Materi V Pendewasaan Iman PraKYD 2012
OMK & ENTREPRENEURSHIP
Muda, Peduli, dan Bernyali
Kisah Inspiratif
Mari kita baca dan simak kisah yang dikutip dari koran Kompas, 1 April 2012 ini. (bacalah minimal 2 kali)
”Pilih putus atau ’free sex’?” Hah? Itu adalah permainan semacam ular tangga karya remaja di Gresik, Jawa Timur. Permainan itu merupakan bagian dari kampanye pergaulan sehat dengan tema ”Say No to Pregnancy on Teens!”
Permainan itu disebut saulmon, akronim dari sanotop ular tangga monopoli. Apa pula sanotop? Itu adalah singkatan dari say no to pregnancy—katakan tidak pada kehamilan. Maksudnya tentu hamil di luar nikah. Permainan itu dirancang oleh Ima Rochmatul Aiima (17), siswa kelas XI SMAN Driyorejo 1, Gresik, Jawa Timur.
Ima adalah bagian dari remaja yang melakukan inovasi kreatif yang bisa menjadi sumbangan untuk kehidupan yang lebih tertata bagi remaja dan lingkungan sekitarnya. Selain Ima, tersebutlah Dimas Prasetyo Muharam (23) di Jakarta yang membuat situs kartunet.com pada usia 17. Juga Imam Makhfud (16) dari Jombang, Jawa Timur, si ”detektif hutan”, penjaga mata air bagi lingkungan sekitarnya.
Para remaja itu adalah bagian dari 22 Young Changemakers pilihan asosiasi wirausaha sosial global Ashoka Indonesia. Mereka adalah pemuda berusia 15-25 tahun yang memiliki gagasan sosial untuk memberdayakan masyarakat. ”Mereka harus memiliki empati dan motivasi riil untuk membantu orang lain,” kata Direktur Program Ashoka Agni Yoga Airlangga.
Hindari Seks Bebas
Mari kita ikuti dulu permainan ular tangga plus monopoli karya Ima yang disebut saulmon tadi. Di lembaran terpal cetak digital permainan ular tangga berukuran 3 meter x 3 meter itu, para siswa SMAN Driyorejo 1, Gresik, berjejalan. Ines Widiyanti, siswa kelas XI, melempar dadu, lalu meloncat menuju kotak tujuan yang membuatnya harus menjawab pertanyaan.
”Pilih putus atau free sex?” Sang wasit, Elyonai Chindy, membacakan pertanyaan dalam permainan saulmon. Ines sempat tercekat, berkerut dahi sesaat, sebelum akhirnya menukas mantap untuk memilih, ”Putus!”
Gagasan Ima mengampanyekan ”Say No to Pregnancy on Teens” menjadikan pendidikan seks mengena di kalangan remaja. Driyorejo, tempat tinggalnya, adalah kawasan industri padat penduduk. Anak-anak yang ditinggalkan orangtua mereka bekerja tumbuh dalam komunitas cair kaum pendatang. Anak muda yang sepulang dari sekolah tanpa aktivitas jamak terlihat. Mereka berpacaran pada usia dini tanpa terkawal bimbingan orangtua.
”Taman di kompleks rumah saya, misalnya, tempat mangkal remaja berpacaran hingga malam. Seorang bidan di salah satu desa di Driyorejo dalam setahun bisa menangani 10 kasus kehamilan pada usia remaja. Itu mengapa kami memikirkan cara mengampanyekan pacaran yang sehat, menghindari seks bebas,” kata Ima.
Awal kampanye tidaklah sesegar suasana ketika siswa memainkan saulmon. Para bidan curiga karena Ima mencari data anak remaja yang hamil. Saat mencari model kampanye, Ima merasakan cemooh dan resistensi dari target kampanyenya.
Namun, setahun kemudian, Ima telah menyebarkan kampanye ke sekolah lain, di antaranya ke SMPN 1 Driyorejo. Ia dan teman-temannya kini tengah merancang kunjungan ke pusat perawatan remaja yang hamil pada usia dini.
Menjaga Warisan Alam
Lain lagi yang dilakukan Imam Makhfud (16) di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, dan Mustari Hamdi (15) di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Kedua remaja itu sama-sama memberi perhatian terhadap kebutuhan dasar, yaitu sumber air. Kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal juga menjadi perhatian mereka di tengah kesibukan bersekolah.
Imam menyisihkan waktu 1-2 kali per minggu untuk mengontrol sumber air bersih bagi warga di sekitar Kecamatan Wonosalam. Rabu (21/3) sore, misalnya, bersama dua temannya, Ema Agustina dan Novel Ari Yedi, Imam menapaki bukit kecil menuju salah satu mata air terbesar di Hutan Mbeji untuk meneliti indikator kualitas air.
Ketertarikan Imam memantau kondisi sungai bermula dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Terpadu dan Lingkungan Hidup yang diasuh Mukhlas Basah, guru Madrasah Aliyah (MA) Faser, Wonosalam. Ketiadaan jurusan IPA dan guru khusus IPA membuat Mukhlas lebih sering mengajak muridnya turun ke lapangan untuk mempelajari ekosistem lokal Hutan Mbeji.
”Kami mencatat hasil pemantauan mata air dan membuat dokumentasi foto, lalu kami olah jadi laporan. Juga identifikasi 36 spesies pohon di Hutan Mbeji. Kami akhirnya berhasil menegosiasi agar Hutan Mbeji menjadi laboratorium hidup MA Faser,” tutur Imam.
Hal serupa terjadi di Desa Babelan Kota, Kecamatan Babelan, Bekasi Utara. Kesadaran Mustari, siswa kelas IX Madrasah Tsanawiyah (MTs) At Taqwa 3, akan ketiadaan sumber air bersih bagi warga sekitar berawal dari pelajaran di sekolah. Ia melihat bahwa air yang digunakan warga selama ini berwarna kekuningan, berbau amis, dan kadang terasa asin.
Bersama rekannya, yaitu Putri Rizqia (14) dan Mia Alvianita (14), mereka mencari informasi untuk membuat alat penjernih air melalui internet. Cerita seorang ibu di Yogyakarta yang berhasil membuat alat tersebut menjadi inspirasi.
Mustari pun membuat alat yang sama bermodalkan Rp 125.000 dari sumbangan siswa di lima kelas. Uang ini digunakan untuk membeli dakron, batu zeolit, dan arang batok kelapa sebagai penyaring warna kuning dan bau. Perlengkapan lain, yaitu kaleng-kaleng cat bekas berukuran 5 kilogram untuk menempatkan setiap bahan penyaring, didapat dengan cara mengumpulkan dari adik kelas.
Janji-janji
Meski sudah terbukti air kuning dan berbau amis berubah menjadi jernih dan tanpa bau, kelayakan minumnya belum diuji di laboratorium. Namun, dalam presentasi di depan anggota DPRD Bekasi, Februari lalu, mereka dijanjikan bantuan uji higienitas air. Janji itu dibumbui janji lain berupa pengucuran dana untuk pengembangan alat.
Setelah disosialisasikan ke sejumlah daerah, Mustari bercita-cita memperluas sosialisasi. ”Kalau saya bisa mengembangkan alat dan airnya terbukti layak minum, warga bisa membuat air minum sendiri. Apalagi, alat seperti ini sebenarnya mudah dibuat,” kata Mustari.
Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Ari Sudjito, meyakini, inovasi perubahan di dunia memang digerakkan daya kreasi remaja. ”Masa keemasan yang menentukan seseorang menjadi agen perubahan dalam bidang politik, teknologi, atau sosial itu ada pada remaja. Dunia bisa berubah apabila kreativitas ini terdeteksi dan terus dipupuk sejak remaja,” ujar Ari.
Keteladanan para remaja itu bisa menjadi cermin bagi para politisi bangsa ini. ”Mereka (remaja) memberi keteladanan bagaimana berkarya dengan tidak terkontaminasi kepentingan jangka pendek,” kata Ari. (BSW/DAY/WKM)
Pendalaman
Kisah-kisah tadi menggambarkan perjuangan beberapa remaja yang memelopori gerakan pemberdayaan masyarakat sekitar. Ima, Dimas, Makhfud, Mustari, dan kawan-kawannya adalah contoh seorang remaja yang berjiwa entrepreneurship. Apa itu entrepreneurship, entrepreneurship adalah semangat yang dimiliki oleh seorang entrepreneur. Apa itu entrepreneur? Secara luas, Entrepreneur dapat didefinisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, dan aset lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya, dan juga dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi, dan aturan baru.
Dalam arti sempit, entrepreneur memang identik dengan seorang “pedagang,” namun seorang pedagang yang misalnya sudah 10 tahun berdagang tetapi tidak bisa mengembangkan usaha dagangnya, tentu tidak layak disebut seorang entrepreneur. Pada kesempatan ini pun kita tidak akan membahas tentang “pedagang” tersebut. Ima, Dimas, Makhfud, dan Mustari bukan pedagang, atau pengusaha, mereka adalah orang muda yang membawa perubahan dan inovasi di lingkungan terdekatnya.
Berikut ini 4 tahapan sederhana yang bisa kita lakukan untuk menjadi seorang entrepreneur.
1. Mengeksplorasi
Sebagai pengantar, mari kita jawab 2 pertanyaan berikut ini
1. Kondisi di mana dan seperti apa yang membuat Ima punya gagasan mengkampanyekan gerakan”Say No to Pregnancy on Teens”?
2. Kondisi seperti apa yang ditemui Mustari dan kawan-kawan di Desa Babelan Kota, sehingga menyebabkan mereka memutuskan membuat alat penjernih air?
Hal pertama yang dialami oleh Ima, Mustari dan kawan-kawan adalah mereka melakukan eksplorasi terhadap kondisi di sekitarnya. Eksplorasi tidak harus dengan melakukan penelitian yang rumit dan mahal. Mau melihat dan menyadari kondisi kemasyarakatan di sekitar adalah awal dari eksplorasi yang kemudian dilanjutkan dengan kemauan untuk membuat perubahan.
2. Merencanakan
Setelah melakukan eksplorasi, perencanaan adalah hal kedua yang harus dilakukan. Langkah Mustari, Putri Rizqia dan Mia Alvianita mencari informasi untuk membuat alat penjernih air melalui internet, adalah bagian dari perencanaan. Ima pun melakukan pencarian data anak remaja yang hamil dalam perencanaan program “saulmon” dengan resiko dicurigai dicemooh oleh beberapa pihak. Perencanaan yang baik tentu saja harus dilakukan secara cermat, memperhatikan beberapa hal yang saling terkait. Perencanaan yang seksama akan sangat menunjang keberhasilan proses berikutnya
3. Melakukan
Mari kita jawab lebih dahulu pertanyaan berikut,
1. Apa yang dikerjakan oleh Mustari, Putri Rizqia dan Mia Alvianita setelah merencanakan pembuatan alat penjernih air?
Tahap ketiga dari proses entrepreneurship adalah melakukan. Harus diakui, memang kita memerlukan nyali untuk melakukan apa yang sudah kita rencanakan. Sebaik apa pun gagasan dan rencana kita, tanpa pelaksanaan atau realisasi, tentu tak akan membawa perubahan bagi lingkungan kita. Jika apa yang kita lakukan tidak langsung menghasilkan, semangat entrepreneurship justru mengajarkan supaya kita tidak langsung menyerah. Lakukan lagi dengan beberapa modifikasi, jika masih belum memuaskan, evaluasi lalu lakukan lagi dengan perbaikannya; demikian seterusnya.
4. Mengkomunikasikan
Untuk lebih menjelaskan tahapan terakhir ini, mari kita jawab dua pertanyaan berikut ini
1. Apa yang dilakukan oleh Ima dan kawan-kawan setelah berhasil membuat permainan “saulmon”?
2. Apa yang dilakukan Mustari setelah berhasil membuat alat penjernih air?
Tahap terakhir yang dilakukan untuk menjadi entrepreneur adalah mengkomunikasikan atau mensosialisasikan apa yang sudah kita lakukan. Tentu akan sangat disayangkan jika sebuah kegiatan/ hasil yang baik dari proses eksplorasi, perencanaan, dan pelaksanaan, jika tidak dikomunikasikan pada pihak lain. Tujuan menyebarluaskan apa yang sudah kita lakukan bukan pertama-tama supaya diri kita terkenal, tapi supaya apa yang sudah kita lakukan tersebut memberi efek dan manfaat lebih banyak bagi orang lain.
Nah, ternyata untuk menjadi entrepreneur, hanya ada 4 langkah yang harus kita lakukan secara konsisten; mudah bukan?
Kini mari kita renungkan, apakah kita sebagai OMK sudah mempunyai jiwa entrepreneurship?
Semangat untuk melakukan eksplorasi dan menemukan keprihatinan di sekitar kita, jelas sudah diajarkan oleh Yesus sendiri, misalnya melalui perumpamaan menjadi garam dan terang dunia. Dua ayat berikut menggambarkan tentang semangat melakukan perubahan tersebut:
· Matius 5:13 "Kalian adalah garam dunia. Kalau garam menjadi tawar, mungkinkah diasinkan kembali? Tidak ada gunanya lagi, melainkan dibuang dan diinjak-injak orang.”
· Markus 9:50 “Garam itu baik, tetapi kalau menjadi tawar, mungkinkah diasinkan kembali? Jadi, hendaklah kalian menjadi seperti garam--hiduplah bersama-sama dengan rukun."
Unsur perencanaan yang baik juga sudah pernah disampaikan oleh Yesus sendiri, misalnya melalui ayat berikut:
Lukas 14: 28-30 “Kalau seorang dari kalian mau membangun sebuah menara, tentu ia akan duduk menghitung dahulu biayanya supaya ia tahu apakah uangnya cukup untuk menyelesaikan menara itu atau tidak. Sebab kalau ternyata ia tak dapat menyelesaikannya, padahal pondasinya sudah dibuat, maka semua orang yang melihat pekerjaan itu akan menertawakannya. Mereka akan berkata, 'Iih, orang ini membangun, tetapi tidak dapat menyelesaikannya!'”
Jadi, sebenarnya tak ada alasan bagi kita orang muda katolik untuk berjiwa entrepreneurship. Tinggal sejauh mana kepedulian dan nyali kita diuji untuk mulai mewujudkan “penggaraman” dan “penerangan” terhadap dunia; dimulai dari yang ada di sekitar kita lebih dahulu. Tuhan pasti memberkati semua niat baik kita, Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar