Selasa, 17 April 2012

OMK & POLITIK


Materi VII Pendewasaan Iman PraKYD 2012
 
OMK & POLITIK

OMK jangan berpolitik?

Politik dianggap sebagai kegiatan perebutan kekuasaan yang tidak bermoral, menghalalkan segala cara, kasar, licik, penuh tipu muslihat. Politik itu kotor dan memuakan. Politik itu kejam, bengis dan terkadang tanpa etika/moral. Politik itu sama dengan mencari dan mengumpulkan uang, memperkaya diri sendiri dengan lobby-lobby dan korupsi anggaran proyek. Karena itu hindari dan jangan coba-coba terjun ke dalamnya. Inilah citra politik bangsa kita yang tak jarang kita dengar, lihat dan bahkan  juga mengalaminya.

Politik, dalam kenyataannya telah menjelma menjadi momok yang menakutkan dan memakan banyak korban. Pada kenyataannya juga, kematian Yesus di kayu salib merupakan akibat kekejaman para lawan politiknya yang merasa kemapanan (status quonya) terganggu dan takut kehialangan simpati rakyat karena kehadiran Yesus.

Situasi yang di atas bisa mengakibatkan kesalahan dalam melihat dan menyikapi pengertian politik, sehingga banyak orang yang hanya diam melihat dagelan politik yang terjadi, padahal sikap diam dapat diartikan ‘merestui’ yang terjadi.


Arti Politik
Politik secara etimologis berasal dari kata polis (Yunani) yaitu negara-kota atau pemerintahan kota. Politik secara umum diartikan sebagai seni mengatur kehidupan (kota, negara) demi mencapai kebaikan/kepentingan/kesejahteraan bersama. Kegiatan yang dilakukan manusia untuk menciptakan, mempertahankan, dan memperbaiki tata aturan dalam suatu masyarakat demi kebaikan dan kemajuan bersama (Kundalini, 2009, wikipedia, 2010).

Umat Katolik memandang politik sebagai salah satu bidang pelayanan demi perwujudan kasih Allah. Bentuk pelayanan ini mengambil wujudnya paling konkrit dalam upaya setiap umat beriman memajukan kesejahteraan umum.

Komitmen Terhadap Kehidupan Sosial-Politik
Alasan mendasar yang membuat umat Katolik terus terlibat aktif dalam urusan politik terletak pada panggilan Ilahi untuk mempertegas moral politik yang benar yaitu politik demi keadilan, perdamaian, kesejahteraan dan kebaikan bersama serta penghormatan terhadap hak-hak asasi dan martabat manusia. Allah tidak hanya menyelamatkan manusia secara  individu tetapi juga secara kolektif dalam satu kesatuan jemaat.  Lumen Gentium No.9 mengatakan:

”Kehendak Allah untuk menyelamatkan bukan sekedar individu tetapi juga dalam suatu kesatuan jemaat. Allah telah memilih bangsa Israel sebagai umatNya, mengadakan perjanjian dengan bangsa ini, sebagai persiapan dan gambaran akan suatu perjanjian dalam Kristus yang akan membentuk suatu umat Allah yang baru, yang satu, bukan dalam daging, tetapi dalam Roh”.

Zaman terus berevolusi dan berubah, Berhadapan dengan perubahan ini, Gereja terpanggil untuk merumuskan suatu paradigma baru dimana Gereja tidak lagi dilihat sebagai suatu institusi sosial yang terisolir malainkan bagian integral dari pengalaman hidup umat beriman dan masyarakat umumnya. Gereja adalah bagian dari pengalaman umat manusia akan kegembiraan, sukacita, harapan serta duka dan kecemasan sehari-hari.

Ketika negara dan masyarakat diselimuti oleh situasi ketidakadilan, pelanggaran hak asasi manusia dan penindasan maka Gereja perlu tampil membantu dan mendidik masyarakat supaya bisa mendefinisikan dirinya sendiri sebagai agen profetis dan pembaharu yang mampu membebaskan diri dari situasi yang dihadapi dengan kekuatan sendiri (Ribero, 2004; Beltran, 1998).

Melihat fakta-fakta sejarah tersebut di atas, apakah OMK akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Yesus Kristus? Banyak pihak menilai, hal itu tidak dimungkinkan karana masih banyak OMK lebih senang melakukan aktivitas kegiatan di seputar altar, gaya hidup hedonis (kegiatan hura-hura), dll. Kondisi ini juga diperparah dengan system pendidikan yang berlaku di republic ini dimana setiap pelajar dituntut untuk mengikuti jadwal pelajaran yang padat dan nilai yang tinggi.  Ada yang menilai, bahwa OMK tidak dimungkinkan tertarik dan peduli dengan politik. Tuduhan ini benar, karena berdasarkan banyak fakta. Sebenarnya sudah ratusan OMK yang terlibat dalam kegiatan politik dengan pandangan politiknya masing-masing. Mereka ada yang memang aktif berpolitik lewat pendampingan-pendampingan sosial dan ada pula yang melalui jalur keormasan dan partai politik. Dan pada kenyataannya, mereka juga aktif dalam kegiatan seputar altar.  Walaupun kita ketahui bersama bahwa, jumlah OMK adalah puluhan ribu, tetapi yang terlibat politik hanya ratusan jumlahnya.

Yesus mengagungkan dan menganut praktek politik yang non-violence, tapi membebaskan dan berpihak pada kelompok kaum kecil yang terpinggirkan dalam kehidupan bangsa dan masyarakat Yahudi, Yesus selalu mengabdi dan melayani banyak orang yang terpinggirkan, tersisihkan, kelompok marginal, orang berdosa. Semua itu dilaksanakan tanpa kekerasan, dengan penuh pengabdian kepada Allah dan sesama sampai mengorbankan diriNya sendiri dengan wafat di kayu salib.  Orang muda katolik dipanggil dan diutus untuk terlibat dan bergulat dengan politik yang hendaknya dipraktekan dan bercermin pada gaya politik Yesus Kristus.

Ada beberapa poin yang bisa dijadikan pedoman dari gaya Yesus berpolitik:
1.    Kritis dalam beropsi dan praktek politik yang membebaskan, bukan yang membelenggu.
2.    Berpolitik dengan Hati Nurani: hati yang penuh Kasih (beretika/bermoral).
3.    Berpolitik dengan pengabdian dan pengorbanan yang total kepada Allah dan sesama.
4.    Non-violance: tanpa Kekerasan, lewat dialog yang kritis.
5.    Menempatkan bonum communae, kebaikan bersama dan kepentingan orang banyak (terutama yang terpinggirkan, yang tak diperhitungkan, dan tak mampu bersuara) di atas kepentingan pribadi dan kelompok.


Pertanyaan untuk bahan diskusi
1.    Apakah politik masih perlu untuk kita lakoni? Kalau masih perlu, Politik seperti apa yang dapat kita lakukan?
2.    Dimana tempat dan sejauh mana kita OMK berpolitik dan memainkan peran di dalamnya?
3.    Bagaimana berpolitik dengan meneladani Yesus?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar