Rabu, 13 November 2013

OUTBOUND 7 SAKRAMEN



Animasi 7 Sakramen melalui metode Outbound

Pengantar:

Gereja katolik mengajarkan adanya tujuh sakramen, dan diurutkan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) sebagai berikut:

  1. Pembaptisan/ Permandian (KGK 1213-1284)
  2. Penguatan/ Krisma (KGK 1285-1321)
  3. Ekaristi Kudus (KGK 1322-1419)
  4. Tobat/ rekonsiliasi/ Pengakuan Dosa (KGK 1422-1498)
  5. Pengurapan Orang Sakit (KGK 1499-1532)
  6. Penahbisan/ Imamat (KGK 1536-1600)
  7. Perkawinan (KGK 1601-1666)



  •  Dokumen ini adalah panduan memperdalam pemahaman akan ketujuh sakramen tersebut melalui metode simulasi dan games, terutama di luar ruangan.
  • Dokumen ini masih perlu dilengkapi dengan: 
  • 1.       Paket-paket pertanyaan & jawaban untuk digunakan di beberapa pos.
  • 2.       Poin-poin pemaknaan di tiap pos.

Kepesertaan:

Peserta dibagi dalam beberapa kelompok, @ beranggotakan 9-14 orang, dan akan melakukan perjalanan (hidup) melalui berbagai pos sakramen. Tiap Pos Sakramen mempunyai sudut pandang, skenario, dan teknis pelaksanaan tertentu.

Kefasilitatoran:

Dalam tiap Pos, tim fasilitator minimal mempunyai kompetensi:
1)      Fasilitator yang bisa menjelaskan/ membelajarkan/ memaknai tiap sakramen, BERDASARKAN KOPENDIUM KATEKISMUS GEREJA KATOLIK; serta mengaitkannya dengan  dinamika di pos tersebut.
2)      Tim fasilitator yang menguasai dinamika teknis/ games sesuai karakter pos.

Jadwal/ rute perjalanan:

Tiap kelompok peserta akan melakukan perjalanan secara berurutan dengan interval waktu 15-20 menit. Secara berurutan, kelompok peserta akan menemui Pos-pos Sakramen dengan urutan sbb:

  1. Pembaptisan ,
  2. Tobat/ Pengakuan Dosa,
  3. Ekaristi Kudus,
  4. Penguatan/ Krisma,
  5. Penahbisan/ Imamat dan Perkawinan (2 sakramen dalam 1 pos), dan
  6. Pengurapan Orang Sakit


Proses di tiap Pos adalah:

  1. Pengantar, 1-3 menit
  2. Dinamika, 10-20 menit
  3. Pemaknaan, 5-15 menit


Sudut pandang, Skenario, dan teknis di tiap pos

I.                   Pos Pembaptisan/ Permandian

Sudut pandang:
Tiap anggota kelompok dibaptis oleh teman-temannya secara bergantian.
Skenario:
Tiap manusia punya dosa asal dan itu bisa dihapuskan dengan permandian. Sebagian besar umat katolik dibaptis ketika masih bayi; manusia yang belum bisa berbuat banyak. Dalam Pos ini, peserta dibaptis untuk menghaus dosa asal.
Teknis:
·         Dinamika dilakukan di tempat yang mengandung air; sungai atau kolam berair bersih.
·         (secara bergantian) tiap orang dahinya diolesi dengan lumpur basah sebagai lambing dosa asal. Yang bersangkutan akan dibaptis guna menghilangkan lumpur di keningnya.
·         Yang bersangkutan dibaringkan telungkup di atas jarring/ tandu yang dipegang oleh anggota kelompok lainnya. Jaring tersebut dibentangkan persis di atas permukaan air sungai/ kolam. Tubuh yang bersangkutan didekatkan ke air sehingga yang bersangkutan bisa melongokkan kepala, terutama dahinya ke arah bawah, ke arah air yang mengalir tersebut.
·         Yang bersangkutan berusaha membersihkan lumpur (dosa) di keningnya, sementara teman-temannya menahan supaya yang bersangkutan tidak kecebur. Jika tidak ada jaring yang kuat/ tali; bisa juga yang bersangkutan dipegang oleh teman-temannya, berbaring telungkup mendatar sekitar 10-20 cm di atas air.
·         Demikian bergantian tiap peserta dibaptis oleh teman-temannya sampai lumpur di kening hilang.

Pemaknaan:

Proses "pembaptisan"

II.                Pos Tobat/ Pengakuan Dosa

Sudut pandang:
Tiap anggota kelompok mengakukan dosa pada fasilitator yang berperan sebagai imam, lalu mendapat dan melaksanakan penitensi.
Skenario:
Dosa dalam dinamika ini merupakan  ketidaktahuan/ kebelumtahuan peserta terhadap pengetahuan iman Katolik. Makin banyak yang belum diketahuinya, berarti makin besar dosanya, dan berarti pula makin “berat” penitensinya
Teknis:
·         Dinamika dilakukan yang menyerupai bilik pengakuan dosa, boleh dibuat dari kain atau di belik gerumbul perdu/ pepohonan. Bilik bisa dibuat 2 buah dengan 2 fasilitator yang berbeda sehingga proses bisa lebih cepat.
·         (secara bergantian) peserta masuk ke bilik pengakuan dan  akan diberi beberapa pertanyaan oleh fasilitator perihal pengetahuan iman katolik (Sumber: Buku Youcat Bagian Pertama atau Kopendium Katekismus Gereja Katolik tentang Sakramen baptis dan Tobat).
·         Makin banyak jawaban keliru, berarti makin banyak dosanya.
·         Penitensi adalah peserta yang bersangkutan diminta memelajari berbagai hal yang tadi ditanyakan. Untuk itu perlu disiapkan dokumen pengetahuan iman katolik sesuai pertanyaan. Penitensi dilakukan persis setelah peserta keluar dari bilik pengakuan.

Pemaknaan:

Lagi diinterview di Pos Pengakuan Dosa, hayo ngaku saja, bisa jawab nggak?

III.             Pos Ekaristi Kudus

Sudut pandang:
Menerima komuni dalam sakramen ekaristi berarti menerima tubuh dan darah yesus. Namun secara fisik, peserta diajak untuk mengenali berbagai macam “roti & anggur” sehingga bisa membedakannya.
Skenario:
Tiap anggota kelompok berusaha mengenali tiap kombinasi roti & anggur yang dia makan.
Teknis:
·         Bagi peserta dalam 2 kelompok yang jumah anggotanya sama besar, misalnya kelompok A dan B.
·         Pada tiap kelompok A atau B, berikan tiap peserta kombinasi “roti & anggur” yang akan dimakan peserta.
·         Contoh kombinasi:
1.       Roti tawar isi selai nanas
2.       Roti tawar isi selai kacang
3.       Roti tawar isi gula cairan gula aren
4.       Roti tawar isi parutan kedondong
5.       Roti tawar isi parutan kelapa
6.       Roti tawar isi cairan brotowali
·         Artinya, tiap anggota kelompok A makan salah satu kombinasi tersebut, demikian juga tiap anggota kelompok B. Saat makan roti & anggur tersebut, anggota kelompok jangan sampai melihat isi di dalam roti tawar tersebut. Antara kelompok A dan B pun jangan sampai melihat ketika makan roti tersebut.
·         Nah, setelah semua makan, tugas kelompok A dan B adalah berdiskusi untuk menentukan siapa dari kelompok A yang “roti & anggurnya” sama dengan siapa dari kelompok B.
·         Makin banyak pasangan roti anggur yang benar, berarti daya cecap/ daya icip dan daya komunikasi kelompok makin bagus.

Pemaknaan:

Nyam nyam nyam... apalah rasanya. Enaknya dapat makan di Pos Ekaristi.

IV.              Pos Penguatan/ Krisma

Sudut pandang:
Peserta diuji kedewasaan imannya sebelum menerima sakramen penguatan.
Skenario:
Kedewasaan iman adalah syarat seseorang dapat menerima sakramen penguatan. Dalam hal ini, kedewasaan iman ditandai dengan pengetahuan akan iman katolik. Peserta akan dites mengenai pengetahuan imannya. Jika lolos tes, maka berhak mendapat sakramen krisma.
Teknis:
·         Peserta menghadap pada fasilitator yang berperan sebagai uskup yang akan mengetes pengetahuan imannya.
·         “Uskup” memberi beberapa pertanyaan terkait pengetahuan iman katolik (Sumber: Buku Youcat Bagian Pertama atau Kopendium Katekismus Gereja Katolik tentang Sakramen Ekaristi dan Penguatan).
·         Jika pertanyaan dijawab secara betul, maka pipi yang bersangkutan ditepuk dengan lembut (seperti saat sakramen krisma). Tetapi jika jawaban salah, tampar saja pipinya.
·         Bagi peserta yang menjawab benar minimal 60% pertanyaan, boleh diurapi dengan minyak krisma. Bagi yang tidak lolos standar itu, berarti tidak/ belum mendapat sakramen krisma.

Pemaknaan:

Haiyaaa!!!! nak ditampar atau di elus nih di Pos Krisma ini

V.                 Pos Perkawinan & Pos Penahbisan/ Imamat


V.A.  Pos Perkawinan
Sudut pandang:
Mencoba memahami dan merasakan konsekuensi dari pasangan yang menerima sakramen perkawinan.
Skenario:
Peserta secara berpasangan dianggap sudah menerima sakramen perkawinan, dan kini akan mengarungi perjalanan hidup yang penuh tantangan. Akankah mereka bisa menjalaninya dalam untung dan malang bersama-sama? Perjalanan hidup diumpamakan dalam tantangan “bambo sejajar”
Teknis:
·         Tiap peserta akan berpasangan melalui tantangan bambu sejajar yang melambangkan perjalanan hidup manusia yang telah menerima sakramen perkawinan.
·         Jika ada yang jatuh, ulang lagi; bukan menghitung berapa kali jatuhnya, tetapi berapa kali mau bangkit lagi dan melanjutkan kehidupan perkawinannya.

Pemaknaan:

Ya begini inilah seni "kawin" di Pos Perkawinan


V.B. Pos Penahbisan/ Imamat
Sudut pandang:
Mencoba memahami dan merasakan konsekuensi dari seseorang yang sudah menerima sakramen imamat.
Skenario:
Peserta secara individu menjalani kehidupan imamat yang penuh tantangan. Akankah yang bersangkutan bisa menjalaninya sampai tuntas? Perjalanan hidup imamat diumpamakan dalam tantangan “meniti bambo dengan bantuan tongkat penyeimbang”. Tongkat penyeimbang menggambarkan pegangan yang bersangkutan yang adalah Allah sendiri
Teknis:
·         Tiap peserta akan secara individu melalui tantangan meniti bambu dengan bantuan tongkat penyeimbang.
·         Jika ada yang jatuh, ulang lagi.

Pemaknaan:

Konsentrasi menghadapi pilihan di Pos Imamat

VI.              Pos Pengurapan Orang Sakit/ Minyak Suci

Sudut pandang:
Peserta dalam kondisi sakit parah dan ingin diberi minyak suci supaya makin dekat pada Allahnya. 
Skenario:
Satu persatu, peserta  menjadi orang yang dalam kondisi sakit parah dan ingin diberi sakramen pengurapan orang sakit, sesuai dengan keimanannya. Namun, akan lebih baik jika si penerima minyak suci memang memahami betul akan iman katoliknya. Tetapi jika pengetahuan imannya dangkal, ya berarti dia terlalu banyak berharap tanpa ada usaha untuk lebih mengenal Allahnya. Peserta akan dites mengenai pengetahuan imannya. Jika lolos tes, maka berhak mendapat sakramen pengurapan orang sakit.
Teknis:
·         Satu persatu, peserta dibaringkan di tanah, atau galian dangkal menyerupai lubang kubur. Anggaplah dia lagi sakit parah dan kemungkinan akan meninggal.
·         Fasilitator berperan sebagai “imam” akan menanyai peserta yang bersangkutan dengan berbagai pertanyaan terkait pengetahuan iman katolik. (Sumber: Buku Youcat Bagian Pertama atau Kopendium Katekismus Gereja Katolik tentang Sakramen Perkawinan, Imamat, dan Pengurapan Orang Sakit).
·         Jika pertanyaan dijawab secara betul, maka dahi dan tangan yang bersangkutan diurapi dengan minyak wangi/ air bunga (seperti saat sakramen pengurapan orang sakit). Tetapi jika jawaban salah, dahi dan tangan diurapi dengan cairan yang lain, misalnya air gula, getah, lumpur, dan sebagainya; pokoke yang bikin nggak enak lah.

Pemaknaan:

Aduuhhh... nak dikasih apolah aku ini di Pos Pengurapan Orang Sakit ini?

Penutup

Usai menjalani semua pos-pos tadi, peserta diberi pemaknaan secara umum untuk kemudian diutus untuk lebih menghargai sakramen-sakramen yang sudah ada.

Digagas oleh Agustinus Susanta pada 15 Mei 2013 atas permintaan OMK di Sindang guna Latpim OMK Cubengtuling 2013.
Sudah dilaksanakan pada 24-26 Mei 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar