Minggu, 01 Maret 2015

Ketua RT, Lurah, dan Camat juga terlibat TAKM 2008 _1/3


Ketua RT sampai Camat Ikut Rekoleksi Akbar

Cerita dong, tentang hal itu.
Panjang ceritanya, tapi, kuperlihatkan saja proposal kegiatannya, Lai, nih, bisa dilihat di  Proposal TAKM 2008
Lalu Lai membaca salinan proposal TAKM 2008, setelah itu seperti biasa, menyimpan di sayapnya.
Hmmmm….
 Apo ham hem ham hem, Lai?


Suasana di tenda utama
Menarik, tampaknya agak berbeda dengan konsep TAKM 2004. Kalau mau dituruti sekarang, banyak deh pertanyaan yang akan kuajukan, namun gini saja supaya enak ceritanya, Langsung saja deh, Nas apa saja yang sama, apa saja yang beda antara kegiatan TAKM 2004 dan 2008.
Gini saja, Lai, supaya lebih jelas, baik jika kubuatkan tabel perbedaannya secara prinsip, nih.

TAKM 2004
perihal
TAKM 2008
Cenderung pada pelatihan, materi kerohanian, dan pengayaan wawasan, serta ajang kompetisi antar kontingen.
konsep pertemuan
Rekoleksi akbar dengan alur materi yang mengalir antar RT, kelurahan dan kecamatan. Maksimalisasi pembauran antar kontingen.
Panitia dan peserta dengan pemisahan yang jelas.
pemeranan peserta dan panitia saat pelaksanaan
Panitia, peserta, dan pendamping berbaur dalam konsep Camat, Lurah, Ketua RT (Rukun Tenda) dan Kepala Tenda.
·   Komkep sebagai panita dengan seluruh seksi yang langsung dikoordinirnya.
·   Tak banyak melibatkan lembaga di luar Komkep.
kepanitiaan
·  Komkep sebagai panitia inti, sedangkan pelaksanaan tiap kegiatan dipercayakan pada komisi/kelompok kategorial lain.
·  Lebih banyak pihak (yang kompeten) yang terlibat.
·   Ada pembatasan jumlah peserta tiap paroki, diatur melalui kuota. Ada jenis kesertaan lain sesuai aturan kuota.
·   Persiapan rekrutmen rumit.
rekrutmen peserta
·  Tak ada pembatasan, terserah tiap paroki mau kirim berapa orang.
·  Persiapan rekrutmen sederhana.
Bertenda sesuai asal paroki. Ada 2 camp besar.
pola pemukiman peserta
Bertenda, namun dioplos. Satu tenda diisi peserta dari berbagai paroki. Terdapat 4 kelurahan yang masing-masing terdiri dari  5 RT (Rukun Tenda). Tiap RT terdiri dari 4 atau 5 tenda.
Selain hal-hal tersebut, berarti secara prinsip sama, Lai.
Hmmm sebentar-sebentar, Nas. Kita mulai dari konsep pertemuannya. Apa pula maksud Rekoleksi Akbar.
Gini maksudnya, Lai. Kita memang sosialisasikan pada calon peserta bahwa format acara TAKM adalah rekoleksi akbar. Jadi peserta mengikuti kegiatan ini dengan mindset bahwa dia mengikuti suatu rekoleksi. Rekoleksi bersama ratusan orang muda lain. Namanya rekoleksi, maka sudah galib bahwa aspek kerohanian banyak digeluti selama proses.

Katekese di hutan karet? kenapa tidak? lauuu.....
 
Kok, nekad, ya, memformatkan sebagai rekoleksi, padahal pada banyak kasus, orang muda agak alergi terhadap kegiatan yang berbau kerohanian seperti rekoleksi misalnya.
Iya, nggak apa-apa, berani saja dong, orang muda kok penakut. Namun hal tersebut dilandasi dasar yang kuat, Lai. Ditengarai kehidupan keimanan OMK yang lagi penuh goncangan, maka pendekatan rohani menjadi sesuatu yang wajib disasarkan padanya. Oh yha… ada cerita dari Monsinyur Sudarso ketika beliau bertemu para uskup lainnya. Ada lho uskup yang heran, “Di daerah lain, untuk mengumpulkan ratusan orang muda, sampai perlu mendatangkan artis, namun di Palembang, kok bisa yha mengumpulkan ratusan orang dalam suatu kegiatan rekoleksi.”
Jangan-jangan rekoleksi akbar itu hanya jargon, Nas? Coba apa buktinya bahwa TAKM 2008 itu bisa disebut suatu rekoleks? Jangan bilang karena ada misa atau renungan harian, itu sih sudah biasa dimana-mana. Hayo…. Jangan sembarangan, kamu.
Lai, sebaiknya Kau cermati sekalian konsep pemeranan peserta dan fasilitator dalam kegiatan ini. Mudah-mudahan bisa memberi gambaran lebih komplit. Gini, tiap orang yang terlibat, selain panitia teknis dan pemateri tentunya, dia pasti berperan dalam kerangka yang jelas seperti ini.

Warga
Adalah peserta kegiatan TAKM 08 yang dengan kesadaran diri memilih akan mengikuti seluruh rangkaian acara yang sudah disusun secara bertanggung jawab, demi pengembangan pribadi, gereja dan bangsa.


Kepala Tenda
1 orang yang dipilih oleh warga tenda, berperan sebagai koordinator teman-teman setenda dalam melaksanakan seluruh proses TAKM.

Inilah rumah, eh, tenda kami, mana tendamu, kawan?


Ketua Rukun Tenda/RT
mengoordinir beberapa tenda dalam satu RT dengan peran:
1.     Mengoordinir proses pemukiman di tenda-tenda supaya berlangsung efektif, misal tata cara makan dan cuci piring, pengamanan tenda, permandian, dan lain-lain.
2.     Mengoordinir pengumpulan warga untuk memulai kegiatan di tingkat RT secara tepat waktu.
3.     Menjadi perantara/penghubung antara peserta/tenda dengan kelurahan.
4.     Bersama-sama dengan pendamping rohani (Fokar) memotivasi tiap peserta di RT-nya supaya dapat mengikuti semua kegiatan secara maksimal
5.     Mengoordinir  lalu mengumpulkan evaluasi harian (tertulis) tiap tenda.
6.    Membuat evaluasi proses harian (tertulis) di tingkat RT.


Lurah
mengoordinir beberapa RTdalam satu kelurahan, dengan peran:
1.     Mengoordinir proses pemukiman di tiap RT pada kelurahannya sehingga tertib.
2.     Mengoordinir pengumpulan warganya untuk memulai kegiatan di tingkat kelurahan secara tepat waktu.
3.     Menjadi perantara/ penghubung antara ketua RT dengan camat.
4.     Mengoordinir  lalu mengumpulkan evaluasi harian (tertulis) tiap RT.
5.    Membuat evaluasi proses harian (tertulis) di tingkat kelurahan.

Pendamping Rohani
(FOKAR/Forum Komunikasi Antar Religius) mendampingi tiap 1 RT, dengan peran:
1.     Secara umum melakukan pendampingan rohani terhadap warga di RT-nya sehingga dapat menghayati tiap materi/ kegiatan yang dijalani secara penuh.
2.     Secara khusus memfasilitasi/ memandu kegiatan renungan/doa/misa di tingkat tenda atau RT.
3.    Membuat evaluasi proses harian (tertulis).


Konselor
merupakan orang dimana warga bisa mengungkapkan dan berbagi pengalaman, persoalan serta menemukan peneguhan atau solusinya. Tim konseling terdiri dari pastor, suster, dokter dan awam yang mencakup bidang ajaran iman, moral Katolik, kesehatan, sosial-ekonomi dan psikologi. Konseling dapat dilakukan pribadi maupun kelompok (tenda, RT) dengan terlebih dahulu mendaftarkan ke sekretariat panitia.


Camat
mengoordinir 4 kelurahan dalam 1 kecamatan, dengan peran:
1.     Bertanggung jawab terhadap kelancaran proses TAKM.
2.     Dengan pertimbangan hasil evaluasi tiap ketua RT dan lurah, bisa melakukan modifikasi tata cara kegiatan dengan persetujuan Ketua SC jika menyangkut materi, dan harus disetujui ketua OC jika menyangkut hal teknis/ operasional.
3.     Mengoordinir  lalu mengumpulkan evaluasi tiap lurah.
4.    Membuat evaluasi proses harian (tertulis) di tingkat kecamatan.


Maksudmu, karena ada pendamping rohani, maka kamu bilang TAKM 2008 bisa disebut rekoleksi akbar?
Lebih kurang begitulah, Lai. Jangan sembarangan lho, tiap RT didampingi 2 orang rohaniwan/rohaniwati dalam seluruh proses. Kalau tidak dua suster, yha suster dengan frater.
Lho…. di mana romonya, apa nggak pada ikut?
Para romo dan beberapa pendamping yang berpengalaman masuk dalam tim materi. Mereka masuk dalam tiap kegiatan RT, ingat ada 20 RT saat itu. Perannya menyampaikan tiap materi dalam lingkup RT. Para romo juga menyediakan diri ketika malam pada acara ibadat tobat dan pengakuan dosa.
Hah… ada pengakuan dosa?
Iya Lai, pada malam pertama. Kita konsekuen dengan format rekoleksi, sehingga semua peserta difasilitasi untuk ibadat tobat dan pengakuan dosa. Ada belasan romo yang malam itu bertugas. Pokoknya semua romo ditempatkan dalam gereja/tenda-tenda tertentu untuk menerima pengakuan dosa.
Pengakuan dosa di salah satu tenda Kelurahan

Menarik juga ide itu, Nas.
Bukan ide lagi, Lai, hal itu memang sudah terjadi. Nhah kembali ke urusan pendamping rohani. Para suster dan frater yang jumlahnya puluhan itu disebar dalam 20 RT. Mereka secara prinsip menjadi pendamping spiritual peserta, sekaligus sebagai ajang pekan panggilan. Jika TAKM 2004 metode panggilan dengan mendirikan stand dan pameran karya konggregasi. TAKM 2008 dirubah konsepnya. Mereka terjun, terlibat langsung dalam keseharian peserta. Harapannya sih ketika peserta selama 3 hari dengan lebih dekat suster, frater, atau romo, bisa menumbuhkan benih panggilan secara alami dan langsung.
Sip deh, kini tentang konselor, gimana teknis pelaksanaannya? Sukses?
Kita buka 3 tema konseling: Kerohanian/Keimanan, Keluarga/Psikologi/Pergaulan Remaja, dan Sosial Ekonomi. Rencananya ada satu lagi tentang kepemimpinan, tapi tak tertangani
Siapa konselornya?
Konselor sudah kita pilih paling sip di keuskupan, anggota Komisi Kerasulan Awam, Komisi Keluarga, dan dari Bimas Katolik Departemen Agama.
Dimana konseling diadakan, ramai?
Itulah sayangnya, Lai. Sosialisasi tentang hal ini masih kurang sehingga hanya beberapa peserta saja yang memanfaatkannya. Tempatnya di salah satu ruang sekretariat. Aku juga sadar, kurang maksimal kami mengelola itu, padahal sebenarnya itu hal yang mungkin dibutuhkan untuk banyak peserta, terlebih yang sedang mengalami suatu dilema/masalah dalam hidupnya. Kesannya acara konseling hanya tempelan atau sisipan dari acara pokok di TAKM, sehingga persiapan kurang. Sayang memang Lai.
Kalo gitu lain kali dipersiapkan lebih bagus, yach Nas. Kini ada pertanyaan yang sangat penting Nas, tentang seberapa jauh konsep camat sampai kepala tenda itu terlaksana dalam TAKM 2008. Teorinya sih bagus, semoga pelaksanaannya juga begitu, ayo jawab, Nas.
Sabar,Lai. Pasti kamu gemes karena membandingkan TAKM 2008 dengan 2004 yang cukup berantakan disini-sana.
Tau saja, Kau, Lai. Hehehe…
Aplikasi konsep perangkat pemukiman ada dalam 2 aspek. Pertama, ketika penyampaian materi, kedua, dalam teknis pengaturan pemukiman. Dua-duanya jalan dengan relatif baik, lai. Jangan khawatir.
Relatif? Berarti ada yang nggak jalan? Gimana sih kamu Nas.
Denger dulu ceritaku, Lai, kok langsung “hajar”, malaikat kok nggak sabaran.
Eh…
---------- b e r s a m b u n g  ke TAKM 2008 bagian II ---------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar