Minggu, 17 November 2013

Dapatkah Kita Menarik Kesimpulan Secara Logis Bahwa Allah Ada Tiga? (Katekismus Pupuler no. 25-48)


Ranking Pertama Youcat Mania EKM Cubengtuling 2013.



SEKSI DUA: 

PENGAKUAN IMAN KRISTEN


25.    Mengapa iman memerlukan definisi dan rumus iman?

Iman bukan sesuatu mengenai kata-kata hampa, melainkan mengenai kenyataan. Dalam GEREJA, rumusan iman yang singkat, berkembang dalam waktu yang lama. Dengan pertolongan rumusan iman itu kita bisa mengontemplasikan, mengungkapkan, meneruskan, memelajari, merayakan, dan menghayati iman ini dalam kenyataan hidup. [170-174]

Tanpa rumusan yang baku, isi iman akan pudar. Itulah alasan mengapa Gereja menganggap sangat penting untuk mendefinisikan iman. Proses perumusan iman tersebut dicapai setelah melalui pemikiran yang panjang dan melelahkan, demi melindungi pesan Kristus dari kesalahpahaman dan pemalsuan pada kelak kemudian hari. Lebih jauh lagi, SHAHADAT itu penting khususnya ketika iman Gereja harus diterjemahkan ke dalam budaya-budaya yang berbeda. Dalam penerjemahan itu, makna iman yang asli harus dijaga karena iman yang sama merupakan dasar kesatuan Gereja.

26.    Apakah Syahadat itu?

SYAHADAT merupakan rumusan iman singkat yang memungkinkan semua orang beriman mampu mengungkapkan pernyataan iman bersama. [185-188, 192-197]

Bentuk pernyataan iman yang singkat sudah ada dalam Surat Paulus. Syahadat Kristen awal ini, mempunyai martabat yang istimewa karena menjadi ringkasan IMAN PARA RASUL. Syahadat Nikea dihormati karena Syahadat ini dihasilkan dari Konsili-konsili besar Gereja (Konsili Nikea tahun 325, Konsili Konstantinopel tahun 381). Syahadat Nikea masih merupakan dasar bersama untuk umat Kristen, baik di Timur maupun Barat.

27.    Dari manakah Syahadat Para Rasul berasal?

SYAHADAT mengingatkan kita pada tugas perutusan. Para murid meminta orang yang ingin dibaptis untuk mengucapkan pengakuan iman yang sudah baku, yaitu iman dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus (--> TRITUNGGAL). [188-191]

Bentuk asli yang menjadi cikal bakal Syahadat adalah pernyataan iman akan Yesus Tuhan dan akan tugas perutusan-Nya. Ia berkata kepada para rasul: "Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" (Mat 28:19) Semua Syahadat Gereja merupakan penjelasan iman akan Allah yang Mahaagung ini. Masing-masing dimulai dengan pengakuan iman akan BAPA, pencipta dan pemelihara dunia, kemudian pengakuan iman akan PUTRA yang melalui-Nya, dunia dan kita ditebus, dan diakhiri dengan pengakuan iman akan Roh Kudus, Allah yang hadir dalam Gereja dan dunia.

28.    Bagaimanakah bunyi Syahadat para Rasul?

Aku percaya akan Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan Bumi Dan akan Yesus Kristus,  PutraNya yang tunggal, Tuhan kita Yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria. Yang menderita sengsara dalam pemerintahan Ponsius Pilatus, disalibkan wafat dan dimakamkan, Yang turun ketempat penantian, pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati Yang naik kesurga,  duduk disebelah kanan Allah bapa yang Mahakuasa. Dari situ ia kan datang  mengadili orang hidup dan mati. Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang Kudus,  persekutuan para kudus Pengampunan Dosa, Kebangkitan badan, Kehidupan kekal. Amin.

29.    Bagaimanakah bunyi Pengakuan Iman dari Nikea-Konstantinopel?

Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan; dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal. Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita. Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan maria, dan menjadi manusia. Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus; Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan. Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci. Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa. Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati; kerajaan-Nya takkan berakhir. Aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan; Ia berasal dari Bapa dan Putra, yang serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan;Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Aku mengakui satu pembaptisan akan penghapusan dosa. Aku menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di akhirat. Amin.

BAB SATU

AKU PERCAYA AKAN ALLAH BAPA


30.    Mengapa kita percaya akan satu Allah?

Kita percaya hanya pada satu Allah, karena menurut kesaksian Kitab Suci, hanya ada satu Allah, dan menurut hokum logika, memang hanya bisa ada satu Allah. [200-202, 228]

Jika terdapat dua Allah, maka Allah yang satu akan menjadi batasan bagi yang lainnya; tidak ada satu pun dari keduanya menjadi tak terbatas, tak satu pun yang sempurna; dalam hal ini, tidak satu pun dari keduanya adalah Allah. Pengalaman dasar Israel akan Allah adalah: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, Tuhan itu esa!” (Ul 6:4). Lagi pula, para nabi berseru kepada umat untuk meninggalkan dewa-dewa palsu mereka dan berpaling kepada  Allah yang satu itu; “Sebab Akulan Allah dan tidak ada yang lain” (Yes 45:22)

31.    Mengapa Allah menamai Diri-Nya Sendiri?

Allah memberi nama kepada Diri-Nya sendiri supaya kita dapat memanggil-Nya. [203-213, 230-231]

Allah tidak ingin selamanya tidak dikenal. ia tidak ingin disebut sebagai "yang lebih tinggi" yang hanya menjadi dugaan saja. Allah ingin dikenal dan dipanggil sebagai satu pribadi yang nyata dan aktif. Dalam semak yang terbakar, Allah memperkenalkan dirinya Diri-Nya kepada Musa dengan nama-Nya yang kudus: --> YHWH (Kel 3:14) Allah membuat umat-Nya mampu memanggil Dia, tetapi Dia masih Allah yang tersembunyi, Sang Misteri yang hadir. Dari semua rujukan nama Allah, nama Allah itu sendiri tidak pernah diucapkan oleh bangsa Israel; nama Adonai (Tuhan) dipakai untuk menggantikan nama Allah. Kata yang sama ini digunakan dalam Perjanjian baru ketika memuliakan Yesus sebagai Allah yang benar “Yesus adalah Tuhan” (Rom 10:9)

32.    Apa maksud bahwa Allah adalah kebenaran?

"Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tiak ada kegelapan" (1 Yoh 1:5). Firman-Nya adalah kebenaran (Ams 8:7; 2 Sam 7:28), dan keadilan-Mu adil untuk selama-lamanya dan Taurat-Mu benar (Mzm 119: 142). Yesus sendiri berani menjamin kebenaran Allah dengan mengucapkannya di hadapan Pilatus: "Untuk itulah aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dunia ini supaya aku memberi kesaksian tentang kebenaran" (Yoh 18:37). [214-217]

Kebenaran akan Allah tidak dapat dibuktikan atau diuji secara empiris karena ilmu pengetahuan tidak dapat menempatkan Allah sebagai obyek penelitian. Dan lagi, bahwa Allah men-subyek-kan Diri-Nya menjadi satu bukti istimewa. Kita tahu bahwa Allah adalah kebenaran atas dasar kredibilitas mutlak Yesus. Dia adalah “Jalan Kebenaran, dan Hidup” (Yoh 14:6). Siapa pun yang menjalin hubungan dengan-Nya dapat merasakan bahwa Allah adalah “Jalan Kebenaran, dan Hidup”. Jika Allah tidak “benar”, iman dan akal budi tidak bisa berdialog satu sama lain. Kesepakatan antara iman dan akal budi sangat mungkin karena Allah adalah kebenaran, dan kebenaran bersifat Ilahi.

33.    Apa maksud bahwa Allah adalah kasih?

Jika Allah adalah kasih, maka tidak ada satu pun ciptaan-Nya yang tidak membawa dan dikelilingi oleh kebaikan-Nya yang tak terbatas. Allah tidak sekedar menyatakan bahwa Ia adalah kasih, namun Ia membuktikannya: "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yoh 15:17). [218, 221]

Tidak ada à AGAMA yang mengatakan seperti yang dikatakan oleh agama Kristen: “Allah adalah kasih” (1Yoh 4:8, 16). Iman Kristen berpegang teguh pada janji ini, meskipun pengalaman akan penderitaan dan kejahatan kadang membuat manusia mempertanyakan apakah benar Allah sungguh mengasihi. Dalam à PERJANJIAN LAMA Allah berkomunikasi dengan umat-Nya melalui Nabi Yesaya: “Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan aku ini  mengasihi engkau, maka memberikan manusia sebagai gantimu dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu. Janganlah takut, sebab Aku ini menyertai engkau” (Yes 43:4-5) dan Ia juga berkata: “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku” (Yes 49: 15-16). Pembicaraan mengenai cinta kasih Ilahi ini bukanlah omong kosong; Yesus membuktikannya di kayu salib, tempat ia menyerahkan nyawa-Nya bagi para sahabat-Nya.
                             

34. Apa yang seharusnya kita lakukan ketika mengenal Allah?

Ketika mengenal Allah, kita harus meletakkan-Nya di tempat pertama dalam hidup ini. Dengan demikian, hidup baru dimulai. Kita akan mengenal orang Kristen melalui fakta bahwa mereka bahkan mencintai musuh-musuh merreka. [222-227, 229]    

Mengenal Allah berarti mengenal Dia yang menciptakan dan berkehendak atas diri kita, Dia yang memandang kita dengan penuh cinta setiap saat, dia yang memberkati dan menjaga hidup kita, Dia yang memiiki dunia. Orang-orang yang kita cintai pun berada di telapak tangan-Nya. Dia menunggu dan merindukan kita, berharap memenuhi dan menyempurnakan kita, dan mengajak berdiam merenung bersama-Nya untuk selamanya. Menganggukkan kepala untuk pernyataan ini tidaklah cukup. Lebih dariitu, orang Kristen mesti menerapkan cara hidup Yesus.

35. Kita mengimani satu Allah atau tiga Allah?    

Kita memercayai satu Allah dalam tiga pribadi --> TRITUNGAL MAHAKUDUS.
"Allah tidak sendirian, namun merupakan persekutuan semurna" (Paus benediktus XVI). [232-236, 249-256, 261, 265-266]    

Umat Kristen tidak menyembah tiga Allah yang berbeda, tetapi satu Allah yang merupakan tiga pribadi dan tetap merupakan satu kesatuan. Kita mengenal Allah melalui Yesus Kristus: Ia, Sang Putra, menyebut-Nya Bapa di surga ("Aku dan Bapa adalah satu", Yoh 10:30). Yesus berdoa kepada-Nya dan mengutus Roh Kudus, yang merupakan kasih cinta dari Bapa dan Putra. Itulah sebabnya, kita dibaptis "dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus" (Mat 28:19)

36. Dapatkah kita menarik kesimpulan secara logis bahwa Allah ada tiga?  

Tidak.
Fakta bahwa ada tiga pribadi (
--> TRITUNGGAL MAHAKUDUS) dalam satu Allah merupakan misteri. Hanya melalui Yesus kita tahu bahwa Allah adalah Tritunggal. [237] 
    
Manusia tidak dapat menarik kesimpulan bahwa Allah adalah pribadi Tritunggal atas dasar alasan mereka sendiri. Meskipun begitu, manusia menerima bahwa hal ini adalah misteri sebagai suatu hal yang beralasan ketika mereka menerima keselamatan Allah melalui Yesus Kristus. Jika Allah sendiri dan dalam kesendirian, Ia tidak dapat mengasihi dari seluruh keabadian. Dalam cahaya terang Yesus kita telah menemukan dalam --> PERJANJIAN LAMA (misalnya, Kej 1:2; 18:2; 2 Sam 23:2) bahkan dalam semua ciptaan jejak-jejak karya Allah Tritunggal Mahakudus.

37. Mengapa Allah adalah "Bapa"?         

Kita menyebut Allah sebagai Bapa pertama-tama karena Ia adalah Pencipta dan peduli dengan penuh kasih kepada ciptaan-Nya. Yesus, Putra-Nya, telah mengajarkan kepada kita, untuk memanggil Bapa-Nya sebagai Bapa kita dan menyebut-Nya sebagai "Bapa kita".    
      
Beberapa agama sebelum Kristen menyebut Yang Ilahi sebagai “Bapa”. Bahkan sebelum Yesus, bangsa Israel menunjuk Allah sebagai Bapa mereka (Ul 32, 6; Mal 2,10). Namun, mereka menyadari bahwa Tuhan juga seperti seorang ibu (Yes 66,13). Menyebut Tuhan sebagai “Bapak” atau “Ibu” selalu berangkat dari  pengalaman keseharian. Yesus Kristus menunjukkan bahwa Allah Bapa sungguh seperti: “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9). Dalam perumpamaan anak bungsu, Yesus menyebut sebagai Bapa yang baik.

38. Siapakah Roh Kudus itu?           

Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari à Tritunggal Mahakudus, dan memiliki keilahian yang sama dengan Allah Bapa dan Putra. [243-248, 263-264] 
       
Ketika kita menemukan kenyataan bahwa Allah ada dalam kita, kita berhubungan dengan Roh Kudus. Allah mengutus Roh Putera-Nya ke dalam hati kita (Gal 4:6) sehingga Ia dapat memenuhi hati kita sepenuhnya. Dalam Roh Kudus, umat Kristen menemukan kebahagiaan, kedamaian di hati, dan kebebasan. "Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, ya Abba, ya Bapa!" (Rom 8:15). Dalam Roh Kudus, yang kita terima sejak pembaptisan dan PENGUATAN, kita diperbolehkan memanggil Allah "Bapa"

39. Apakah Yesus itu Allah? Apakah Ia termasuk dalam Tritunggal Mahakudus?       

Yesus dari Nazaret adalah Sang Putra, Pribadi Ilahi kedua yang kita sebutkan ketika kita berdoa, "Dalam nama Bapa dan Putera dan roh Kudus" (Mat 28:19) [243-260]

Yesus bukanlah pemalsu ataupun pembuat Diri-Nya Allah atas hari --> SABAT dan memberi gelar pada Diri-Nya sendiri sebagai "Tuhan" karena sesungguhnya Ia benar-benar Allah.
Masalah mulai muncul ketika Ia mengampuni dosa. Dalam pandangan masa itu, yang Ia lakukan merupakan pelanggaran dengan konsekuensi hukuman mati.
Melalui pertanda dan mukjizat, namun khususnya melalui kebangkitan-Nya, para murid-Nya menyadari siapa Yesus itu dan menyembah Dia sebagai Tuhan. Itulah Iman
à GEREJA

40. Apakah Allah mampu melakukan setiap hal? Apakah Ia Mahakuasa?    

"Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil" (Luk 1:37). Ia Mahakuasa [268-278]   
        
Siapa pun yang menyerukan nama Allah dan memohon pertolongan-Nya percaya bahwa Ia Mahakuasa. Allah menciptakan dari ketiadaan. Dia Tuhan atas sejarah. Bagaimana Ia menggunakan kemahakuasaan-Nya, tentu saja tetaplah misteri bagi kita. Tidak jarang orang bertanya: “Di manakah Allah?” Melalui Nabi Yesaya, Allah memberitahu kita: “Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, jalanmu bukanlah jalan-Ku” (Yes 55:8). Kadang-kadang kemahakuasaan Allah ditunjukkan-Nya pada situasi ketika manusia sudah tidak mengharapkan lagi tanda kemahakuasaan-Nya itu. Ketidakberdayaan Allah pada Jumat Agung merupakan prasyarat bagi kebangkitan.

41. Apakah ilmu pengetahuan membuat Sang Pencipta tidak diperlukan?   

Tidak.
Kalimat "Allah menciptakan dunia" bukan pernyataan kuno menurut ilmu pengetahuan. Di sini, kita berhubungan dengan pernyataan teologis, suatu pernyataan mengenai makna yang Ilahi (theos =Allah, logos = makna) dan asal mula segala sesuatu. [282-289]      

Perhitungan ciptaan bukan contoh ilmiah untuk menjelaskan awal mula dunia.
"Allah menciptakan dunia" merupakan pernyataan teologis tentang hubungan dunia dengan Allah. Allah menghendaki dunia: Ia memelihara dan akan menyempurnakan. Diciptakan merupakan kejadian yang bersifat abadi dalam setiap ciptaan dan merupakan kebenaran dasariah mengenai setiap ciptaan.

42. Bisakah orang yang menerima teori evolusi tetap beriman pada Sang Pencipta?          

Ya. Meskipun teori evolusi merupakan suatu jenis pengetahuan yang berbeda, namun iman terbuka terhadap  penemuan-penemuan dan hipotesis-hipotesis ilmu pengetahuan.
Teologi tidak memiliki  kompetensi sebagai ilmu alam dan ilmu alam tidak memiliki kompetensi teologis. Secara dogmatis, ilmu alam tidak bisa mengatur kemungkinan bahwa ada proses penyempurnaan dalam ciptaan-ciptaan; sebaliknya, iman tidak dapat menjelaskan secara spesifik bagaimana proses perkembangan ciptaan terjadi secara alamiah. Seorang Kristen dapat menerima teori evolusi sebagai contoh penjelasan yang cukup membantu, dengan catatan tidak jatuh pada bidang bidah evolusionisme yang memandang manusia sebagai hasil acak dari proses biologis. --> EVOLUSI mensyaratkan adanya keberadaan sesuatu yang dapat berkembang. Namun teori evolusi tidak menjelaskan apa pun mengenai dari mana “sesuatu” itu berasal. Lebih jauh lagi, pertanyaan-pertanyaan mengenai keberadaan, hakikat, martabat, misi, makna dan asal dunia dan manusia tak bisa dijawab dengan istilah-istilah biologi. Sama seperti paham evolusi yang melangkahi batas kemampuannya, maka ada pula --> KREASIONISME di sisi lain. Secara naif, paham ini mengutip informasi dari Kitab Suci secara harafiah (misalnya, dalam menghitung usia bumi, mereka mengutip enam hari penciptaan dalam Kitab Kejadian bab 1)

43. Apakah dunia ini merupakan hasil dari suatu kebetulan?

Tidak.
Allah, bukan kebetulan. Dia adalah penyebab adanya dunia. Allah menciptakan semuanya dengan fungsi dan maksud tertentu. Dia tidak pernah menciptakan "tanpa tujuan" [295-301, 317-318, 320]

Umat Kristen percaya bahwa mereka dapat membaca tulisan tangan Allah melalui ciptaan-Nya. Kepada para ilmuan yang menyatakan bahwa dunia ini terbentuk karena proses acak, tanpa makna, dan tanpa tujuan, pada tahun 1985, Paus Yohanes Paulus II mengatakan: "Alam semesta yang diberikan Allah yang di dalamnya terdapat tatanan unsur-unsur yang rumit, serta mengandung tujuan hidupnya yang mengagumkan, sebenarnya berbicara mengenai kesempatan yang sama yang diserahkan kepada usaha pencarian ilmiah agar ditemukan penjelasan tentang dunia, sebagaimana yang tampak di hadapan kita. Faktanya, hal ini setara dengan sikap menerima akibat-akibat tanpa sebab. Justru sikap menerima fakta bahwa ciptaan memiliki tujuan merupakan pembebasan akal budi manusia yang menolak memikirkan dan mencari pemecahan masalah.

44. Siapa yang menciptakan dunia?        

Allah sendiri yang ada di balik ruang dan waktu. Ia menciptakan dunia dari ketiadaan dan menyebabkan semua menjadi ada. Setiap hal yang ada tergantung pada Allah dan meneruskan keberadaannya hanya karena Allah menghendakinya tetap ada. [290-292, 316]   
       
Penciptaan dunia, bisa disebut sebagai “proyek bersama” Allah Tritunggal. Bapa adalah Pencipta yang Mahakuasa. Putra adalah makna dan hati dunia, “Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia” (Kol 1:16). Kita tahu bahwa dunia ini baik hanya ketika kita datang kepada Kristus dan mengenal Dia, serta memahami bahwa dunia sedang mengarah pada tujuannya, yaitu kebenaran, kebaikan, dan keindahan Allah. Roh Kudus menuntun setiap hal bersama-sama; Dialah “Roh yang memberi hidup” (Yoh 6:63)

45. Apakah hukum kodrati dan sistim alamiah berasal dari Allah juga?          

Ya.
Hukum kodrati dan sistem alamiah juga merupakan bagian dari penciptaan Allah. [339, 346, 354]

Manusia bukanlah papan tulis kosong. Ia dibentuk oleh hukum kodrat dan sistim alamiah yang telah dilukiskan oleh Allah dalam ciptaan-Nya. Seorang Kristen tidak gampangan melakukan “apa pun yang dia inginkan”. Ia tahu bahwa ia melukai diri-nya sendiri dan akan merusak lingkungannya jika dia menolak hukum alam, misalnya menggunakan benda-benda dengan cara yang melawan tata intrinsik alamiahnya, atau berusaha menjadi mahkluk yang lebih bijaksana daripada Allah, padahal Allah yang menciptakan manusia.

46. Mengapa Kitab Kejadian menggambarkan penciptaan sebagai “karya enam hari”?  

Simbol dari seminggu kerja, yang dimahkotai dengan satu hari istirahat (Kej 1:1-2:3), adalah suatu ungkapan betapa baiknya, indahnya, dan bijaksananya tata penciptaan. [337-342]  

Dari simbol “karya enam hari”, kita bisa menarik beberapa prinsip penting:
1)      Tak satu hal pun akan ada tanpa diciptakan dikehendaki oleh Sang Pencipta.
2)      Setiap yang ada selalu baik dalam dirinya sendiri.
3)      Sesuatu yang berubah menjadi jelek pun masih tetapi memiliki inti yang baik.
4)      Mahkluk dan benda yang tercipta berhubungan satu sama lain dan saling memerlukan.
5)      Penciptaan dalam keteraturan dan harmoninya memantulkan kebaikan dan keindahan Allah yang melampaui ciptaan-Nya.
6)      Dalam ciptaan ada tata keteraturan yang rumit: manusia lebih tinggi daripada hewan, hewan lebih tinggi daripada tumbuhan, tumbuhan lebh tinggi daripada benda mati.
7)      Ciptaan mengarah ke perayaan yang agung ketika Kristus akan membawa dunia kembali ke rumah Bapa dan Allah akan menjadi semua bagi semua.

47. Mengapa Allah beristirahat pada hari ketujuh?        

Beristirahatnya Allah dari karya-Nya menunjuk pada terselesaikannya penciptaan, yang melampaui seluruh usaha manusia. [349]
      
Walaupun menjadi rekan kerja Allah (Kej 2:15), tidak berarti bahwa manusia dapat menebus dunia dengan bekerja keras. Tujuan penciptaan adalah “langit dan bumi yang baru” (Yes 65:17) melalui penebusan yang diberikan pada kita sebagai anugerah. Pekerjaan selama enam hari menyiapkan kita untuk beristirahat pada hari ketujuh, sebagaimana kita sekarang menyiapkan diri untuk istirahat kekal di surga.

48. Mengapa Allah menciptakan dunia? 

“Dunia diciptakan demi kemuliaan Allah” (Konsili Vatikan I) . [293-293, 319] 
  
Tidak ada alasan lain bagi penciptaan selain kasih. Di dalam penciptaan, kemuliaan Allah tampak. Memuji Allah bukan berarti memberikan tepuk tangan. Manusia bukan hanya penonton bagi karya penciptaan. Baginya, “memuji” Allah berarti bersyukur atas keberadaannya sendiri bersama-sama dengan seluruh ciptaan.


-------bersambung----------

Naskah “Katekismus Populer ini” disalin oleh Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Palembang dari buku YOUCAT INDONESIA; Katekismus Populer,  Penerbit Kanisius, ISBN: 978-979-21-3424-7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar