Apa itu TAKM?
Gini, Nas, beberapa tahun lalu dan tahun kemarin yaitu 2004 dan 2008
aku terbang di atas Tegal Arum, kulihat ada keributan yang melibatkan ratusan
orang muda yang ada di tenda-tenda, ada apa sih?
Oooo itu Temu Akbar Kaum Muda Keuskupan Palembang.
Bisa diceritakan apa itu? Yang 2004 duluan deh.
Kegiatan ini adalah pertemuan seluruh kaum muda di Wilayah
KAPal (Keuskupan Agung Palembang), diadakan 4 tahun sekali.
Siapa penggagas kegiatan ini dan apa tujuannya?
Kegiatan ini entah oleh siapa digagas, namun sejak tahun 1980
sudah ada pertemuan semacam ini yang melibatkan kaum muda dari seluruh
keuskupan. Mula-mula sekelompok kaum muda melakukan kegiatan bersama, terutama
olahraga dan bakti sosial, lalu 4 tahun kemudian berkembang dalam jumlah
peserta, namun formatnya ditambah menjadi olahraga, bakti sosial dan pentas
seni, pesertanya pun makin banyak. Empat tahun kemudian peserta makin banyak
dan ada penambahan pemberian materi. Sampai saat tahun 2004 kegiatan ini
berformat pemberian materi, pentas bakat dan olahraga.
Berapa peserta yang ikut dalam kegiatan ini?
Tercatat pada sekretariat 735 peserta yang terdiri dari 25
paroki, ada 1 paroki yang belum mengirim yaitu dari Paroki Allah Maha Murah Pasang Surut.
Tampilan Salah Satu Kontingen Paroki |
Suasana Tenda Utama dalam Sebuah Sesi |
Mengapa ada yang tertinggal?
Mungkin karena keterbatasan waktu dan transportasi. Mereka
mesti menggunakan speed boat
sepanjang Sungai Musi dari Pasang Surut ke Palembang selama kurang lebih 4 jam.
Padahal kami sudah mengirimkan formulir jauh hari dan pengurus mudika pun sudah
dipastikan mengtahui kegiatan ini. Tapi saya menduga bisa jadi belum ada
peserta yang memadahi untuk dikirim ke acara ini.
Dimana acara ini diadakan?
Sejak awal, kegiatan 4 tahunan ini diadakan di Stasi Tegal
Arum, Paroki Baturaja. Di Tegal Arum ada sebuah kampung transmigrasi yang
mayoritas penduduknya beragama Katolik. Di situ ada lapangan, kebun, kolam,
gereja, dan balai pertemuan. Oh ya dekat pula dengan komplek gua maria. Ke
depan, tempat itu diproyeksikan menjadi salah satu Youth Centre untuk KAPal. Lokasi tersebut dapat ditempuh dengan
perjalanan darat selama sekitar 5 jam dari Palembang, sekitar 10 jam dari Jambi,
dan 8 jam dari Bengkulu.
Mengapa disebutkan patokan dari 3 kota tersebut?
Keuskupan Palembang berada di 3 provinsi, Sumatera Selatan
yang beribukota di Palembang, Jambi yang beribukota di Kota Jambi dan Bengkulu
yang beribukota di Kota Bengkulu. Jadi dapat kita bayangkan cakupan yang sangat
luas. Menuju ke Tegal Arum dari ibu kota provinsi saja sudah lama, apalagi dari
stasi atau paroki yang lebih pelosok.
Seberapa cukup tempat di Tegal Arum dapat menampung ratusan peserta?
Bagaimana dengan tempat tinggal dan sarana MCK?
Kami tinggal menggunakan tenda, terutama peserta. Tiap paroki
membawa dan mendirikan tenda sesuai jumlah peserta yang dikirimnya. Sarana MCK
untuk kegiatan tahun ini, syukur pada Tuhan, baru saja dirampungkan 2 unit
sarana MCK untuk putra dan putri berkapasitas @ 40 orang sekali guna. Syukur
pula sumber air yang berdebit cukup besar sudah ditemukan sebulan sebelum acara
di mulai, sehingga kita tidak kekurangan air. Daerah Tegal Arum sebenarnya
dikenal dengan daerah yang pelit air, alias susah mencari air dalam jumlah
besar. Selain sarana MCK permanen, panitia juga membuat WC darurat sekitar 40
buah. Terbuat dari jumbleng dan karung plati, eksotis deh.
Panitia tinggal dimana?
Ada yang tinggal bersama-sama di bangunan TK yang dijadikan
sekretariat sekaligus barak penginapan. Ada yang di rumah peristirahatan, ada
pula yang tidur di aula gereja sedangkan untuk pembicara tidur di tempat
susteran. Sebagian besar panitia adalah mudika dan pendidik lokal yang tentu
aja ketika malam tinggal di rumahnya. Rumah mereka toh dekat dengan lokasi
perkemahan.
Wah seru juga yah.
Ya seru, Lai. Suasana semarak, puluhan tenda beraneka warna
dan besarnya berdiri di tiap sudut
lapangan. Ada yang dihias dengan bendera, gapura, patung, panggung
kecil, termasuk jemuran. Orang-orang muda berseliwreran kemari kesana ketika
acara bebas. Ada yang ngobrol, diskusi, berdoa dan macam-macam. Bayangkan dari
25 lokasi yang berbeda, tumplek dalam satu lokasi. Ada yang cepat akrab dengan
kontingen lain, ada yang masih malu-malu, ada yang maunya dengan teman satu
paroki saja. Itulah cermin kaum muda kita, Lai.
Ini soal yang serius, Nas. Bagaimana mereka semua diberi makan? Rasaku
tak mungkin seperti Yesus menggandakan roti dan ikan untuk mereka.
Justru karena kami bukan Yesus, maka kami bekerja keras
memberi mereka makan. Lai, ada 750-an peserta, panitia 150-an, jadi sekitar 900
orang yang perlu makan 3 kali sehari, untuk acara 3 hari jadi 9 kali total 900
kali 9 yaitu 8100 porsi. Belum termasuk snack 2 kali sehari. Cara kali ini juga
sama dengan acara sebelumnya. Panitia menyiapkan seksi konsumsi yang bertugas
memasak semua makanan tersebut.
Capek deh seksi konsumsi.
Kami dibantu penduduk setempat, terutama ibu dan bapaknya.
Mereka bergiliran memasak atas nama stasi dan paroki. Kami percayakan urusan
memasak pada panitia di Tegal Arum, mulai dari peralatan, pembelian bahan
mentah dan petugasnya. Urusan menu, mereka mengkonsultasikan dulu dengan
panitia besar. Memang petugas memasak bekerja keras. Mulai dari dini hari sudah
meracik sayur dan lauk untuk arapan dan makan siang. Pagi sampai siang
menyiapkan untuk makan malam dan untuk menu keesokan harinya.
Dimana acara masak-memasak itu? Saya bayangkan pasti membutuhkan tempat
yang cukup luas.
Kami mendirikan tenda, kalau tak keliru sekitar 16 tenda,
yaitu 8 untuk memasak dan 8 untuk menghidangkan. Kami buat berderet. Kebetulan
di seberang lapangan perkemahan ada tanah lapang memanjang di tepi kebun karet.
Di situlah kami dirikan tenda konsumsi. Bagian sebelah kiri untuk memasak lalu
setelah masak dipindah ke kanan. Peserta antri dan mengambil makanan di sana. Kami
menggunakan kayu bakar karena disana banyak sekali kayu bakar, disamping itu
jauh lebih hemat daripada menggunakan minyak tanah.
Suasana di Salah Satu Sudut Dapur Umum |
Bagaimana menyediakan piring , gelas dan sendok untuk manusia sebanyak
itu?
Tiap peserta kami wajibkan membawa piring, gelas dan sendok. Mereka
akan gunakan sendiri, termasuk urusan mencucinya. Sedangkan peralatan memasak
disediakan oleh panitia. Peralatan bagi panitia sudah disiapkan oleh panitia,
namun ada juga panitia yang membawa peralatan sendiri.
Bagaimana mengatur ratusan orang saat makan sehingga efektif.
Kami memberi peserta kupon makan yang menunjukkan dimana mereka
harus mengambil makan dan minum. Seluruh peserta kami bagi rata dalam 6 meja
saji. Waktu makan sekitar 2 jam, termasuk untuk mencuci, istirahat serta acara
bebas lainnya.
Mhhh mmm menarik juga. Sekarang Kita ngobrol hal lainnya, Nas. Masih
banyak yang ingin saya tanyakan. Mengenai yang teknis-teknis dari pertendaan,
keamanan, listrik, dan lain-lain. Lalu belum mengenai kegiatan-kegiatannya,
serta pasti menarik juga bagaimana proses menyiapkan itu semua. Saya lompat ke
konsep acara, ya Nas.
Silahkan, Lai, mau tanya apa saja. Acara tersebut sudah
berlangsung 5 tahun lalu, ya sekitar 6 tahun lebih jika dihitung dari
persiapannya jadi saya jawab semampu dan
seingat saya.
---------- b e r s a m b u n g ke bagian 3---------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar