Materi II Pendewasaan Iman PraKYD 2012
GEREJA KATOLIK KUNO?
GAGASAN DASAR
· Seringkali terdengar ungkapan bahwa Gereja Katolik itu kuno, jadul, nggak gaul, nggak mengikuti perkembangan dan selera jaman, dan berbagai ungkapan sejenis. Hal itu tak jarang muncul dari kalangan OMK yang merasa kreatifitasnya kadang berbenturan dengan aturan Gereja atau juga peran mereka kalah dengan “kalangan tua” dalam Gereja. Khususnya dalam bidang liturgi, liturgi resmi Gereja seringkali dianggap membosankan dan tidak menjawab kebutuhan rohani kaum muda. Maka tak heran bila kadang terjadi OMK yang ogah-ogahan atau sekedar ritualitas belaka dalam mengikuti ekaristi dan kegiatan rohani lainnya. Dan juga tak dapat disangkal bahwa ada sebagian kaum muda yang akhirnya “jajan” ke gereja lain. Mereka merasa bahwa di gereja lain itu kerinduan dan kebutuhan rohani mereka terpenuhi, tatacara ibadat mereka sesuai dengan selera dan perkembangan jaman.
· Liturgi merupakan “karya bersama” seluruh umat beriman, tua – muda, awam-klerus, dalam memuliakan Allah dan sekaligus memohon rahmat Allah. Maka tujuan utama liturgi adalah ungkapan sembah bakti manusia kepada Allah dan melalui cara itu manusia memohon kepada Allah agar berkenan mengu-duskan dan menganugerahkan rahmat dan kasih-Nya. Sebagai suatu karya bersama, bukan hanya milik satu golongan saja (suku, usia, kelompok), berbagai cara pengungkapan liturgi bukanlah demi selera atau kepuasan sepihak. Liturgi bukan soal puas-tidak puas, senang-tidak senang, kuno-gaul, dll. Liturgi haruslah dapat merangkul dan diterima seluruh umat; sebagai ungkapan syukur bersama.
· Hakekat liturgi di atas kadangkala tidak dimengerti semua umat, termasuk OMK. Perayaan yang meriah, penuh sorak-sorai kadangkala dipertentangkan liturgi yang sistematis, hening dan tidak berubah dari waktu ke waktu. Sukses tidaknya suatu perayaan liturgi kadangkala direduksi kepada rasa kepuasan manusiawi. Dalam situasi demikian siapakah yang salah atau harus disalahkan? Apa yang harus dibenahi? Siapakah yang harus bertanggungjawab?
· Bahan pendukung:
Silahkan buka www.katolisitas.org dan temukan beberapa artikel dengan judul berikut ini yang sangat membantu kita dalam mendalami tema ini:
- Gereja Katolik Kuno? Siapa Bilang?
- Orang Muda Katolik (OMK) dan Liturgi.
- Apa yang harus kuketahui tentang liturgi?
- Sudahkah kita pahami tentang ekaristi?
LANGKAH PERTEMUAN
1. Pembukaan
- Pertemuan diawali dengan Nyanyian – Tanda Salib – Pengantar.
- Pemandu dapat membacakan atau membahasakan Gagasan Dasar di atas sebagai pengantar.
- Setelah Pengantar dilanjutkan dengan Doa Pembuka
2. Menggali Pengalaman
Untuk menggali pengalaman peserta, pertanyaan-pertanyaan berikut dapat didiskusikan bersama:
- Setujukah kamu (beri alasan) dengan ungkapan: Gereja Katolik itu kuno?
- Bagaimanakah pengalamanmu saat mengikuti ekaristi atau kegiatan liturgi lainnya? Apakah hal menjawab kebutuhan rohanimu?
- Apa yang bisa dibuat oleh OMK agar perayaan liturgi di tempatmu cocok untuk kaum muda namun sesuai dengan tata cara Gereja? (Jika mungkin usulan konkret)
Kesimpulan:
- Pemandu menyimpulkan hasil diskusi (pendapat, gagasan/ide peserta).
- Jika ada usulan konkret untuk paroki Anda (dan sanggup dikerjakan oleh OMK), silahkan dicatat dan disampaikan kepada Pastor Paroki.
3. Peneguhan
- Dalam praktek, banyak kali muncul masalah pada relasi antara OMK dan liturgi (perayaan iman, ibadat). Di antara liturgi dan OMK seolah ada hubungan ”enggan tapi rindu”. OMK sering dianggap suka hura-hura, semaunya sendiri, tidak bisa diatur dalam berliturgi. Sebaliknya, liturgi sering dipandang sebagai aturan sakral dan baku, seakan-akan jauh dari gelora kerinduan orang muda.
- Prasangka ini bisa dipahami, karena sifat umum orang muda yang masih dalam masa pertumbuhan yang pesat. Mereka sedang berkembang dalam dimensi psikologis, intelektual, seksual-hormonal, emosi, peran sosial dan iman. OMK memang sedang mengalami transformasi menuju kepribadian yang integral. Masa muda adalah masa pencarian, mempertanyakan, belajar dan mengambil keputusan. Masa muda adalah saat yang sukar, menantang sekaligus menggairahkan karena penemuan-penemuan baru. Sering kali kita ingin sesuatu yang ”lain dari pada yang lain” pada masa muda. Sedangkan di pihak lain, Liturgi Gereja Katolik, sudah berkembang dalam 20 abad dan sering dipandang sebagai peraturan yang kaku bukan sebagai perayaan yang membebaskan. Padahal, potret berliturgi oleh OMK tak selamanya demikian. Prasangka dan kecuri-gaan yang digeneralisasi begitu saja terhadap OMK itu tentu tidak akan memecahkan persoalan yang sering kali muncul dalam praktek penghayatan OMK terhadap liturgi. Tidak bijaksana, generalisasi mengenai OMK yang ”pragmatis dan maunya serba lain” itu. Liturgi Gereja pun tidak sepantasnya diperlawankan dengan gejolak dan selera orang muda.
- “Semua bisa diatur dan dibicarakan!” Ya, agar semua pihak bisa saling memahami maka kiranya baik pihak otoritas Gereja maupun OMK bisa saling berbicara. OMK bisa mengungkapkan ide-ide cerdas kontekstual dan Gereja menyampaikan kaidah-kaidah yang harus ditaati. Jika jalan ini ditempuh maka liturgi menjadi hidup dan berdaya guna bagi semua pihak. OMK bisa semakin bertumbuh dan menghayati imannya.
- Catatan: Akan lebih baik kalau yang memberikan peneguhan pertemuan ini adalah Pastor Paroki.
- Setelah peneguhan di atas peserta diajak untuk mendengarkan Sabda Tuhan: Mazmur 150.
- Setelah Mazmur dibacakan diberi waktu untuk hening merenungkannya secara pribadi.
4. Penutup
- Doa permohonan spontan dan diakhiri dengan Doa Bapa Kami.
- Pengumuman.
- Tanda Salib dan Nyanyian Penutup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar