambule
Udara subuh Palembang menjadi saksi bisu tentang kehadiran kurang lebih 1200 orang muda yang berasal dari 26 paroki di 3 propinsi yakni Bengkulu, Jambi dan Palembang. Bentuk wajah dan baju yang sudah lusuh tidak menyurutkan semangat muda ini untuk berlaga dalam kedewasaan iman, pengetahuan dan tindakan yang dikreasikan dalam beberapa  bentuk kegiatan. Lelah akibat diombang-ambingkan jalanan dan bau bensin mobil yang mereka tumpangi masih tercium dari aroma tubuh mereka ketika memasuki arena KYD.
 Mentari pagi pun ikut mengawali langkah Orang Muda Katolik (OMK) se-Keuskupan Agung Palembang dalam perhelatan akbar Keuskupan Agung Palembang Youth Day (KYD) pada tanggal 26 Juni 2012. Agenda 4 tahunan Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Palembang ini digelar kembali dengan wajah dan konsep baru dalam tema ‘Menjadi Orang Muda Katolik yang Dewasa dalam Iman, Pengetahuan dan Tindakan’. Tidak hanya tema besar, jargon-jargon kegiatan KYD  juga turut meramaikan aktifitas kaum muda selam 4 hari ke depan seperti connecting, sharing, empowering atau ‘menggereja yes, berteknologi oke’.

Hiruk pikuk kegiatan  KYD sudah tampak sejak pagi mewarnai area tempat berlangsungnya event yang berlokasi di Komplek STT-STIE MUSI dan Xaverius 1 Palembang. Sebagian OMK sudah mulai bergegas dengan segala pernak/perniknya dalam rangka mempersiapkan ‘rumah kecil’ sebagai stand pameran kekayaan gereja masing-masing paroki. Stand bukan sembarang stand tapi stand yang diisi dengan jiwa orang muda berupa dekorasi kreatif yang mencirikan paroki masing-masing, barang-barang unik yang lahir dari tangan-tangan OMK dan tak ketinggalan barang dagangan yang mungkin ditujukan untuk menambah uang jajan para kontingen paroki di Negeri Pempek dan Kemplang ini. 

Ibadah plus pagi ini adalah suara panitia melalui pengeras suara, gergaji, palu, suara musik latihan para singer dan animator, celoteh para suster dan romo atau panitia yang siap mengatur acara dan teknis acara. Suasana pagi ini riuh redam ibarat pasar rakyat atau pesta panen rakyat.

Acara akan dibuka misa pembukaan pada jam 15.30 yang dipersembahkan oleh Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ sendiri beserta puluhan romo dan perarakan Salib KYD oleh para serdadu-serdadu ala Romawi. Misa akan dipadupadankan dengan budaya-budaya umat yang berdomisili di Keuskupan Agung Palembang sebagai satu kekayaan gereja. Maka lahirlah Misa Pembukaan dengan gaya orang muda yang natural karena diadaptasi dari budaya yang tumbuh dan disirami dengan Iman Kristiani sehingga menjadi sebuah perpaduan dan pertanda bahwa keselamatan dan gereja lahir ditengah-tengah budaya umat setempat. 

Bukan hanya artis ala gereja saja yang akan tampak dalam pesta besar orang muda ini. Para pelaku dunia pemerintahan dan KWI juga ikut nimbrung diantaranya Dirjen Bimas Katolik Bpk. Semara Duran Antonius, Walikota Palembang Ir. H. Eddy Santana Putra, MT, dan Sekretaris Eksekutif Komisi Kerasulan Awam KWI yakni Rm. Guido Suprapto, Pr. Maka sebuah dukungan dan motivasi besar bagi orang muda dikunjungi dan disemangati oleh ‘orang tuanya’ untuk berproses bersama dalam kedewasaan.

Pada kesempatan ini Wali Kota Palembang ‘balik kandang’ mengenang masa bersekolah di Xaverius I untuk menyapa para peserta dengan sebuah lagu India Tera Jana untuk menyemangati seluruh orang muda yang memiliki kesamaan dari segi budaya dan bahasa. Dalam kesempatan ini, beliau berharap bahwa orang muda mampu membawa perubahan dan perkembangan bagi daerah masing-masing selincah penari India dengan menjauhi Narkoba. Bapak Uskup juga tak lupa mengingatkan orang muda untuk berhasrat agar bisa ikut dalam IYD yang akan diadakan bulan Oktober di Sanggau.

Pertemuan akbar ini dikonsep bukan hanya sekedar menjadi ajang ngumpul-ngumpul OMK atau sekedar mendengar celoteh atau temu kangen para sahabat lama. Namun merupakan satu konsep menyeluruh yang melibatkan daya pikir, rasa dan tindakan. Dibalik semua proses yang repot ini, di luar dari kesan bahwa banyak kekurangan penyelenggara, acara ini memiliki konsep matang yang harapannya berdampak dalam pola pikir dan daya juang orang muda ke depan.

Warna-Warni Rohani di KYD
Mengusung tema yang cukup sarat makna dan ilmu ‘Menjadi Orang Muda Katolik yang Dewasa dalam Iman, Pengetahuan dan Tindakan, KYD kali ini memang luar biasa menguras tenaga para pesertanya bukan saja masalah persiapan dana dan segala tetek bengeknya tetapi syarat pamungkas dari panitia yang mewajibkan peserta untuk mengikuti pendalaman iman di paroki masing-masing  peserta. Bukan hanya sekedar sarana ‘menjinakkan’ peserta, strategi sederhana namun cukup ampuh ini mencoba memberi manfaat lain bagi peserta yang datang ibarat ‘sekali dayung dua tiga pulau terlampaui’. Alhasil, seluruh peserta ‘dipaksa’ untuk mendalami iman Katolik yang dikemas dalam pendalaman iman pra KYD.

Salah satu kegiatan dalam KYD tersebut adalah gladi kerohanian yang dibagi menjadi  4 bagian diantaranya debat iman, berpadu dalam pujian, monolog katekese dan cepat-tepat iman katolik. Maka para peserta akan sangat beruntung jika mampu mengikuti pendalaman iman karena seluruh materi dalam lomba tersebut merupakan hasil pendalaman iman yang dilaksanakan di paroki masing-masing. Pertanyaan mendasar adalah ‘apakah seluruh paroki dan peserta mengikuti dan mempersiapan pendalaman iman tersebut?’

Gladi rohani di mulai pada hari ke dua yang dilaksanakan serentak dibeberapa tempat. Babak penyisihan debat yang diadakan di aula Xaverius yang dibuka dengan ‘mengadu’ peserta yang berasal dari satu distrik. Namun, debat yang ditandingkan bukan debat para pelaku politik seperti yang biasa kita lihat di tv dalam rangka pilkada, pilpres, pilwako atau pemilihan lainnya. Debat yang ditampilkan dalam KYD tersebut adalah debat iman yang mempertanggung jawab iman.

Istilah debat berasal dari bahasa Inggris, yaitu debate yang berarti kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan.( http://endonesa.wordpress.com)  Tujuan dari debat sendiri adalah upaya kedua belah pihak yang mencoba membangun suatu kasus dengan didukung oleh argumen–argumen yang mendukung kasus mereka dimana cara membuat satu argumen yang baik dan benar. Maka peserta harus mampu mempertahankan argumen-argumen yang mendukung posisi mereka apakah sebagai pro atau kontra dengan menggunakan sumber-sumber yang dipersiapkan. 

Materi debat yang diambil merupakan hal-hal yang biasa kita jumpai sehari-hari, misalnya saja dukungan terhadap teman yang berpacaran beda agama, frater yang kelewat aktif mendampingi orang muda, EKM yang dimodifikasi gaya orang muda, para klerus yang berpolitik, boleh tidaknya menerima komuni lebih dari sekali pada hari yang sama. Maka sebagai orang muda yang dewasa dalam iman, pengetahuan dan tindakan harus mampu mengutarakan opininya dalam mendukung atau menolak  topik tersebut dengan memakai sumber-sumber yang pendukung seperti KHK, KGK, Alkitab, atau  sumber-sumber  pendukung lainnya. Pada babak final debat melahirkan dua petarung distrik yaitu Cubengtuling dan Petasan yang akhirnya dimenangkan oleh Distrik Cubengtuling. Maka Petasan harus mengalah untuk duduk di posisi juara ke dua bersama Distrik Yoshimura sebagai pemenang ke tiga.

Bentuk gladi rohani yang lainnya adalah monolog katekese. Secara harfiah monolog adalah suatu ilmu terapan yang mengajarkan tentang seni peran dimana hanya dibutuhkan satu orang atau dialog untuk melakukan adegan/sketsanya. (http://ml.scribd.com/). Maka dalam monolog katekese ini, para peserta harus mampu menguraikan ajaran gereja seperti tradisi gereja, kitab suci, visi misi keuskupan, KHK, dll. Bukan sekedar berani cuap-cuap tetapi peserta harus mampu memberikan informasi berdasarkan sumber terpercaya. Ajang ini menetaskan 3 jawara monolog katekese yaitu RPM, Sapartus dan Sijambu.

Gladi Rohani yang lain adalah cepat tepat iman katolik yang dilaksanakan dalam dua sesi; babak penyisihan melalui pertanyaan tulisan dan battle sebagai final. Peserta harus mampu menjawab pertanyaan seputar gereja katolik meliputi tradisi gereja, ajaran gereja dan lain-lain. Pada akhir babak battle, para peserta ditantang untuk mengatur strategi dan mengasah pengetahuan dengan satu pertanyaan pamungkas. Diakhir proses yang sengit ini lahirlah 3 jawara distrik yakni Yoshimura, Sijambu dan Petrita.

Walaupun pada akhirnya gladi ini meninggalkan perdebatan dengan pertanyaan ‘dapatkah seluruh umat beriman menerima 7 sakramen’, hendaknya kita mampu melihat seluruh proses gladi ini dari kaca mata iman bukan sekedar masalah siapa yang menang dan kalah atau pantas dan tidak pantas. Paling tidak kita sudah mampu memperdebatkan iman kita walaupun hasilnya belum maksimal.

Gladi rohani yang terakhir adalah berpadu dalam pujian yang mengasah kemampuan peserta dalam menebak judul lagu, melanjutkan lirik lagu, menebak lagu sesuai dengan masa liturgi gereja dan menyanyikan mazmur tanggapan yang dipilihkan oleh juri. Dalam proses ini, bukan hanya peserta yang ikut menebak-nebak atau penasaran untuk setiap pertanyaan yang dilontarkan juri, bahkan penonton juga ikut was-was dan penasaran. Untungnya yang menjawab pertanyaan hanya peserta bukan seluruh penonton, jika tidak maka KYD akan mendapat Rekor  Muri karena menyelenggarakan lomba cepat tepat dengan peserta terbanyak. Namun, ternyata juri harus memutuskan hanya 3 juara saja dalam perlombaan ini yakni Sijambu sebagai juara 1 yang diikuti oleh Yoshimura 2 sebagai juara 2 dan Tahata sebagai juara 3.

Pada akhir seluruh proses gladi rohani ini, setiap orang yang dituntut untuk merefleksikan dan mengaksikan apa yang sudah kita dalami dan ikuti dalam proses KYD secara  keseluruhan . Dewasa dalam iman dimana mampu memusatkan perhatian kepada Kristus bukan pada diri sendiri saja, memberikan diri kita untuk pekerjaan-pekerjaan Allah di dunia, tidak mudah bertengkar dengan sesama, terutama dengan sesama umat, mau dengan hati lapang memikul salib yang Tuhan izinkan terjadi di dalam kehidupan kita dengan harapan akan kebangkitan bersama Kristus,  kita mau mengikuti seluruh ajaran dan kehendak Tuhan dan tidak memilih-milih dan menyesuaikan dengan kehendak kita sendiri. How?

Gladiator KYD
Mari beralih pada kegiatan yang menguras tenaga melalui gladi jasmani yang dilakoni oleh para pria dan wanita perkasa. Kegiatan gladi jasmani diadakan untuk meningkatkan kebersamaan dan menjunjung tinggi sportifitas sebagai orang muda Katolik. Sayangnya kegiatan ini dilaksanakan pukul 14.00 wib dimana pemain selain bertarung antar tim juga bertarung dengan sang matahari yang cukup terik. Dikelilingi oleh gedung-gedung bertingkat antara sekolah Xaverius dan STTT MUSI lapangan ini menjadi momentum berharga bagi orang muda dalam bertanding.

Gladi jasmani ini mempertontonkan tiga (3) cabang olahraga diantaranya futsal putra dan putri, volley putra dan volley putri dan badminton beregu. Bukan udara saja yang panas karena seluruh yang hadir juga panas sehingga timbul api-api kecil akibat gesekan antar pemain yang menimbulkan emosi, tatapan tajam antar pemain atau lontaran bahasa-bahasa surga yang tidak dapat terhindarkan dalam  proses ini. Gesekan ini terkadang timbul akibat wasit atau hakim garis yang kurang teliti dan cermat memimpin pertandingan membuat ketidakpuasan di antara pemain dan penonton atau saling sikut dan senggol selama bertanding. Walaupun demikian, pertandingan final futsal putra berhasil mendudukkan Petasan sebagai juara 1, diikuti Cubengtuling sebagai juara 2 dan Petrita sebagai juara 3. 

Semangat supporter dan pemain bukan hanya terfokus pada pertandingan futsal putra saja tetapi dalam pertandingan futsal putri. Para Putri Sion juga mencoba menjajal kemampuan mereka dalam olah raga yang biasa dimainkan oleh kaum adam ini. Tak hayal beberapa gerakan-gerakan di luar dugaan mengundang tawa penonton. Atau ketika pemain serius menendang bola, terlintas benda aneh di udara yang ternyata adalah sepatu salah satu pemain. Namun, rasa geli tersebut tak menyingkirkan niat putri-putri tangguh ini untuk berlaga bak pria dan merebut juara diantaranya tim futsal Petrita, Sapartus dan Sijambu

Pertandingan lain yang tak menarik adalah badminton dengan sistem pool yang di warnai juga dengan pertandingan yel-yel untuk menyemangati para pemainnya. Dalam sekejap pertandingan badminton tersebut serasa berubah menjadi auditorium tempat kontes nyanyi. Para putra/putri gereja ini bertanding bak para pejuang Thomas dan Uber Indonesia yang sedang berlaga. Walau bukan piala Thomas dan Uber yang didapat nantinya, tapi olah raga ini melahirkan para calon pengganti Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma yang berasal dari Distrik Petasan, Yoshimura dan Tahata. Sedangkan diajang bola volley putri sendiri, Distrik Petrita, Cubengtuling dan RPM berhasil melahirkan juara-juara baru dalam olah raga ini dan diikuti juara di volley putra berhasil direbut oleh Petrita, Sapartus dan Cubengtuling.
Namun secara keseluruhan, seluruh proses yang berlangsung dalam pertandingan ini mencoba menghantarkan setiap kita dalam berefleksi dan beraksi.

Pensi KaPal
Pensi ala anak-anak muda KaPal ini terbilang unik karena menampilkan ragam budaya dan skill para muda yang beraksi dalam bentuk drama, boy band, dance, nyanyi atau medle seluruhnya. Penampilan 24 paroki yang dibagi selama 3 malam menjadi hiburan rakyat yang menampilkan kekayaan gereja dan pewartaan iman. Pensi ini diwarnai dengan banyak tawa lucu dari penonton akibat ulah unik para peserta pensi yang berpenampilan ala hewan atau ‘bencong’. Walaupun hadir 6 juara melalui penilaian juri yakni OMK Paroki Santa Maria-Tugumulyo, OMK Paroki Santa Theresia-Jambi, OMK Paroki Santo Petrus-Kenten, OMK Paroki Santo Stefanus-Curup, OMK Paroki Santo Yoseph-Palembang, OMK Paroki Trinitas-Bangunsari tapi seluruh penampilan yang dipersembahkan setiap paroki merupakan juara sebagai bentuk orang muda yang kreatif dalam berkreasi dalam iman dan pewartaan. 

Kegiatan Pendukung
Jangan anggap remeh dengan pendukung karena nilai dan muatan positif yang tak kalah menarik ditawarkan kegiatan ini. Kegiatan ini diawali dengan seminar yang dibagi dalam beberapa sesi seperti enterprenership, politik, lingkungan hidup, IYD dan OMK, IT yang dibawakan oleh pemateri yang berkompeten di bidangnya seperti Rm Yohanes Dwi Harsanto, Pr, Paulus Poniman, Yoseph Handoko, Matheus Sunoto, Rm. Guido Suprapto, Pr. Kegiatan ini mencoba mengajak dan memotivasi orang muda untuk berkarya dan merasul melalui banyak segi kehidupan. 

Selain itu, selama kegiatan KYD berlangsung diadakan pelatihan kilat bagi orang muda yang berminat dalam jurnalistik, photography atau pembuatan film KYD yang difasilitasi oleh Heribertus Suharyanto dan Ino Prabowo dan Agustina Cicit. Bukan sekedar jadi jurnalis, photographer atau movie maker dadakan namun menantang peserta untuk menampilkan hasil bidikan dan goresan terbaik mereka dalam perlombaan.

Akhir Perjalanan Panjang
Secara keseluruhan proses persiapan, pelaksanaan dan penutupan acara KYD adalah proses pendewasaan bagi setiap individu yang terlibat di dalamnya baik sebagai peserta, panitia, pengunjung, simpatisan atau siapapun. Bukan hanya kedewasaan pada saat pelaksanaan yang dituntut tapi bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam gerak dan laku. KYD sesungguhnya adalah kehidupan itu sehari-hari baik dalam keluarga, sekolah, pekerjaan dan gereja. 

Misa penutupan yang menandai akhir dari proses 4 hari ini tak kalah memukau karena dikemas melalui gelar budaya dan memberi pesan yang cukup mendalam bagi orang muda mempertanggungjawabkan karunia sesuai dengan baptisan yang diterima. Apapun motivasinya dalam mengikuti KYD ini, biarlah semuanya bermuara pada tema yang mendalam ‘Menjadi Orang Muda Katolik yang Dewasa dalam Iman, Pengetahuan dan Tindakan’. Bukan sekedar tema kegiatan dalam proposal tapi tema yang akan diamini dan dihidupi oleh orang muda sebagai gereja masa kini dan masa depan.
.                                       Saat Gerimis Tengah Malam
                                                SefTonErs’ atas Nama OMK Paroki St. Teresia Jambi.