Sabtu, 02 November 2013

Dahsyatnya Lagu-lagu dalam Kegiatan OMK



Oleh Pastor Vincentius Triatmodjo, Pr. Langsung dari Paris, 1 Nopember 2013;
Spesial untuk para peserta MUSKADA KAPAL 2013.

Seberapa dahsyatnya pemanfaatan lagu-lagu dalam berbagai kegiatan OMK?


Mau tak mau saya harus bercerita tentang pengalaman. Sebab kedahsyatan lagu itu tidak bisa dibayangkan, harus dirasakan terlebih dahulu baru bisa diceritakan. Sederhananya saya akan mengatakan bahwa lagu bisa menghipnotis suatu kerumunan orang baik dalam jumlah kecil, apalagi dalam jumlah besar. Tentu saja terkait kekuatan lagu sendiri dan moment yang pas kapan harus dilakukan.

theme song
Pengalaman yang pertama adalah pengalaman kita semua dalam seluruh kegiatan kita selama ini. Kita merasakan bagaimana efektifnya kekuatan theme song dalam tiap kegiatan, apalagi bila lagunya sudah dihafal dan iringan musiknya sudah disiapkan dengan baik, ditambah pula dengan gerakan-gerakan yang menarik. Saya kira, mau sebagian besar kegiatan hanya diisi dengan theme song peserta pasti tetap mau dan senang. Tapi tentu saja itu bukan prioritas, maka bagaimanapun theme song hanya untuk penyemangat dan selingan di antara kegiatan pokok. Suatu kegiatan tanpa theme song pasti akan terasa hambar.


dari ayat kitab suci
Pengalaman yang kedua saya dapatkan dari sebuah Group Band Rohani OMK Paris. Namanya GLORIEUX yang artinya kemuliaan. Yang menarik, mereka sendiri pencipta semua lagunya dan diambil dari ayat-ayat Kitab Suci baik dari Perjanjian Lama (terutama Masmur, Amsal dan Kitab Kebijaksanaan) maupun Perjanjian Baru (terutama Surat-surat Santo Paulus). Group band ini cukup terkenal dan pernah duduk di peringkat atas di antara Group band (baik yang profan maupun rohani). Mereka berkeliling ke paroki-paroki mengadakan konser secara gratis untuk amal atau untuk mendukung pertemuan-pertemuan OMK. Penghasilan mereka dari penjualan VCD saja atau konser ke Negara lain atau di luar kegiatan rohani OMK.
Saya pernah mengikuti ziarah rohani untuk Minggu Palma untuk OMK, gabungan dari 5 keuskupan (di Perancis rata-rata satu kota besar adalah satu keuskupan), di mana Group Band Glorieux ini ambil bagian. Untuk menuju ke pusat saya bergabung dengan keuskupan Nanterre karena imam dan frater-frater dibagi-bagi untuk bergabung dengan keuskupan terdekat. Rombongan keuskupan Nanterre yang berjumlah sekitar 200 orang, dibagi dalam 10 kelompok, masing-masing 20 orang. 

peziarahan
Jam 14.00 kami mulai perjalanan, setelah briefing sekitar 30 menit dengan ibadat pembukaan. Kami harus berjalan kaki selama kurang lebih 3 jam. Dua jam pertama kami melintasi hutan yang cukup luas. Mampir ke sebuah Gereja kecil untuk mendengarkan materi mengapa melakukan ziarah, lalu disambung berjalan sejam lagi sambil berdoa Rosario menuju stasiun. Setelah itu kami naik kereta api selama 45 menit, menuju sebuah Paroki. Di sana kami istirahat sebentar untuk makan malam (sandwich dan minum coklat panas), lalu mendengar materi lanjutan dari Bapak Uskup dan disambung dengan Adorasi. Setelah itu kami dibagi ke rumah-rumah untuk istirahat. Tuan rumah hanya menyediakan ruangan dan toilet dan kamar mandi.
Esok harinya hanya sekedar cuci muka kami kembali ke gereja untuk sarapan dan segera melanjutkan perjalanan menuju Basilika Chartre. Kami berjalan kaki kembali selama kurang lebih 3 jam. Kurang lebih 1 km dari Basilika, kami berhenti untuk makan siang, dengan menu yang sama sandwich, yang kami bawa sendiri-sendiri dari gereja tadi. Setelah makan kami melanjutkan perjalan ke basilica untuk bergabung dengan semua peserta.
Di halaman belakang basilica sudah ada papan nama dari masing-masing keuskupan, hanya berupa kolom-kolom yang terbuat dari tali raffia. Di situ kami menaruh tas ransel masing-masing, dan setelah diabsen kami menuju taman kota yang jauhnya hampir satu km juga. Rupanya di sana sudah ramai orang dan sedang menikmati konser Group Glorieux ini. Mereka diberi waktu konser sampai jam 15.30 karena perayaan puncak Minggu Palma akan dilakukan jam 16.00, yang awal perarakan dimulai dari pusat taman kota itu.
Yang mau saya tekankan di sini, Group Band Glorieux ini mampu menghantar peserta untuk merasakan betapa Allah sangat mengasihi manusia lewat lagu-lagu yang mereka bawakan. Ayat-ayat kitab suci terasa begitu hidup sehingga mengena dan mengharukan serta menggetarkan. Mengalami bahwa kita sekawanan anak-anak Allah, di tengah gemerlap dunia, memang terasa ada nuansa agung, terberkati dan benar-benar sebuah pilihan yang hanya bisa ditanggapi dengan rasa syukur dan haru.

Gicasul
Pengalaman berikut pada saat saya melayani ekaristi selama Pekan Suci di sebuah biara kontemplatif. Singkatnya selama pekan suci, terutama tri hari suci, hanya berbekal gitar dan kecapi serta suling, para suster mampu menghadirkan liturgi yang hidup, dijiwai dengan semangat yang tulus dan rendah hati sehingga malah terasa sangat agung. Bacaan-bacaan kitab suci yang panjang di malam paska, ditanggapi dengan mazmur-mazmur yang diarransemen dengan sangat indah. Di sini saya melihat perlunya pemain musik yang memang menguasai alat musiknya dan mampu mengiringi segala jenis lagu, walau hanya dengan alat sederhana.

Konser tunggal
Pengalaman lain, ketika saya melayani misa selama libur musim panas di luar Paris, ke daerah-daerah, hanya dengan bermodalkan sebuah gitar dan hapal lagu-lagu daerah nusantara dan beberapa lagu rohani Perancis, saya bisa mengadakan konser tunggal. Tentu saja karena umumnya penduduk menikmati musik, apalagi jika tahu bahwa itu adalah jenis musik baru atau yang selama ini belum pernah didengar.
Beberapa kali saya juga menyaksikan bahwa konser-konser musik traditional dunia sangat laris bagi masyarakat Perancis. Group-group musik traditional (nb. Anggotanya orang Perancis sendiri, tetapi mereka mempelajari lagu-lagu tradisional dari berbagai belahan dunia) bisa dengan mudah mengadakan konser. Pengumuman hanya lewat iklan dan penyebaran pamflet, tapi selalu dihadiri banyak orang. Yang lebih mengherankan mereka hanya akapela, atau setidaknya hanya diiringi tambur.
Nah, musik, seperti halnya olahraga adalah sarana efektif untuk mengumpulkan dan mempersatukan orang. Keduanya memiliki bahasa universal yang mudah mengatasi perbedaan-perbedaan kategori bahkan kesenjangan. Besar-kecil, tua-muda, kaya-miskin dan lain sebagainya. Tapi bicara musik tentu akan tak terbatas.

Profan & rohani
Secara umum kita mengenal ada musik profan dan musik rohani. Apa itu musik profan, tidak akan dibahas di sini. Apa itu musik rohani ? Umumnya dalam tradisi Gereja kita musik rohani dibagi dalam tiga jenis yakni musik suci, musik religius dan musik spiritual. Musik suci adalah musik yang dikhususkan bagi pribadi atau figur kudus, atau juga komunitas-komunitas religius untuk mengenang mereka secara istimewa dalam liturgi atau ibadat resmi. Dalam tradisi liturgi Gereja kita adalah bagian ordinarium (Kyrie, Gloria, Sanctus, Credo, Pater Noster dan Agnus Dei) atau Hymne-hymne dalam tradisi komunitas religius .
Musik spiritual adalah musik untuk membangkitan jiwa atau semangat rohani pada Yang ilahi berlaku bagi umum atau tanpa harus terkait secara kuat pada suatu praktek religius tertentu. Musik religius dikonsekrasikan oleh komunitas-komunitas religious, untuk doa-doa mereka kepada Allah, sesuai dengan tradisi dan spiritual masing-masing mereka.
Dari pengertian ini maka berharap dalam MUSKADA 2013 ini ada banyak anak muda yang terpanggil untuk menekuni tidak hanya musik-musik profan, namun juga musik-musik rohani, baik yang untuk liturgi, ataupun untuk yang popular, dengan tetap memperhatikan kaidah masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar