Malaikat Penasaran
Wushhhh.... Seorang malaikat
sedang melayang terbang melakukan patroli rutin pada tanggal 14–17 Oktober
2004. Jatah dia saat itu adalah daerah jalur Baturaja–Martapura, Sumatera
Selatan. Sampailah patrolinya di suatu lokasi di tengah perkebunan karet di
Tegal Arum, dia melihat puluhan tenda dan kerumunan besar anak muda sedang
melakukan sesuatu. Penasaran, semalaikat itu turun dan mengamati, “Apa pula
yang dilakukan orang-orang muda yang mencapai ratusan jumlahnya itu di tengah
kebun?” pikir malaikat heran.
Melesatlah dia
turun dari angkasa mendekati lokasi yang mencurigakan itu. Makin jelas
sekarang, tampak tenda-tenda perkemahan beraneka warna, lapangan, panggung,
gereja, aula dan tentu saja orang-orang yang lalu lalang diantaranya. Terlihat
satu baliho besar berukuran 3,66 × 4,88 meter di tempat yang paling mencolok yaitu di samping panggung, dekat pintu utama. Dia melihat tulisan “TEMU AKBAR KAUM MUDA Keuskupan Agung Palembang.
Tegal Arum, 14–17 Oktober 2004” bagian tengah ada gambar semacam orang bangun
tidur berwarna hijau berlatar biru muda, lucu. Lalu di bagian bawah ada tulisan
“Hai Kaum Muda, BangKitlah, Katakan Damai bagi Dunia!”
Di dekat baliho ada sederetan tenda yang tampaknya digunakan untuk pameran. Bermacam karya dipamerkan di situ yaitu kaos, topeng, komputer, jamu dan kerajinan tangan. Berseberangan dengan baliho ada deretan tenda yang berisi ibu-ibu sedang memasak puluhan jumlahnya. Asap mengepul dari beberapa tempat, diiringi bau sedap bumbu yang direbus atau digoreng, menggugah selera. Sebuah tenda berpanggung ada di tempat sentral menghadap lapangan dan tenda-tenda kemah.
Di dekat baliho ada sederetan tenda yang tampaknya digunakan untuk pameran. Bermacam karya dipamerkan di situ yaitu kaos, topeng, komputer, jamu dan kerajinan tangan. Berseberangan dengan baliho ada deretan tenda yang berisi ibu-ibu sedang memasak puluhan jumlahnya. Asap mengepul dari beberapa tempat, diiringi bau sedap bumbu yang direbus atau digoreng, menggugah selera. Sebuah tenda berpanggung ada di tempat sentral menghadap lapangan dan tenda-tenda kemah.
Serunya bangun tenda bareng-bareng |
“Bah, apa pula
ini?” malaikat penasaran terhadap lokasi ini. Saat patroli seminggu yang lalu
suasana di lokasi ini jauh berbeda, lengang sepi tanpa aktivitas mencolok
selain kehidupan warga kampung. Namun malaikat tidak punya banyak waktu untuk
menyelidik, dia
musti melanjutkan patroli, disimpannya banyak pertanyaan untuk diselidiki
kemudian. Dia lalu melesat lagi terbang melanjutkan patroli. Setahun, dua
tahun, tiga tahun kemudian, malaikat yang sama berpatroli di atas lokasi yang
sama, setengah berharap menemui hal yang sama sehingga bisa menuntaskan rasa
penasarannya. Berselang 3 tahun hasil nihil, di lokasi tersebut lengang, tanpa perubahan.
Tahun berikutnya
tepatnya pada 3–6 Juli Tahun 2008 sang malaikat kembali mendapat jatah
berpatroli di rute yang sama, kali ini TOPnya (tahun orientasi pengawasan) yang
terakhir di Sumatera bagian Selatan. Dia tak banyak berharap menemukan perubahan
seperti 4 tahun lalu, namun apa yang terjadi rupanya dapat menggugah rasa
penasarannya. Suasana di tempat itu ramai, seperti 4 tahun lalu. Dari angkasa
terlihat puluhan tenda kecil, bahkan kini ada 4 tenda tentara besar, mirip
barak didirikan. Segera melaikat melesat turun dan berputar-putar di lokasi
yang penuh dengan ratusan anak muda sedang hilir mudik, sebagian sedang makan.
“Oooo pantas, sekarang jam makan siang” pikir malaikat maklum.
Belum sempat dia
menyamperi salah satu dari ratusan anak muda untuk bertanya, tiba-tiba tanda
aura di kepalanya berputar, tanda ada hal yang perlu segera mendapat perhatian
di tempat lain. “Wah…. Ada panggilan darurat, siapa gerangan yang perlu
ditolong kali ini? Jauh dari tempat ini rupanya.” Makin cepat aura berputar, berarti sumber
masalah makin dekat, namun kini perputaran di sekitar kepalanya pelan, berarti
sumber yang perlu ditolong masih jauh. “Moga-moga nanti aku masih sempat ke
sini lagi, penasaran deh ada apa sih ini, di desa tengah kebun karet ada
keramaian semacam ini. Pake musik-musik segala.” Ada-ada saja orang muda jaman
sekarang. Dengan rasa penasaran malaikat melesat ke angkasa mencari sumber
bahaya yang perlu diselesaikannya.
Pertemuan dengan Atnasus
Tahun 2009 malaikat
pindah tugas ke daerah Somalia, mengawasi manusia dan mencatat tingkah lakunya.
Korekan informasi dari sesama malaikat kolega yang mengawasi Sumbagsel membawa hasil negatif. Tak ada
kegiatan yang menghebohkan di Tegal Arum. Namun teman sang malaikat itu memberi
sebuah nama yang bisa dikontak untuk memuaskan rasa penasaran koleganya itu. Pada satu
kesempatan di akhir tahun 2009, malaikat penasaran itu ijin pada bosnya untuk
mencari nama yang sudah digenggamnya. Ijin turun dengan catatan, sang malaikat
harus mencatat apapun hasilnya untuk bisa disebarkan pada umat manusia, siapa
tahu memberi inspirasi. Inspirasi tentang hal-hal yang baik secara tidak
langsung akan mendukung manusia dalam berhidup dengan hikmat dan sesuai kemauan
penciptanya.
Singkat cerita ketemulah malaikat dengan dengan “Atnasus” seorang
manusia yang mudah-mudahan dapat menjawab kepenasarannya selama ini. Walau
bertugas di Somalia, malaikat ternyata masih menyimpan penasaran. Beberapa kali malaikat
bertemu Atnasus untuk menghabiskan rasa penasarannya pada kegiatan di Tegal
Arum itu. Semua hasil perbincangan dicatatnya karena dia harus melaporkan pada bos malaikat.
Atnasus, hai, apa
kabar?
Sehat kabarku, siapa Anda?
Saya malaikat.
Ada gerangan apa, tumben menampakkan diri. Ajalku sudah dekat
ya…..
Hus sembarangan, itu urusan penciptamu, bukan kewenanganku.
He he he…. atau tunggu tahun 2012 yha.
Eh… jangan pancing-pancing saya, yha… Nas. Kamu kupanggil Nas saja
yach….
Lalu Kamu kupanggil apa, malaikat?
Terserah
Baiklah Terserah, ada apa?
Hus, maksud saya terserah, Kamu boleh panggil aku apa saja, terserah…
itu maksudnya.
Oooo… ngobrol dong, Lai.
Lai… apa pula itu, Lai…
Ya, aku panggil Kamu Lai, Kamu khan malaikat, bagus kalau
dipanggil Lai….
Eh, keren juga ya….daripada dulu ada yang manggil saya Ikat… terdengar
norak.
He he he…
Hai Cah Enom, Poda Tangio, Omongne Damai Kanggo nDonyo! ekspresi kreativitas peserta TAKM 2004, Sip. |
---------- b e r s a m b u n g ke bagian 2----------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar