Selasa, 17 April 2012

CINTA YES, KATOLIK YES!


Materi I Pendewasaan Iman PraKYD 2012

CINTA YES, KATOLIK YES!


GAGASAN DASAR
·         Dengan Sakramen Baptis setiap orang Katolik dipersatukan dalam keluarga Gereja, diangkat menjadi anak-anak Allah, dan memperoleh rahmat keselamatan dari Allah.  Sakramen Baptis bagaikan gerbang yang membawa orang untuk menikmati kasih Allah dalam sakramen-sakramen lainnya. Sejak diterima, saat masih bayi ataupun ketika sudah dewasa, sakramen baptis bagaikan meterai yang tak terhapuskan; sekali untuk selamanya. Maka menjadi tugas setiap orang untuk menjaga, menghidupi dan mewujudkan buah-buah iman berkat sakramen ini sepanjang hidupnya.
·         Dalam kenyataan untuk hidup sebagai anak-anak Allah yang memperoleh rahmat baptisan memang tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin! Tak terhitung jumlah mereka yang setia dan menjadi suri teladan hidup imannya. Namun tak jarang sering pula terjadi ada orang yang mengingkari rahmat baptisannya dan lari dari kawanan Gereja. Ada banyak alasan yang dikemukakan mengapa saudara-saudari kita itu mening-galkan Gereja. Yang sering terjadi di beberapa tempat, khususnya yang dialami kaum mudanya, hal itu berkaitan dengan pasangan hidup. Kesulitan menemukan pasangan yang seiman mengakibatkan mereka bergaul dan akhirnya menemukan pasangan dari non-Katolik. Patut disayangkan sebagian kaum muda Katolik yang demikian akhirnya “menyeberang” atau “lompat pagar” mengikuti iman pasangannya.
·         “Cinta, Yes! Katolik, Yes!” Motto sederhana ini hendaknya dapat dipegang bagi mereka yang ingin membangun rumah tangga dan calon pasangannya tidak Katolik. Cinta laki-laki dan perempuan merupakan karunia Allah yang harus dipupuk dan dibina. Namun iman yang kita miliki juga harus kita pertahankan dan hidupi. Dalam situasi masing-masing pihak memperhatankan cinta dan imannya, di dalam Gereja Katolik ada jalan penyelesaian yakni melalui “Perkawinan Campur.” Perkawinan campur, baik yang beda iman (disparitas cultus) maupun beda gereja (mixta religio), memang dilarang, namun Gereja tetap mengijinkan asalkan persyaratannya dipenuhi. Membangun keluarga dalam suatu perkawinan campur memang tidak mudah karena iman merupakan hal mendasar bagi seseorang. Iman akan mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan rumah tangga yang akan dibangun. Maka Gereja sangat ketat dalam memberikan dispensasi agar orang sungguh-sungguh memikirkan pilihan hidupnya.

·         Bahan pendukung:
-       “Perutusan Murid-murid Kristus” Buku PAK SMA/SMK: Buku Guru 3, Kanisius, 2004. Hlm. 264 – 273.
-       KHK, kan 1124-1129
-       http://katolisitas.org/951/perkawinan-sah-kanonik-jika-salah-satu-tidak-terbaptis-khk-1059-1060

LANGKAH PERTEMUAN
1.    Pembukaan
-       Pertemuan diawali dengan Nyanyian – Tanda Salib – Pengantar.
-       Dalam pengantar pemandu dapat menyampaikan maksud dan tujuan diadakannya Pendalaman Iman menyongsong KAPal Youth Day 2012 dan tema Pertemuan I.
-       Setelah Pengantar dilanjutkan dengan Doa Pembuka.

2.    Mendalami Cerita
DILEMA
Anita adalah gadis Katolik yang sudah 4 tahun ini menjalin hubungan dengan Anton seorang pemuda non Katolik. Anita sebenarnya ingin sekali mempunyai kekasih yang seiman. Namun hal itu tampaknya amat sulit, maklum di sekitar tempat tinggalnya hanya ada 4 keluarga yang Katolik dan itupun masih ada hubungan keluarga dekat. Karena sibuk dengan pekerjaan dan jauh dari paroki, praktis ia hanya bisa bertemu dengan saudara seiman hanya sebulan sekali saat kunjungan pastor.
Karena pacaran keduanya sudah cukup lama maka kedua orangtua Anita dan Anton mendesak agar mereka segera menikah. Namun walaupun Anita sudah merasa cocok dan cinta dengan Anton ada satu hal yang mengganjal dalam hatinya, yakni: iman. Ia tidak ingin mengorbankan imannya dan mengikuti iman Anton. Ia berharap agar Anton mau menjadi Katolik sehingga mereka bisa segera menikah. Sebaliknya, Anton pun demikian, ia ingin Anita mengikuti imannya juga. Memang selama ini baik Anton maupun orangtua Anton seringkali dengan cara-cara halus menyinggung soal itu. Mereka pun juga ingin agar Anita mau ikut Anton. Mereka beralasan bahwa akan baik bila dalam satu rumah tangga ada satu iman yang sama.
Ayah Anita walaupun sangat cocok dengan Anton, dalam hal iman ia telah mewanti-wanti anaknya agar jangan sampai murtad. Ia bahkan mengancam kalau Anita pindah agama maka tidak akan diakui sebagai anaknya lagi. Namun ibu Anita lain lagi, walau ia juga tak ingin Anita pindah agama, namun kalau sudah tak ada jalan lagi pilihan itu bisa diambil. Agama apapun sama baiknya, sama-sama menyembah Tuhan demikian alasan ibunya yang dulu juga berasal dari non Katolik.
Anita kini sedang dilanda dilema. Apakah cinta dan iman harus dipilih salah satu? Ataukah keduanya dapat seiring sejalan, tanpa menyakiti siapapun?

Pendalaman:
-       Berikan nasihat dan pendapat Anda kepada: Anita, Anton, dan orangtua Anita, agar cinta Anton dan Anita dapat menuju kepada kehidupan berumahtangga. Berian juga konsekuensi dari pendapat Anda itu.
-       Bagaimana jika Anda menjadi Anita?

3.    Peneguhan
-       Cinta memang tak memandang SARA (suku, agama, ras). Dalam dunia sekitar kita yang plural / beragam, kemungkinan untuk jatuh cinta dengan pasangan yang tidak seiman itu cukup besar. Memang rasanya akan lebih nyaman kalau bisa menjalin cinta dengan yang seiman. Lalu kalau akhirnya cinta kita “jatuh” pada teman yang tidak seiman harus bagaimana?
-       Dalam masa pacaran jika hal di atas terjadi maka Anda harus berpikir sungguh-sungguh. Jangan sampai “cinta buta” Anda turut membutakan iman Anda. Itu jika masih tahap pacaran, bagaimana jika sudah akan masuk ke jenjang perkawinan? Kiranya Anda harus lebih bersungguh-sungguh lagi, memikirkan dan menimbang lebih dari 2 kali. Jika Anda tak bisa memutuskan jangan segan untuk meminta nasihat dan pendapat mereka yang Anda anggap mampu.
-       Jika toh akhirnya Perkawinan Campur menjadi pilihan dan keputusan Anda maka persyaratan berikut harus dipenuhi sehingga perkawinan itu menjadi sah secara Katolik:
²  Anda harus menyatakan kesediaan untuk menjauhkan bahaya meninggalkan iman dan berjanji agar anak-anak Anda kelak dibaptis dan dididik secara Katolik.
²  Janji Anda di atas harus diberitahukan kepada pasangan Anda yang tidak Katolik.
²  Anda mendapatkan penjelasan tujuan dan sifat-sifat hakiki perkawinan Katolik, yang tidak boleh dilanggar Anda dan pasangan Anda. (baca Kan. 1125)
-       Catatan: Akan lebih baik kalau yang memberikan peneguhan pertemuan ini adalah Pastor Paroki.
Setelah peneguhan di atas peserta diajak untuk mendengarkan Sabda Tuhan: Mat 19:1-6. Injil dibacakan dan setelah itu diberi waktu untuk hening merenungkannya secara pribadi.

4.    Penutup
-       Doa permohonan spontan dan diakhiri dengan Doa Bapa Kami.
-       Pengumuman.
-       Tanda Salib dan Nyanyian Penutup.

GEREJA KATOLIK KUNO?


Materi II Pendewasaan Iman PraKYD 2012

GEREJA KATOLIK KUNO?


GAGASAN DASAR
·         Seringkali terdengar ungkapan bahwa Gereja Katolik itu kuno, jadul, nggak gaul, nggak mengikuti perkembangan dan selera jaman, dan berbagai ungkapan sejenis. Hal itu tak jarang muncul dari kalangan OMK yang merasa kreatifitasnya kadang berbenturan dengan aturan Gereja atau juga peran mereka kalah dengan “kalangan tua” dalam Gereja. Khususnya dalam bidang liturgi, liturgi resmi Gereja seringkali dianggap membosankan dan tidak menjawab kebutuhan rohani kaum muda. Maka tak heran bila kadang terjadi OMK yang ogah-ogahan atau sekedar ritualitas belaka dalam mengikuti ekaristi dan kegiatan rohani lainnya. Dan juga tak dapat disangkal bahwa ada sebagian kaum muda yang akhirnya “jajan” ke gereja lain. Mereka merasa bahwa di gereja lain itu kerinduan dan kebutuhan rohani mereka terpenuhi, tatacara ibadat mereka sesuai dengan selera dan perkembangan jaman.
·         Liturgi merupakan “karya bersama” seluruh umat beriman, tua – muda, awam-klerus, dalam memuliakan Allah dan sekaligus memohon rahmat Allah. Maka tujuan utama liturgi adalah ungkapan sembah bakti manusia kepada Allah dan melalui cara itu manusia memohon kepada Allah agar berkenan mengu-duskan dan menganugerahkan rahmat dan kasih-Nya. Sebagai suatu karya bersama, bukan hanya milik satu golongan saja (suku, usia, kelompok), berbagai cara pengungkapan liturgi bukanlah demi selera atau kepuasan sepihak. Liturgi bukan soal puas-tidak puas, senang-tidak senang, kuno-gaul, dll. Liturgi haruslah dapat merangkul dan diterima seluruh umat; sebagai ungkapan syukur bersama.
·         Hakekat liturgi di atas kadangkala tidak dimengerti semua umat, termasuk OMK. Perayaan yang meriah, penuh sorak-sorai kadangkala dipertentangkan liturgi yang sistematis, hening dan tidak berubah dari waktu ke waktu. Sukses tidaknya suatu perayaan liturgi kadangkala direduksi kepada rasa kepuasan manusiawi. Dalam situasi demikian siapakah yang salah atau harus disalahkan? Apa yang harus dibenahi? Siapakah yang harus bertanggungjawab?
·         Bahan pendukung:
Silahkan buka www.katolisitas.org dan temukan beberapa artikel dengan judul berikut ini yang sangat membantu kita dalam mendalami tema ini:
-       Gereja Katolik Kuno? Siapa Bilang?
-       Orang Muda Katolik (OMK) dan Liturgi.
-       Apa yang harus kuketahui tentang liturgi?
-       Sudahkah kita pahami tentang ekaristi?

LANGKAH PERTEMUAN
1.    Pembukaan
-       Pertemuan diawali dengan Nyanyian – Tanda Salib – Pengantar.
-       Pemandu dapat membacakan atau membahasakan Gagasan Dasar di atas sebagai pengantar.
-       Setelah Pengantar dilanjutkan dengan Doa Pembuka

2.    Menggali Pengalaman
Untuk menggali pengalaman peserta, pertanyaan-pertanyaan berikut dapat didiskusikan bersama:
-       Setujukah kamu (beri alasan) dengan ungkapan: Gereja Katolik itu kuno?
-       Bagaimanakah pengalamanmu saat mengikuti ekaristi atau kegiatan liturgi lainnya? Apakah hal menjawab kebutuhan rohanimu?
-       Apa yang bisa dibuat oleh OMK agar perayaan liturgi di tempatmu cocok untuk kaum muda namun sesuai dengan tata cara Gereja? (Jika mungkin usulan konkret)

Kesimpulan:
-       Pemandu menyimpulkan hasil diskusi (pendapat, gagasan/ide peserta).
-       Jika ada usulan konkret untuk paroki Anda (dan sanggup dikerjakan oleh OMK), silahkan dicatat dan disampaikan kepada Pastor Paroki.

3.    Peneguhan
-       Dalam praktek, banyak kali muncul masalah pada relasi antara OMK dan liturgi (perayaan iman, ibadat). Di antara liturgi dan OMK seolah ada hubungan ”enggan tapi rindu”. OMK sering dianggap suka hura-hura, semaunya sendiri, tidak bisa diatur dalam berliturgi. Sebaliknya, liturgi sering dipandang sebagai aturan sakral dan baku, seakan-akan jauh dari gelora kerinduan orang muda.
-       Prasangka ini  bisa dipahami, karena sifat umum orang muda yang masih dalam masa pertumbuhan yang pesat. Mereka sedang berkembang dalam dimensi psikologis, intelektual, seksual-hormonal, emosi, peran sosial dan iman. OMK memang sedang  mengalami transformasi menuju kepribadian yang integral. Masa muda adalah masa pencarian, mempertanyakan, belajar dan mengambil keputusan. Masa muda adalah saat yang sukar, menantang sekaligus menggairahkan karena penemuan-penemuan baru. Sering kali kita ingin sesuatu yang ”lain dari pada yang lain” pada masa muda. Sedangkan di pihak lain, Liturgi Gereja Katolik, sudah berkembang dalam 20 abad dan sering dipandang sebagai peraturan yang kaku bukan sebagai perayaan yang membebaskan. Padahal, potret berliturgi oleh OMK tak selamanya demikian. Prasangka dan kecuri-gaan  yang digeneralisasi begitu saja terhadap OMK itu tentu tidak akan memecahkan persoalan yang sering kali muncul dalam praktek penghayatan OMK terhadap liturgi. Tidak bijaksana,  generalisasi mengenai OMK yang ”pragmatis dan maunya serba lain” itu. Liturgi Gereja pun tidak sepantasnya diperlawankan dengan gejolak dan selera orang muda.
-       “Semua bisa diatur dan dibicarakan!” Ya, agar semua pihak bisa saling memahami maka kiranya baik pihak otoritas Gereja maupun OMK bisa saling berbicara. OMK bisa mengungkapkan ide-ide cerdas kontekstual dan Gereja menyampaikan kaidah-kaidah yang harus ditaati. Jika jalan ini ditempuh maka liturgi menjadi hidup dan berdaya guna bagi semua pihak. OMK bisa semakin bertumbuh dan menghayati imannya.
-       Catatan: Akan lebih baik kalau yang memberikan peneguhan pertemuan ini adalah Pastor Paroki.

-       Setelah peneguhan di atas peserta diajak untuk mendengarkan Sabda Tuhan: Mazmur 150.
-       Setelah Mazmur dibacakan diberi waktu untuk hening merenungkannya secara pribadi.
4.    Penutup
-       Doa permohonan spontan dan diakhiri dengan Doa Bapa Kami.
-       Pengumuman.
-       Tanda Salib dan Nyanyian Penutup.

SUMBER IMAN DAN HUKUM GEREJA


Materi III Pendewasaan Iman PraKYD 2012

SUMBER IMAN DAN HUKUM GEREJA


GAGASAN DASAR
·         Agar dikenal oleh manusia Allah mewahyukan diri-Nya melalui para nabi dan berpuncak pada diri Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah kepenuhan Wahyu Allah, karena dalam Dialah Allah dikenal langsung dan menyapa manusia. Wahyu Allah disampaikan kepada manusia agar manusia dapat mengenal siapa diri-Nya dan rencana-Nya untuk menyelamatkan manusia.
·         Seturut penyampaiannya kepada kita, Wahyu Allah terdiri dari dua jenis, yakni: Secara tertulis disebut Kitab Suci dan secara lisan disebut Tradisi Suci. Kitab Suci dan Tradisi Suci diteruskan kepada umat beriman sepanjang jaman. Agar keduanya tetap terjaga dan dan terjamin kebenarannya dibutuhkan penafsiran yang benar. Otoritas untuk menafsirkan inilah yang disebut Magisterium. Ketiga unsur tadi (Kitab Suci, Tradisi dan Magisterium) disebut pilar atau sumber iman kristiani.
·         Di dalam Gereja Katolik selain ketiga sumber iman di atas terdapat pula berbagai pengajaran iman, pedoman ibadat, hukum dan aturan, pedoman masalah aktual, dll. Semua itu bersumber pada ketiga pilar iman tadi atau menjabarkan pengajaran iman Gereja terhadap suatu perkara.
·         Bahan pendukung:
-       Iman Katolik, Kanisius, 2003. Hlm. 217-225; 386-388.
-       Katekismus Gereja Katolik atau Kompendium KGK.
-       Ensiklopedi Gereja.


LANGKAH PERTEMUAN
1.    Pembukaan
-       Pertemuan diawali dengan Nyanyian – Tanda Salib – Pengantar.
-       Pemandu dapat membacakan atau membahasakan Gagasan Dasar di atas sebagai pengantar. Setelah Pengantar dilanjutkan dengan Doa Pembuka.
-       Catatan: Pertemuan III ini lebih berupa pengolahan / pengenalan pengetahuan iman Katolik. Pemandu hendaknya mempersiapkan bahan dengan baik dan berkonsultasi dengan Pastor Paroki.

2.    Belajar Bersama
a.      Proses belajar bersama dapat diawali dengan pertanyaan-pertanyaan singkat (kuis, TTS) baik tertulis maupun lisan. Bahan pertanyaan seputar 3 pilar Gereja / sumber iman Gereja.
b.      Setelah itu peserta diperkenalkan dengan beberapa penjelasan dokumen Gereja berikut ini:
-       KHK (Kitab Hukum Kanonik),  adalah “undang-undang dasar” Gereja yang memuat berbagai aturan Gereja menyangkut kedudukan awam, klerus (hierarki Gereja), tarekat religius, sakramen-sakramen Gereja, organisasi Gereja, harta benda Gereja, dll. KHK yang berlaku sekarang disahkan tahun 1983. Dalam berbagai tulisan kita jumpai penulisan “kan.” Artinya kanon (seperti fasal) dan “§” atau “art.” (artinya artikel atau ayat).
-       KGK (Katekismus Gereja Katolik), adalah buku yang berisi penjelasan resmi mengenai ajaran dan iman Katolik. KGK terbaru dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus II, tahun 1982. Saat ini juga terdapat “Kompendium KGK” yakni ringkasan dari KGK yang dikeluarkan oleh Paus Benediktus XVI, tahun 2005.
-       Dok. KV II (Dokumen Konsili Vatikan II), adalah dokumen-dokumen hasil Konsili Vatikan II yang berlangsung tahun 1962-1965. Beberapa dokumen ini yang terkenal: SC = Sacrosanctum Concilium (tentang liturgi), LG = Lumen Gentium (tentang Gereja); OT = Optatam Totius (pembinaan imam); NA = Nostra Aetate (Hubungan Gereja dengan agama non Kristen); DV = Dei Verbum (tentang Sabda Allah); AG = Ad Gentes (kegiatan misioner Gereja); GS = Gaudium et Spes (tentang Gereja dalam dunia modern); dll.
-       ASG (Ajaran Sosial Gereja), adalah sekumpulan pengajaran (surat apostolik) dari para paus menanggapi situasi sosial dunia dan jamannya. Misalnya yang terkenal (dan pertama dari kumpulan ASG) adalah Rerum Novarum (Kondisi kerja) yang menyoroti soal keadilan upah dan hak-hak buruh, perlawanan terhadap marxisme dan komunisme, dll. Dokumen ini dikeluarkan oleh Paus Leo XIII tahun 1891. Dokumen lainnya silahkan lihat pada situs: http://www.imankatolik.or.id/ajaran_sosial_gereja.html
-       Buku-buku liturgi: Evangeliarium = Buku yang berisi Bacaan Injil untuk Misa Hari Minggu dan Hari Raya; Lectionarium = Buku yang berisikan Bacaan I, II dan Injil untuk Misa Hari Minggu, Hari Raya dan berbagai kepentingan; Buku Missale: buku doa, bacaan Kitab Suci dan Tata Perayaan Ekaristi (TPE).

Kesimpulan:
-       Pemandu meminta tanggapan peserta akan aneka penga-jaran iman yang termuat dalam dokumen-dokumen Gereja.

3.    Peneguhan
-       Untuk meneguhkan pertemuan III ini peserta diajak merenungkan Kol. 2:6-10 (Kepenuhan hidup dalam Kristus).
-       Setelah hening, renungan diakhiri dengan nyanyian: Siapa yang Berpegang (PS 650) atau Firman Tuhan Halus Mengundang (MB 210).

4.    Penutup
-       Doa permohonan spontan dan diakhiri dengan Doa Bapa Kami.
-       Pengumuman.
-       Tanda Salib dan Nyanyian Penutup.

OMK : GEREJA MISIONER


Materi IV Pendewasaan Iman PraKYD 2012

OMK : GEREJA MISIONER


GAGASAN DASAR
·         Setiap umat beriman, berkat Sakramen Baptis yang diterimanya, mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk ambil bagian dalam “Tri Tugas Imamat Kristus.” Tri Tugas itu adalah menjadi nabi yang mewartakan Kabar Baik, imam menguduskan diri sendiri dan umat Allah, serta menjadi raja yang siap memimpin. Memang hal itu tampak jelas diemban oleh para hierarki atau klerus. Namun dalam cara dan bentuk yang berbeda tri tugas itu juga ada pada setiap kaum awam, termasuk Orang Muda Katolik (OMK).
·         Sejarah awal perkembangan iman Katolik di Sumatera Bagian Selatan (Keuskupan Agung Palembang) tak dapat dilepaskan dari jasa dan usaha para misionaris yang adalah “kaum berjubah” (imam, frater, bruder, suster). Berkat upaya keras mereka maka benih-benih iman yang kecil terus bertumbuh dan berbuah hingga kini. Namun demikian tak kecil pula peranan kaum awam yang dengan berbagai cara turut serta menyebarkan, memupuk dan menjaga iman Katolik itu. Kaum awam hadir dan ada di tengah masyarakat dengan kekhasannya sehingga kekatolikan dikenal. Hal itu sejalan dengan rumusan visi KAPal, dimana Gereja KAPal bercita-cita mewujudkan iman yang misioner.
·         Misioner berkaitan erat dengan upaya mewartakan iman yang dimiliki seseorang. hal itu dapat ditempuh dengan cara memberi kesaksian hidup kepada dunia sekitarnya (masayarakat). OMK sebagai bagian tak terpisahkan dari Gereja dan sebagai penerus Gereja mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk ikut terlibat menjadi saksi-saksi Kristus. Hal itu akan tercapai dan terpenuhi bilamana OMK punya “sesuatu” yang bisa dibagikan / diwartakan bagi sesamanya. Sesuatu itu adalah iman Katolik yang dihidupi dan diwujudkan dalam hidup sehari-hari. Beranikah kita? Dalam bentuk dan cara yang bagaimana OMK sebagai Gereja Misioner bisa kita wujudkan?

LANGKAH PERTEMUAN
1.    Pembukaan
-       Pertemuan diawali dengan Nyanyian – Tanda Salib – Pengantar.
-       Pemandu dapat membacakan atau membahasakan Gagasan Dasar di atas sebagai pengantar. Setelah Pengantar dilanjutkan dengan Doa Pembuka.
-       Catatan: Pertemuan IV ini merupakan refleksi atas perjalanan Gereja KAPal.

2.    Melihat Situasi
a.      Ilustrasi berikut bisa dibacakan atau disampaikan dalam bentuk lain. Atau bisa diambil contoh-contoh lain yang sesuai dengan situasi setempat.

Situasi Pastoral KAPal
Wilayah KAPal     : Prov. Sumatera Selatan, Prov. Jambi, dan Prov. Bengkulu. (ada paroki yang sebagian wilayahnya termasuk Prov. Lampung dan Prov. Sumatera Barat)
Jumlah Umat        : 79.297 orang. Total jumlah penduduk Sumsel, Jambi dan Bengkulu (data BPS 2010): 12.258.177
Tenaga Pastoral : Imam : Diosesan = 30 ; SCJ = 50; MEP = 1; MSC = 4 (Total 84 imam); Katekis Keuskupan = 11 orang.


Bagaimana keadaan Paroki Anda?
                                    Jumlah umat, jumlah imam dan katekis, jumlah penduduk; Bagaimana perbandingannya?

b.      Pendalaman
-       Melihat perbandingan jumlah tenaga pastoral KAPal (imam, katekis), luas wilayah dan kesibukan Pastor, apakah pelayanan bagi umat bisa maksimal? Apa saja yang kurang?
-       OMK sebagai bagian Gereja KAPal; Apakah (dan bagaimana caranya) yang bisa dilakukan untuk turut serta menjadi misionaris-misionari muda?
-       Aksi konkret apa yang bisa diterapkan saat ini? (aksi konkret hendaknya disepakati bersama dan sungguh bisa dijalankan)

3.   Peneguhan Sabda Tuhan
-       Untuk meneguhkan pertemuan IV ini peserta diajak merenungkan Yer 1:4-10.
-       Setelah hening, renungan diakhiri dengan nyanyian: Kerja Buat Tuhan Selalu Manise atau Betapa Hatiku.

4.    Penutup
-       Doa permohonan spontan dan diakhiri dengan Doa Bapa Kami.
-       Pengumuman.
-       Tanda Salib dan Nyanyian Penutup. (Nyanyian Betapa Hatiku bisa dinyanyikan kembali dengan penuh perasaan; beri penekanan / diulang beberapa kali pada bagian “......pakailah hidupku sebagai alat-Mu, seumur hidupku”)

OMK & ENTREPRENEURSHIP


Materi V Pendewasaan Iman PraKYD 2012

OMK & ENTREPRENEURSHIP

Muda, Peduli, dan Bernyali

Kisah Inspiratif

Mari kita baca dan simak kisah yang dikutip dari koran Kompas, 1 April 2012 ini. (bacalah minimal 2 kali)

”Pilih putus atau ’free sex’?” Hah? Itu adalah permainan semacam ular tangga karya remaja di Gresik, Jawa Timur. Permainan itu merupakan bagian dari kampanye pergaulan sehat dengan tema ”Say No to Pregnancy on Teens!”

Permainan itu disebut saulmon, akronim dari sanotop ular tangga monopoli. Apa pula sanotop? Itu adalah singkatan dari say no to pregnancy—katakan tidak pada kehamilan. Maksudnya tentu hamil di luar nikah. Permainan itu dirancang oleh Ima Rochmatul Aiima (17), siswa kelas XI SMAN Driyorejo 1, Gresik, Jawa Timur.

Ima adalah bagian dari remaja yang melakukan inovasi kreatif yang bisa menjadi sumbangan untuk kehidupan yang lebih tertata bagi remaja dan lingkungan sekitarnya. Selain Ima, tersebutlah Dimas Prasetyo Muharam (23) di Jakarta yang membuat situs kartunet.com pada usia 17. Juga Imam Makhfud (16) dari Jombang, Jawa Timur, si ”detektif hutan”, penjaga mata air bagi lingkungan sekitarnya.

Para remaja itu adalah bagian dari 22 Young Changemakers pilihan asosiasi wirausaha sosial global Ashoka Indonesia. Mereka adalah pemuda berusia 15-25 tahun yang memiliki gagasan sosial untuk memberdayakan masyarakat. ”Mereka harus memiliki empati dan motivasi riil untuk membantu orang lain,” kata Direktur Program Ashoka Agni Yoga Airlangga.

Hindari Seks Bebas

Mari kita ikuti dulu permainan ular tangga plus monopoli karya Ima yang disebut saulmon tadi. Di lembaran terpal cetak digital permainan ular tangga berukuran 3 meter x 3 meter itu, para siswa SMAN Driyorejo 1, Gresik, berjejalan. Ines Widiyanti, siswa kelas XI, melempar dadu, lalu meloncat menuju kotak tujuan yang membuatnya harus menjawab pertanyaan.
”Pilih putus atau free sex?” Sang wasit, Elyonai Chindy, membacakan pertanyaan dalam permainan saulmon. Ines sempat tercekat, berkerut dahi sesaat, sebelum akhirnya menukas mantap untuk memilih, ”Putus!”

Gagasan Ima mengampanyekan ”Say No to Pregnancy on Teens” menjadikan pendidikan seks mengena di kalangan remaja. Driyorejo, tempat tinggalnya, adalah kawasan industri padat penduduk. Anak-anak yang ditinggalkan orangtua mereka bekerja tumbuh dalam komunitas cair kaum pendatang. Anak muda yang sepulang dari sekolah tanpa aktivitas jamak terlihat. Mereka berpacaran pada usia dini tanpa terkawal bimbingan orangtua.

”Taman di kompleks rumah saya, misalnya, tempat mangkal remaja berpacaran hingga malam. Seorang bidan di salah satu desa di Driyorejo dalam setahun bisa menangani 10 kasus kehamilan pada usia remaja. Itu mengapa kami memikirkan cara mengampanyekan pacaran yang sehat, menghindari seks bebas,” kata Ima.

Awal kampanye tidaklah sesegar suasana ketika siswa memainkan saulmon. Para bidan curiga karena Ima mencari data anak remaja yang hamil. Saat mencari model kampanye, Ima merasakan cemooh dan resistensi dari target kampanyenya.
Namun, setahun kemudian, Ima telah menyebarkan kampanye ke sekolah lain, di antaranya ke SMPN 1 Driyorejo. Ia dan teman-temannya kini tengah merancang kunjungan ke pusat perawatan remaja yang hamil pada usia dini.

Menjaga Warisan Alam

Lain lagi yang dilakukan Imam Makhfud (16) di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, dan Mustari Hamdi (15) di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Kedua remaja itu sama-sama memberi perhatian terhadap kebutuhan dasar, yaitu sumber air. Kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal juga menjadi perhatian mereka di tengah kesibukan bersekolah.
Imam menyisihkan waktu 1-2 kali per minggu untuk mengontrol sumber air bersih bagi warga di sekitar Kecamatan Wonosalam. Rabu (21/3) sore, misalnya, bersama dua temannya, Ema Agustina dan Novel Ari Yedi, Imam menapaki bukit kecil menuju salah satu mata air terbesar di Hutan Mbeji untuk meneliti indikator kualitas air.

Ketertarikan Imam memantau kondisi sungai bermula dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Terpadu dan Lingkungan Hidup yang diasuh Mukhlas Basah, guru Madrasah Aliyah (MA) Faser, Wonosalam. Ketiadaan jurusan IPA dan guru khusus IPA membuat Mukhlas lebih sering mengajak muridnya turun ke lapangan untuk mempelajari ekosistem lokal Hutan Mbeji.
”Kami mencatat hasil pemantauan mata air dan membuat dokumentasi foto, lalu kami olah jadi laporan. Juga identifikasi 36 spesies pohon di Hutan Mbeji. Kami akhirnya berhasil menegosiasi agar Hutan Mbeji menjadi laboratorium hidup MA Faser,” tutur Imam.

Hal serupa terjadi di Desa Babelan Kota, Kecamatan Babelan, Bekasi Utara. Kesadaran Mustari, siswa kelas IX Madrasah Tsanawiyah (MTs) At Taqwa 3, akan ketiadaan sumber air bersih bagi warga sekitar berawal dari pelajaran di sekolah. Ia melihat bahwa air yang digunakan warga selama ini berwarna kekuningan, berbau amis, dan kadang terasa asin.
Bersama rekannya, yaitu Putri Rizqia (14) dan Mia Alvianita (14), mereka mencari informasi untuk membuat alat penjernih air melalui internet. Cerita seorang ibu di Yogyakarta yang berhasil membuat alat tersebut menjadi inspirasi.

Mustari pun membuat alat yang sama bermodalkan Rp 125.000 dari sumbangan siswa di lima kelas. Uang ini digunakan untuk membeli dakron, batu zeolit, dan arang batok kelapa sebagai penyaring warna kuning dan bau. Perlengkapan lain, yaitu kaleng-kaleng cat bekas berukuran 5 kilogram untuk menempatkan setiap bahan penyaring, didapat dengan cara mengumpulkan dari adik kelas.

Janji-janji

Meski sudah terbukti air kuning dan berbau amis berubah menjadi jernih dan tanpa bau, kelayakan minumnya belum diuji di laboratorium. Namun, dalam presentasi di depan anggota DPRD Bekasi, Februari lalu, mereka dijanjikan bantuan uji higienitas air. Janji itu dibumbui janji lain berupa pengucuran dana untuk pengembangan alat.

Setelah disosialisasikan ke sejumlah daerah, Mustari bercita-cita memperluas sosialisasi. ”Kalau saya bisa mengembangkan alat dan airnya terbukti layak minum, warga bisa membuat air minum sendiri. Apalagi, alat seperti ini sebenarnya mudah dibuat,” kata Mustari.

Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Ari Sudjito, meyakini, inovasi perubahan di dunia memang digerakkan daya kreasi remaja. ”Masa keemasan yang menentukan seseorang menjadi agen perubahan dalam bidang politik, teknologi, atau sosial itu ada pada remaja. Dunia bisa berubah apabila kreativitas ini terdeteksi dan terus dipupuk sejak remaja,” ujar Ari.
Keteladanan para remaja itu bisa menjadi cermin bagi para politisi bangsa ini. ”Mereka (remaja) memberi keteladanan bagaimana berkarya dengan tidak terkontaminasi kepentingan jangka pendek,” kata Ari. (BSW/DAY/WKM)

 

Pendalaman

Kisah-kisah tadi menggambarkan perjuangan beberapa  remaja yang memelopori gerakan pemberdayaan masyarakat sekitar. Ima, Dimas, Makhfud, Mustari, dan kawan-kawannya adalah contoh seorang  remaja yang berjiwa entrepreneurship.  Apa itu entrepreneurship, entrepreneurship adalah semangat yang dimiliki oleh seorang entrepreneur. Apa itu entrepreneur? Secara luas, Entrepreneur dapat didefinisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, dan aset lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya, dan juga dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi, dan aturan baru.

Dalam arti sempit, entrepreneur memang identik dengan seorang “pedagang,” namun seorang pedagang yang misalnya sudah 10 tahun berdagang tetapi tidak bisa mengembangkan usaha dagangnya, tentu tidak layak disebut  seorang entrepreneur. Pada kesempatan ini pun kita tidak akan membahas tentang “pedagang” tersebut.  Ima, Dimas, Makhfud, dan Mustari bukan pedagang, atau pengusaha, mereka adalah orang muda yang
membawa perubahan dan inovasi di lingkungan terdekatnya.
Berikut ini 4 tahapan sederhana yang bisa kita lakukan untuk menjadi seorang entrepreneur. 

1.    Mengeksplorasi

Sebagai pengantar, mari kita jawab 2 pertanyaan berikut ini

1.    Kondisi di mana dan seperti apa yang membuat Ima punya gagasan mengkampanyekan gerakan”Say No to Pregnancy on Teens”?
2.    Kondisi seperti apa yang ditemui Mustari dan kawan-kawan  di Desa Babelan Kota, sehingga menyebabkan mereka memutuskan membuat alat penjernih air?
Hal pertama yang dialami oleh Ima, Mustari dan kawan-kawan adalah mereka melakukan eksplorasi terhadap kondisi di sekitarnya. Eksplorasi tidak harus dengan melakukan penelitian yang rumit dan mahal. Mau  melihat dan menyadari kondisi kemasyarakatan di sekitar adalah awal dari eksplorasi yang kemudian dilanjutkan dengan kemauan untuk membuat perubahan. 

2.    Merencanakan

Setelah melakukan eksplorasi, perencanaan adalah hal kedua yang harus dilakukan. Langkah Mustari, Putri Rizqia dan Mia Alvianita mencari informasi untuk membuat alat penjernih air melalui internet, adalah bagian dari perencanaan. Ima pun melakukan pencarian data anak remaja yang hamil dalam perencanaan program “saulmon” dengan resiko dicurigai dicemooh oleh beberapa pihak. Perencanaan yang baik tentu saja harus dilakukan secara cermat, memperhatikan beberapa hal yang saling terkait. Perencanaan yang seksama akan sangat menunjang keberhasilan proses berikutnya

3.    Melakukan

Mari kita jawab lebih dahulu pertanyaan berikut,
1.    Apa yang dikerjakan oleh Mustari, Putri Rizqia dan Mia Alvianita setelah merencanakan  pembuatan alat penjernih air?
Tahap ketiga dari proses entrepreneurship adalah melakukan. Harus diakui, memang kita memerlukan nyali untuk melakukan apa yang sudah kita rencanakan. Sebaik apa pun gagasan dan rencana kita, tanpa pelaksanaan atau realisasi, tentu tak akan membawa perubahan bagi lingkungan kita. Jika apa yang kita lakukan tidak langsung menghasilkan, semangat entrepreneurship justru mengajarkan supaya kita tidak langsung menyerah. Lakukan lagi dengan beberapa modifikasi, jika masih belum memuaskan, evaluasi lalu lakukan lagi dengan perbaikannya; demikian seterusnya.

4.    Mengkomunikasikan

Untuk lebih menjelaskan tahapan terakhir ini, mari kita jawab dua pertanyaan berikut ini
1.    Apa yang dilakukan oleh Ima dan kawan-kawan setelah berhasil membuat permainan “saulmon”?

2.    Apa yang dilakukan Mustari setelah berhasil membuat alat penjernih air?
Tahap terakhir yang dilakukan untuk menjadi entrepreneur adalah mengkomunikasikan atau mensosialisasikan apa yang sudah kita lakukan. Tentu akan sangat disayangkan jika sebuah kegiatan/ hasil yang baik dari proses eksplorasi, perencanaan, dan pelaksanaan, jika tidak dikomunikasikan pada pihak lain. Tujuan menyebarluaskan apa yang sudah kita lakukan bukan pertama-tama supaya diri kita terkenal, tapi supaya apa yang sudah kita lakukan tersebut memberi efek dan manfaat lebih banyak bagi orang lain. 

Nah, ternyata untuk menjadi entrepreneur, hanya ada 4 langkah yang harus kita lakukan secara konsisten; mudah bukan? 

Kini mari kita renungkan, apakah kita sebagai OMK sudah mempunyai jiwa entrepreneurship?
Semangat untuk melakukan eksplorasi dan menemukan keprihatinan di sekitar kita, jelas sudah diajarkan oleh Yesus sendiri, misalnya melalui perumpamaan menjadi garam dan terang dunia. Dua ayat berikut menggambarkan tentang semangat melakukan perubahan tersebut:
·         Matius 5:13 "Kalian adalah garam dunia. Kalau garam menjadi tawar, mungkinkah diasinkan kembali? Tidak ada gunanya lagi, melainkan dibuang dan diinjak-injak orang.
·         Markus 9:50 Garam itu baik, tetapi kalau menjadi tawar, mungkinkah diasinkan kembali? Jadi, hendaklah kalian menjadi seperti garam--hiduplah bersama-sama dengan rukun."

Unsur perencanaan yang baik juga sudah pernah disampaikan oleh Yesus sendiri, misalnya melalui ayat berikut:
 Lukas 14: 28-30Kalau seorang dari kalian mau membangun sebuah menara, tentu ia akan duduk menghitung dahulu biayanya supaya ia tahu apakah uangnya cukup untuk menyelesaikan menara itu atau tidak. Sebab kalau ternyata ia tak dapat menyelesaikannya, padahal pondasinya sudah dibuat, maka semua orang yang melihat pekerjaan itu akan menertawakannya. Mereka akan berkata, 'Iih, orang ini membangun, tetapi tidak dapat menyelesaikannya!'

Jadi, sebenarnya tak ada alasan bagi kita orang muda katolik untuk berjiwa entrepreneurship. Tinggal sejauh mana kepedulian dan nyali kita diuji untuk mulai mewujudkan “penggaraman” dan “penerangan” terhadap dunia; dimulai dari yang ada di sekitar kita lebih dahulu. Tuhan pasti memberkati semua niat baik kita, Amin.