Renstra Dekanat
Hari Minggu, 17 Oktober 2004 dibuka dengan renungan pagi lalu
sarapan. Setelah itu pukul 8 sampai 10 pagi ada kegiatan renstra dekanat, final
olahraga dan latihan koor misa penutupan.
Eh… ceritakan satu demi satu dong, Nas, terutama renstra dekanat.
Renstra Dekanat itu gini latar belakangnya. Kondisi geografis
tiap paroki mayoritas berjauhan, sehingga untuk koordinasi antar dekanat cukup
memakan energi. Misalnya di daerah Jambi untuk menuju paroki tetangga dari
Jambi ke Muara bungo diperlukan waktu sampai 3 jam lebih. Dari Curup ke
Bengkulu yang bertetangga perlu 2 jam dan sebagainya. Nah… di forum TAKM ini
hampir semua paroki ada, kami melihat ini momen yang pas supaya antar paaroki
dalam 1 dekanat dapat bertemu, berkoordinasi untuk merencanakan strategi
kegiatan bersama.
Ada arahan tertentu dari Komkep atau keuskupan?
Tidak ada, kami hanya memfasilitasi pertemuan, sedangkan
materi pertemuan dikelola oleh pengurus. Jadi senyampang mereka bertemu, sekaligus
berkoordinasi. Bahkan tidak menutup kemungkinan ada kerjasama dengan dekanat
lain.
Bagus juga konsep senyampang itu…. Namun kalau melihat jadwal yang
sangat padat, mengingat renstra itu penting, sementara juga ada final olahraga,
lalu latihan koor, apa semua berjalan lancar?
Itu juga salah satu kelemahan kami, kami pikir mudah
mengarahkan acara, namun lokasi yang berjauhan cukup merepotkan kami. Untung
renstra dan final olah raga tercapai, sedangkan latihan koor tidak diikuti
semua peserta. Mana sudah ada yang berkemas untuk pulang lagi.
Kenapa sudah ada yang berkemas? Khan acara belum selesai.
Supaya cepat, karena ada daerah-daerah tertentu kalau terlalu
sore pulangnya bisa tengah malam sampainya. Jadi tenda dan perangkatnya sudah
dikemasi sehingga setelah misa bisa langsung berangkat, eh pulang.
Setelah itu acara penutupannya misa yah…?
Ya, sebelum misa disampaikan pengumuman-pengumuman dan
pemberian hadiah bagi kontingen pemenang. Tak lupa arahan dari panitia maupun Komisi
Kepemudaan yang mewakili keuskupan.
Misa Penutupan TAKM 2004 bersama Uskup Agung Palembang |
Hadiah untuk apa saja, Nas?
Sepak bola, bola voli putra dan putri, tenda terbaik, pentas
seni terbaik dan akhirnya berdasarkan akumulasi tadi ditetapkan 3 kontingen
atau paroki tergiat selama TAKM. Ada kisah menarik ketika kami dari panitia
memberi sambutan akhir.
Apa itu…?
Cukup banyak peserta komplain ke panitia yang dinilai tidak
profesional dalam bekerja, setengahnya mencemooh dan protes.
Pasal apa?
Terutama outbound hari kedua yang dianggap kacau, lebih mirip
pasar malam. Memang kami akui itu, sehingga peserta menjadi tersiksa, terutama
kepanasan, soalnya banyak main di lapangan terbuka.
Lalu Kamu bilang apa Nas pada peserta?
Pertama kami minta maaf karena kekacauan itu. Tentang
dianggap tidak profesional kami juga minta maaf ke ratusan peserta itu, saya
sampaikan memang tidak ada sekolah yang membuat panitia menjadi profesional
maka segala proses tersebut supaya menjadi pelajaran bagi panitia. Sebagai
bentuk penyesalan, saya panggil semua panitia untuk berdiri berjajar di depan
peserta di tengah terik matahari, berjemur seperti yang dirasakan peserta saat
outbound hari kemarin.
Hmmm…. Nekat juga Kamu Nas.
Ndak apa-apa, Lai. Momen itulah yang membuat pembelajaran
bagi kami ketika membuat outbound, supaya lebih memperhitungkan banyak hal.
Pengalaman menunjukkan apa yang rapi tertulis di kertas perlu ditransfer
semaksimal mungkin pada para fasilitator serta peserta sehingga dapat terjadi
sesuai rencana.
Oke deh, nanti pada kesempatan lain Kamu cerita lebih detail yah.
Setelah acara penjemuran itu apa lagi?
Baru misa penutupan, dipimpin Monsinyur Aloysius Sudarso,
SCJ. Model ekaristinya ala kaum muda ketika bacaan, persembahan, maupun
lagu-lagunya. Khan sudah latihan. Meriah deh, Lai. Banyak pula umat stasi yang
ikut.
Bagaimana kepulangan peserta Nas, apa dikoordinir panitia?
Seperti saat berangkat, mereka pulang dengan koordinasi
paroki sendiri. Beberapa paroki berangkat dan pulang bersama. Alat angkutnya
pun macam-macam, ada yang sewa bus, mobil, truk, bahkan ada yang dipinjami bus
pemda. Yang naik sepeda motor juga ada.
Pulang pulang pulaaaannggg... |
Ini hal terakhir, Nas. Mengenai pembiayaan. Untuk acara sekaliber itu
pasti perlu dana besar. Bagaimana pemenuhannya?
Iuran peserta itu wajib, tidak besar, hanya cukup untuk
perhitungan makan mereka, kalau tidak salah 60 ribu per orang. Lalu iuran dewan
paroki, terutama paroki di kota. Ada juga iuran dari 3 dekanat. Subsidi dari
keuskupan tentu ada. Sisanya diupayakan dari sponsor dan donatur. Kebutuhan
terbesar adalah untuk makan. Namun Kami punya tradisi mengumpulkan sumbangan
berupa bahan makanan mentah dan bumbu dapur. Ada paroki, perusahaan, maupun
pihak lain yang menyumbang gula, minyak goreng, telur, beras, dan lain-lain.
Hal itu cukup meringankan pendanaan. Perlu diketaui, bahwa untuk datang ke
lokasi, diperlukan biaya transportasi yang lumayan banyak, bahkan ada yang
mencapai perhitungan 100 ribu per orang pergi-pulang. Kamu khan masih ingat
penjelasanku, Lai. Banyak paroki yang jauh dari lokasi, dan memerlukan
berjam-jam untuk mencapainya.
Peta Kerja Panitia
Kayaknya cukup deh Nas, tentang operasional TAKM 2004. Menarik, dengan
konsep yang macam-macam, walau tidak semua berjalan mulus. Sungguh suatu kerja
keras. Saya ingat waktu itu suasana begitu ramai dan meriah. Untuk mengakhiri
sesi ini, tolong sekali lagi petakan jadwalnya, dong Nas.
Gini, Lai gambarannya.
14 bulan sebelum Temu Akbar berlangsung diadakan kesepakatan
dengan tuan rumah sebagai lokasi penyelenggaraan. Setelah itu baru dibentuk
panitia. 11 bulan sebelumnya diadakan sosialisasi konsep dan teknis acara ke
seluruh pendamping kaum muda dan pastor paroki, sekaligus pencanangan Road To
Tegal Arum/RTA.
1 bulan sebelumnya diadakan koordinasi persiapan pelaksanaan
dengan perwakilan seluruh paroki. Saat itu juga diumumkan berbagai pemenang
lomba RTA. Dalam jangka 4 bulan terakhir diadakan belasan kali rapat, baik yang
bersifat tiap bidang, maupun 3 kali pleno, serta sekali koordinasi dengan dewan
pendamping.
Oke, sip. Kayaknya sudah terpuaskan aku dengan peristiwa sekian tahun lalu,
Nas. Kalo ada apa-apa yang masih terlupa boleh khan aku hubungi kamu lagi.
Oooo boleh dong, Lai. Ternyata malaikat bisa lupa juga yah.
Ha ha ha….
Hus…sudahlah. Kini aku ingin tahu peristiwa 4 tahun setelah itu, karena
ditempat yang sama aku juga melihat keributan yang sama. Pasti kerjaan kamu dan
kawan-kawan, khan Nas.
Benar, Lai.
serius mengatur di ruang sekretariat |
kerja bareng |
istirahat |
-------berlanjut
ke TAKM 2008, Mau? ------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar