Minggu, 31 Juli 2011

Mari Berbagi Pengalaman, teman-teman Pendamping OMK, mari...

http://dinamikaomk.blogspot.com/

Blog ini merupakan rintisan Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Palembang dalam membuat website.

Blog ini salah satu tautan yg akan khusus menulis "Pengalaman dan refleksi para PENDAMPING OMK dalam dinamika pendampingan/ kegiatan OMK"

5 kategori tema yg disediakan adalah:
  1. Pengalaman/ refleksi menyelenggarakan/ mendampingi RETREAT/ REKOLEKSI.
  2. Pengalaman/ refleksi menyelenggarakan/ mendampingi LATIHAN KEPEMIMPINAN/ KADERISASI.
  3. Pengalaman/ refleksi menyelenggarakan/ mendampingi OUTBOUND ROHANI.
  4. Pengalaman/ refleksi/ gagasan tentang MANAJEMEN PENDAMPINGAN OMK.
  5. REFLEKSI INDIVIDU sebagai Pendamping OMK.

Sudah ada lebih dari 50 catatan pengalaman/ refleksi; sebagian kecil sudah diupload pada "catatan" facebook "Komkep Keuskupan Agung Palembang" Direncanakan, segala tulisan ini akan diterbitkan menjadi buku; bahkan Romo Santo (sekretaris eksekutif Komkep KWI) sudah memberi kata pengantar.

Kami mengundang teman-teman pendamping OMK di seluruh Indonesia untuk juga mensharingkan refleksi pengalaman pendampingannya. catatan bisa dikirimkan melalui:
1. email:  pendampinganomk@gmail.com
2. facebook "Komkep Keuskupan Agung Palembang"
3. salah satu pengurus Komkep Kapal, agustinussusanta@yahoo.com

Terima kasih atas perhatian, komentar, dan kesediaan berbaginya.

Salam, Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Palembang.
1 Agustus 2011.

Kotak Cinta


Kotak cinta adalah salah satu metode pengakraban antar peserta suatu latihan/retreat. Prinsip kotak cinta adalah membuatkan sebuah kotak/kantong/amplop mirip kotak pos, bagi tiap peserta kegiatan. Baik jika tiap panitia/fasilitator juga mempunyai kotak cinta tersebut. Peserta yang ingin menyampaikan sesuatu pada peserta lain atau pada fasilitator dapat menuliskan di secarik kertas, lalu memasukkan dalam kotak cinta yang bersangkutan. Apa yang disampaikan? Macam-macam tentunya, misal: kalimat motivasi, ucapan terimakasih atas sharing (pada sesi sebelumnya) yang memberi peneguhan, kata-kata penyemangat, pujian, kritik, bahkan ajakan berkenalan lebih lanjut.

Baik adanya jika fasilitator juga menyediakan berbagai kertas warna-warni, termasuk dengan bentuk-bentuk beragam (lingkaran, hati, kotak, bentuk mangga dan sebagainya) sehingga lebih menggairahkan suasana. Tak lupa sediakan pula berbagai spidol, pensil warna, gunting dan lem kertas. Segala peralatan dan bahan tadi pasti akan merangsang peserta untuk membuat kartu/ucapan yang menarik.

Kapan kotak cinta boleh dibuka oleh yang bersangkutan? Atnasus biasa menerapkan 2 alternatif. Pertama sesudah acara berakhir, semua beramai-ramai (tentu saja bergiliran) boleh menguras isi kotak cintanya. Kedua, fasilitator menguras kotak cinta tiap orang, lalu memasukkan ke amplop besar yang akan dibagikan pada tiap orang persis ketika akan pulang/meninggalkan tempat kegiatan. Haram hukumnya jika seseorang bolak-balik mengintip isi kotak cintanya selama proses, disamping hal tersebut bisa mengganggu proses (terutama bagi yang bersangkutan, karena pikirannya banyak tertuju ke kotak cinta) juga sebagai latihan untuk sabar walau dalam hati penasaran. 

Percayalah, (terutama bagi ABG) kotak cinta akan memberi kenangan yang manis, apalagi jika acara/ kebersamaan berlangsung dalam waktu cukup lama, 3 hari misalnya. Duluuuu waktu Atnasus masih SMA, usai retreat dia tak bosan membuka amplop untuk sekedar membaca surat-surat cinta dari teman-temannya. Sambil membaca kadang dia tersenyum membayangkan berbagai kenangan saat retreat, terutama yang konyol-konyol. Terbaca pula beberapa surat pujian dan penyemangat yang akan kembali menyadarkan bahwa dia sebenarnya punya potensi yang juga dilihat teman-temannya.

Bagi fasilitator, kotak cinta dapat menjadi sarana yang cukup efektif dalam memberikan pesan, kritik, maupun motivasi. Biasanya fasilitator lebih mengetahui kondisi peserta yang difasilitasinya, terutama ketika dia menjadi pendampingnya. Mungkin ketika sharing bersama anggota kelompok yang lain ada hal yang perlu disampaikan secara personal, namun karena keterbatasan waktu tak tersampaikan, maka tulis dan sampaikanlah ke kotak cinta peserta yang bersangkutan. Antar fasilitator juga baik jika saling memberi semangat dan mengucapkan selamat atas kontribusi teman yang lain. Jika kegiatan menguras banyak energi fisik dan nonfisik, biasanya ungkapan cinta dan terimakasih serta selamat dari sesama fasilitator akan memberi kelegaan. Secara tak langsung kebersamaan akan makin terbina melalui perasaan senasib sekegiatan. Peserta senang, fasilitator juga senang, sip deh.

Kadang kita terkendala untuk berkomunikasi secara lisan, baik karena kendala waktu, takut (dicuekin), atau malu. Menuliskan ungkapan pikir dan hati Kita yang dilakukan secara tulus akan memberi makna bagi sang penerima. Sejauh si penerima mau menyimpan tulisan kita, maka abadilah pesan kita. Pesan tertulis dapat berulangkali dibaca dan coba dipahami (jika sulit dimengerti apa maksudnya). Pesan-pesan yang dibuat dalam masa sebuah kegiatan kebersamaan yang mengesankan akan membawa dampak positif bagi semua pihak, baik si pengirim maupun si penerima. Selain kebersamaan, mudah-mudahan nilai-nilai yang disampaikan dalam kegiatan tersebut dapat terinternalisasi lebih jauh dalam keseharian peserta.

TTM ;Teman Tapi Misterius


 Ada satu pengalaman Atnasus ketika mengikuti sebuah retreat, terkait metode pertemanan. Metode tersebut Atnasus sebut TTM/teman tapi mesra. Teknisnya sederhana. Begini, pada awal proses, fasilitator membagikan carik kertas yang berisi nama tiap peserta secara acak. Atau peserta mengambil sendiri juga boleh. Tiap peserta akan mendapat sebuah nama teman yang ikut retreat, jika dia mendapatkan namanya sendiri, maka harus dipertukarkan. Prinsipnya tiap peserta memegang nama 1 peserta lainnya. Tugas tiap peserta adalah selama proses senantiasa memperhatikan sang teman tadi, dengan memberi perhatian lebih dari teman-teman lainnya. Syaratnya, orang yang diperhatikan jangan sampai tahu siapa gerangan yang memperhatikannya? Mirip main kucing-kucingan. Kita diharapkan memberi perhatian pada seseorang, namun jangan sampai ketahuan, disaat yang sama pasti ada orang yang akan memperhatikan kita, namun dia berusaha supaya tidak kita ketahui. Malaikat pelindung, itulah konsepnya. Kita menjadi malaikat pelindung bagi orang lain.
Akibat dinamika tersebut muncul berbagai ide menarik dan kreatif untuk ber TTM. Ada yang memberikan surat motivasi secara sembunyi-sembunyi, atau titip teman lainnya. Ada yang ketika selesai makan memberikan jatah buah pisangnya pada sasarannya, bisa langsung memberikan (dengan resiko ketahuan) atau dititipkan pada orang lain. Ada yang (entah terlihat disengaja atau tidak) membantu menyelesaikan tugas dan berbagai tindakan kreatif lainnya. 

Pada akhir proses diadakan kuis, apakah tiap orang tahu siapa malaikat pelindungnya selama proses retreat berlangsung? Jika tahu kenapa jika tidak kenapa? Ya tidak apa-apa…sich. Namun yang jelas TTM memberi pengalaman bagaimana kita diharapkan selalu melindungi/memperhatikan orang lain. Hal tersebut juga mengasah kepekaan bahwa untuk memberi perhatian, tidak harus diperlukan hal-hal yang menghebohkan. Sekedar sapaan juga bisa memberi arti bagi orang lain, apalagi jika dilakukan dengan tulus.

Banyak cara dapat kita lakukan untuk menjalin persahabatan sejati dengan orang-orang di sekitar kita. Sapaan, perhatian, maupun tindakan nyata merupakan perwujudan niat tersebut. Kita pun akan merasa senang jika ada yang memperhaatikan kita, itu sudah hukum manusiawi. Jika sadar bahwa untuk memperhaatikan lain dapat dilakukan dengan cara-cara sederhana, yha tunggu apa lagi, Kita praktikkan mulai detik ini dong.

“Thank You Lord for Giving Us Antioch” (RR_1)


“Thank You Lord for Giving Us Antioch”


Thank you Lord for giving us Antioch (3 x)
Right were we are.
Alleluya praise the Lord (3 x)
right were we are.

Ini adalah lagu kebangsaaan gerakan Antiokhia


Inilah kisah Atnasus ketika masih SMA dalam mengikuti sebuah weekend Antiokhia. Antiokhia adalah suatu gerakan yang menyasar remaja dalam pembinaan iman. Semangat yang diusung adalah bagai jemaat di antiokia yang antusias dalam pewartaaan iman. Materi yang disampaikan bermacam-macam, Atnasus lupa karena kejadiannya sudah lebih dari 15 tahun lalu berlangsung. Yang Atnasus tak akan lupa adalah metode kegiatan tersebut. Bagaimana sih antiokhia dijalankan sampai-sampai Atnasus masih terkesan.

Bagi Atnasus, yang saat itu hidup di kota kecil, jarang, atau bahkan tak pernah ada kegiatan penembangan iman selain bermetode pendalaman iman atau pendalaman kitab suci. Acara yang sudah sering diikuti Atnasus yha seperti lazimnya dibuat menjelang Paskah dan Natal, serta pada bulan kitab suci. Duduk, lagu pembukaan, renungan, bacaan kitab suci/injil, sharing, doa, lagu (dari madah bhakti) begitu lah rupanya. Barangkali bagi beberapa atau sebagian besar anak muda bisa membuat bosan. 

logo Antiokhia

Ketika Atnasus ditawari ikut weekend Antiokhia di kota Tegal, ikut saja dia, karena penasaran dan ingin mencari teman-teman baru. Dari stasi brebes, tempat Atnasus bermukim, hanya ada 2 orang mudika yang ikut. Week end Antiokhia dilaksanakan dua hari satu malam bertempat di komleks sekolah katolik, yang juga kebetulan dekat dengan gereja. Format penyampaian materi sederhana dan diulang-ulang untuk tiap materi. Membosankankah, oooo tidak, karena materi selalu berubah, dan kadang presenternya pun berganti. Tiap satu materi disampaikan oleh sebuah tim presenter yang terdiri dari 1 atau 2 orang remaja, sepasang suami istri yang melambangkan orang tua dan seorang rohaniwan, bisa romo atau suster. 3 pihak ini lah yang menggambarkan kehidupan komplet, anak, orang tua dan gembala umat. Tiap pihak menyampaikan pengalamannya tentang suatu tema. Ada pengalaman menyenangkan, lucu, tragis, penyesalan, keberhasilan, dan sebagainya. Atnasus larut dalam tiap materi karena tampaknya tiap presenter sudah mempersiapkan sungguh sehingga cerita/pengalaman yang dipilijh dan disampaikan memang sangat pas dibenak peserta. Apalagi jika penceritaan pengalaman, biasanya melibatkan emosi presenter, hal yang menambah khusyuk transformasi inspirasi.

Setelah 3 pihak sharing, dilanjutkan dengan sharing kelompok mendiskusikan atau membagikan pengalaman sesuai dengan tema, pada teman-teman sekelompok. Sharing dipandu oleh seorang fasilitator untuk tiap kelompoknya. Karena baru saja disuguhi sharing yang berkualitas, makan sebagian besar peserta juga tak ragu lagi untuk berbagi dan saling menguatkan iman. 

Acara yang ditunggu Atnasus adalah menyanyi, yha, menyanyi dengan gerakan. Sebagian lagu asing bagi Atnasus namun lagu dan syair yang sederhana menjadikan lagu tersebut mudah diingat, apalagi hampir semuanya mengandung gerakan. Proses gerak dan lagu dijalankan sesudah dan sebelum sesi materi, tidak sekedar selingan, tapi malah juga menjadi satu sesi menyanyi, 3 sampai 6 lagu biasa dinyanyikan. Kalau misalnya 5 lagu dinyanyian dengan gerakan yang energik, itu sudah sama saja dengan olahraga ringan.  Hilangkan kemaluanmu, lho, ya… para fasilitator mengajarkan bahwa bernyanyi dengan penuh semangat, penuh perasaan dengan gerakan sepenuh tubuh membuat suasana menjadi semarak. Tanpa malu mereka melakukan berbagai gerakan secara semangat, hasilnya, seluruh peserta dan fasilitator terbawa dalam suasana ceria. Atnasus yang diawal acara masih malu dan tidak menyangka bahwa akan ada banyak nyanyian bagus mulanya ragu-ragu untuk ikut menggerakkan badan sambil menyanyi, eh kebalik, menyanyi sambil menggerakkan badan. Toh pada akhirnya dia larut juga dan ternyata sangat mengasyikkan.  Momen seperti itulah yang belum pernah Atnasus rasakan, menyanyi dengan gerakan secara total.

Usai sesi menyanyi, materi dilanjutkan lagi dengan penyampaian topik lain. Biasanya presenter juga berganti namun tetap merepresentasikan pihak remaja, orang tua dan rohaniwan. Suasana kembali serius saat penceritaan, hidup saat sharing kelompok dan kembali meledak-ledak saat gerak dan lagu. Demikian dilakukan berulang-ulang, namun tidak membosankan. Stok lagu banyak, sehingga dalam satu acara weekend, Atnasus sampai mendapatkan duapuluhan lagu baru yang sekaligus dihapal dengan gerakannya. Luar biasa. Ada banyak hal yang diingat dan dikenang Atnasus ketika dia melakukannya dengan sepenuh hati.

Tujuan Antiokhia adalah untuk membantu kaum muda dalam mengembangkan kasih Yesus dan gerejaNya melalui suatu pengalaman persekutuan. Sedangkan tujuan dari Week End Antiokhia adalah untuk membantu menemukan jati diri kita sebagai pengikut Kristus. Melalui Week End, kita di ajak untuk merenungkan cinta kasih Kristus melalui pengorbananNya di kayu salib. Yang tercermin melalui orang tua, guru, teman, Romo, dan ciptaan Tuhan lainnya.

Semboyan Antiokhia adalah "we are growing together in love" dan "one for others". Semboyan ini menunjukkan bahwa kita hendak membangun kerjasama dan persahabatan dalam cinta kasih Kristus. Kita tentunya saling membutuhkan satu sama lain. Perbedaan yang ada hendaknya tidak menjadi pemecah persaudaraan, melainkan untuk memperkaya, memperindah, dan saling melengkapi dalam kehidupan bersama.

Metode penceritaan/sharing pengalaman pribadi adalah salah satu metode yang efektif dalam menyampaikan suatu materi/pesan moral maupun pesan iman. Ketika seseorang (tanpa ragu dan malu) menceritakan dirinya, maka dia punya kesadaran untuk berbagi pengalaman demi memberi inspirasi bagi mereka yang mendengarnya. Dari sisi pendengar, pasti dia mempunyai  kesan posistif terhadap presenter, suatu kesan yang sangat mendukung proses transformasi nilai. Tidak sekedar bercerita, namun sangat baik bila apa yang hendak diceritakan sudah emelalui refleksi sehingga cerita/kisah menjadi hidup, mengalir, tanpa kesan dibuat-buat. Beberapa kisah mungkin menghantarkan penceritanya pada tangisan karena terbawa emosi, ndak masalah, justru itu menunjukkan bahwa kisah peristiwa yang dia kisahkan benar-benar mempunyai dampak padanya. Pengisahan pengalaman pribadi dengan diri sendiri sebagai subyek lebih dahsyat efeknya daripada seseorang menceritakan suatu teori, pandangan, maupun kisah orang lain. Tentu saja semua kisah pribadi tadi dibalut dengan nilai-nilai iman/moral dengan bahasa yang pas. Coba deh, pasti memberi nilai lebih bagi pendampingan kita.

Sambutan Mantan Pastor Moderator OMK Keuskupan Agung Palembang


Sebuah Kisah: Mengabdi Atas Nama Cinta.

Ini sebuah refleksi. Refleksi atas pengalaman mendampingi kaum muda dalam wadah Komisi Kepemudaan. Refleksi atas perjuangan menghayati panggilan sekaligus atas pergulatan menjadi pendamping yang semestinya sesuai kebutuhan kaum muda. Sebuah refleksi adalah proses pencarian makna. Proses mencari dan menemukan makna adalah proses melihat kembali berdasarkan alasan, muatan atau isi  dan tujuan sesuatu dilakukan.
   
Berdasarkan alasan.

Alasan adalah latarbelakang. Sesuatu yang memotivasi tindakan atau gerakan. Sesuatu ini berupa situasi yang tergambar di mana pendampingan dilakukan.  Dalam hal ini situasi kaum muda katolik keuskupan Agung Palembang. Tak hanya tentang sisi problematika dan apa kebutuhan mereka. Namun pula  sisi siapa mereka serta apa tugas dan tanggungjawabnya sebagai orang Katolik. Kesulitan besar ditemukan dalam proses merumuskan pengertian kaum muda dari dua sisi ini.

Berdasarkan Isi atau Muatan.

Bila sudah sulit dalam merumuskan pengertiannya, tentu pula sulit dalam proses pendampingannya. Proses di sini meliputi penyiapan materi dan bentuk pendampingan yang sesuai dengan harapan. Tak mau salah langkah dan terkesan membina atau menggurui, maka penentuan materi dan metode dikerjakan bersama kaum muda sendiri. Dapat dibayangkan ini pekerjaan yang tak gampang dan sekaligus melelahkan. 

 Selalu dijumpai adanya dilema antara realitas dan idealitas.  Baik dalam diri kaum muda maupun para pendamping sendiri. Pekerjaan yang sulit dan berat beresiko pada habisnya daya tahan dan habisnya daya tahan berdampak pada keinginan untuk menyerah, apalagi bila sudah disertai dengan konflik kepentingan. 

 Konflik kepentingan dapat datang dalam bentuk yang sangat halus berupa ide dan pendapat. Pada dasarnya dari pengalaman tak ada ide yang jelek. Semua baik, semua mulia. Tapi kenapa bisa terasa sebagai pertentangan ? Sebetulnya hanya karena tidak dijadikan sebagai milik bersama. Tampaknya sederhana namun menjadikan milik bersama ini juga bukan perkara mudah, ketika orang tidak rela kehilangan milik dirinya. Satu persatu orang bisa menyerah ketika merasa tak mendapatkan yang dia cari. Ini terjadi baik pada kaum muda maupun pendamping. 

 Lalu logisnya bila semua menyerah berarti semua selesai. Tak ada lagi pendampingan. Dan tidak ada pula yang bisa disalahkan, selain siapa penanggungjawab utama pendampingan, yakni komisi kepemudaan. Karena itu pilihannya tiada lain adalah tidak boleh semua menyerah. Harus ada yang bertahan. Karena tugas dan tanggungjawab ini bukan sesuatu yang salah. Tapi bagaimana bisa mengajak supaya semua tahan uji ? 

 Dalam perjalanan proses dan lewat perenungan yang mendalam, ditemukan jawabannya bahwa tugas ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang mencintai kaum muda. Bila orang sudah mencintai kaum muda, ia akan rela melakukan apa saja untuk membuktikan cinta itu. Ia akan sabar,ketika mendapati banyak kesulitan ; ia akan lemah lembut, ketika menghadapi banyak protes dan pertentangan ; ia tidak akan memegahkan diri ketika berhasil ; ia tidak akan iri bila idenya tak dipakai ; ia akan dengan murah hati membagikan segala miliknya baik itu gagasan, waktu bahkan dirinya sendiri ; ia tak mencari keuntungan diri dalam rupa nama baik, pujian apalagi harga diri ; ia percaya segala seuatu, menutupi segala sesuatu dan sabar menanggung segala sesuatui karena percaya, yang berkarya dalam dirinya adalah Roh Allah yang selalu ingin memperbaharui dunia, dan yang memanggilnya untuk menjadi rekan kerja dalam karya penyelamatan.. 

 Bagaimana bisa menenmukan orang-orang yang punya cinta seperti ini ? Tentu saja proseslah yang akan menyeleksi. Maka juga kalau dalam perrjalanan ada yang menyerah, kita tak boleh melihatnya sebagai kegagalan. Karena ini adalah pilihan bebas. Setiap pilihan wajib dihargai dan dihormati. Dan sebetulnya, tak ada larangannya bahwa setelah menyerah, orang tetap bisa membantu atau bekerjasama. Latihan menjadikan segala sesuatu sebagai tanggungjawab dan milik bersama serta untuk kepentingan bersama inilah yang akan menjadi kekuatan utama proses pendampingan yang hidup dan mempersatukan.

Berdasarkan Visi.

Visi adalah tujuan, arah, kiprah, maksud, orientasi, pandangan, penampakan, penglihatan ke depan. Sesuatu yang mengarahkan atau memandu seseorang ketika melakukan sesuatu. Boleh dikatakan bahwa setiap hal mempunyai tujuan. Tujuan ini adalah sesuatu yg menjadi akhir sekaligus awal pergerakan sesuatu. Visi dasar pendampingan kaum muda katolik sejatinya adalah kaum muda katolik yang berkualitas. Berkualitas dalam hidupnya sebagai warga dunia dan warga Gereja. Berkualitas dalam panggilan mengamalkan cinta bagi segala makhluk, turut dalam karya membaharui dunia supaya tercipta keadilan dan perdamaian. Dimulai dengan lingkungan sempit pergaulan di sekitar dirinya sendiri, yakni keluarga, sekolah dan  pergaulan. 

  OMK hanyalah wadah dan sarananya dan bukan tujuan akhirnya. Tujuan akhirnya harus sama dengan visi dasar Kerajaan Allah, yakni supaya cinta semakin meraja. Dan panggilan dalam cinta ini, adalah panggilan kepada kesempurnaan ; panggilan kepada keselamatan

 Akhir kata, selamat berjuang saya ucapkan kepada teman-teman di Komisi Kepemudaan dan kepada siapa saja yang berkehendak baik membantu karya pendampingan bagi kaum muda ini. Semoga tak bosan dan tak kalah dalam pergulatan mengabdi atas nama Cinta ini. Dan Cinta yang kita tanamkan semoga lestari dan  berbuah banyak.
  
Paris, HUT Imamat ke 10, 25 Januari 2010 
Vincentius Triatmodjo, Pr

Sambutan Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI


Menuliskan Pengalaman, Suatu Tindakan Nyata Penyampaian Kabar Gembira Kristus

Betapa berharga dan terhormat, upaya-upaya untuk mendampingi orang muda. Makin berharga dan terhormat jika pengalaman itu dituliskan. Mengapa? Karena gerak dinamika pendampingan orang muda yang dinamis sering terlewat, jarang dituliskan, sehingga kita tak bisa saling belajar. Mengingat bahwa orang muda ialah penentu masa depan, maka usaha pembinaanya pun mesti ditulis dan didokumentasikan dengan berbagai cara. Kami bergembira atas upaya penulisan pengalaman pendampingan ini. Dengan tulisan ini, semoga di masa depan, usaha pembinaan bisa makin bermakna seperti harapan paus Yohanes Paulus II: “Dibandingkan dengan masa lampau, masa muda adalah masa kini. Dibandingkan dengan masa depan, kamu adalah harapan dan jaminan dari setiap penemuan dan kebaharuan . Dibandingkan dengan saat ini, kamu adalah kekuatan yang dinamis dan kreatif!” (pidato Paus Yohanes Paulus II di Caracas, Venezuela, 27 Januari 1985, dalam P. Jerome M Vereb CP [Ed], “Setiap Anak adalah Cahaya, pesan Paus Yohanes Paulus II kepada Orang Muda”, terjemahan Terry Ponomban Pr, Pustaka Nusatama Yogyakarta: 2005). Orang Muda selalu berada di tempat istimewa dalam jantung hati Gereja.

Usaha pembinaan Orang Muda Katolik (OMK) diarahkan menuju pengenalan diri dan keberanian melakukan tindakan pembaharuan diri sebagai bagian dari Gereja Katolik dan bangsa Indonesia. OMK, ialah kaum lajang yang berusia antara 13 -35 tahun. Mereka golongan terbesar dalam Gereja dan masyarakat. Dalam konteks ini, apa yang telah dibuat dan dituliskan dengan bagus oleh Orang Muda Katolik Keuskupan Agung Palembang ini pantas mendapat penghargaan. Selain sebagai dokumentasi, isi buku ini bisa menjadi inspirasi bagi penggerak OMK di keuskupan-keuskupan lain serta siapapun yang membaca, agar membagikan pengalaman pula sehingga kita makin diperkaya. Bagi Komisi Kepemudaan KWI, kesediaan penggerak OMK untuk menuliskan pengalaman dan dibagikan terasa membahagiakan. Buku ini dapat menjadi salah satu inspirasi penting untuk memajukan proses pendampingan OMK di 37 keuskupan se-Indonesia.

Semoga buku ini makin memenuhi harapan Gereja akan pembinaan OMK yang berpusat pada Kristus. “Satu kekhususan dari orang muda zaman ini ialah keterbukaan terhadap perbedaan yang amat besar dari budaya kita. Tetapi, kamu harus tetap terbuka terhadap Kristus. Ingatlah akan apa yang Ia lakukan kepada si pemuda kaya dalam Injil (Mrk 10:17). Yesus memandangmu juga, yang kaya dalam talenta dan dalam hal-hal lainnya. Yesus memandangmu dengan kasih dan cinta yang sama. Ia memintamu untuk terbuka sepenuhnya kepadaNya, dan Ia tak pernah mengecewakan kamu (Paus Yoanes Payulus II, pidato di Scandinavia, 8 Juni 1989, ibidem).

Jakarta, 19 Maret 2010, pada HR. St Yusuf, Pembina Yesus Orang Muda Nazaret
Pastor Yohanes Dwi Harsanto Pr