Senin, 02 Maret 2015

Debat Iman KYD 2012 _11/17



Debat Mempertanggungjawabkan Iman Katolik

Asyik lho. Debat “Mempertanggungjawabkan Iman Katolik” akan menguji tiap tim dalam memandang, menganalisa, mengomentari, dan memberi pandangan pada suatu hal yang berpotensi mendapat tanggapan pro dan kontra, ditunjang pendasaran yang tepat berdasarkan nilai-nilai iman Katolik.
Oh gitu ya, sistemnya?
Peserta atas nama distrik yang mengirim 1 tim debat yang terdiri dari 3 orang

  • Kedua tim bersuit lebih dahulu, yang menang boleh memilih: mau memilih pihak (pro atau kontra) atau memilih main lebih dahulu. Jika memilih “pihak” (misalnya pihak yang pro) maka lawannya (yang kontra) boleh memulai perdebatan lebih dulu. Jika memilih “main” lebih dulu, maka pihak lawan yang menentukan mereka ada di pihak yang pro atau kontra.
  • Debat akan dipimpin oleh seorang moderator yang bertugas mengendalikan situasi dan kondisi dalam perdebatan.
  • Sesi pertama diisi dengan 3 kali perdebatan bergantian, dengan tiap tim peserta diberikan waktu maksimal 120 detik.
  • Sesi kedua akan diisi dengan 3 kali perdebatan secara bergantian, dengan tiap tim peserta diberikan waktu maksimal 120 detik.
  •  Sesi ketiga, tiap tim diberi 1 kali kesempatan untuk menyampaikan pernyataan akhir (kesimpulan) selama maksimal 120 detik. (final 5 menit)
  • Setiap sesi (jika diperlukan) dewan juri dapat memberikan komentar/masukan kepada setiap tim.
  • Setelah sesi ketiga, tiap juri memberi komentar, penilaian, dan pencerahan terhadap proses dan konten perdebatan.
  • Debat akan dinilai oleh 3 (tiga) juri yang akan memberikan komentar, masukan dan penilaian (pengurangan dan penambahan) terhadap kedua tim peserta.
  • Juri dan moderator berhak memberikan penambahan dan pengurangan penilaian terhadap tim peserta.
  • Penonton yang dapat menyebabkan keributan atau kegaduhan dalam bentuk apapun dapat dikeluarkan dari ruang perdebatan.
  • Pengumuman lomba disampaikan menjelang pengumuman pemenang di akhir proses KYD 2012.

Sudah berusaha keras aku memahami apa maksud kalian itu, Nas. Kini apa sih kriteria penialain dalam gladi debat itu?
Kriteria Penilaiannya simpel, Lai.
No.
Aspek yang dinilai
Persentase/ bobot nilai
1.
Kemampuan menyajikan argumen sekaligus menanggapi argumen lawan dengan data/rujukan/referensi yang relevan dan valid
50%
2.
Teknik berbicara dan pemeratan kesempatan berdebat/berbicara pada semua anggota tim
25%
3.
Manajemen pemanfaatan waktu sesuai kesempatan yang disediakan
25%

Ada aturan mainnya?
Ada dong, gini:
  • Dalam menyampaikan argumen peserta WAJIB berdiri di belakang meja masing-masing.
  • Peserta harus menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berargumen.
  • Dalam berdebat tim peserta diperkenankan membawa referensi sebagai data penunjang dalam menyampaikan argumen.
  • Setiap peserta WAJIB mematikan handphone.
  • Peserta tidak diperkenankan atau tidak diperbolehkan mendapatkan bantuan dalam bentuk apapun dari penonton atau peserta lainnya. Peserta juga dilarang memaki, membentak, berbicara kasar dan kotor (termasuk SARA), juga memukul meja baik terhadap juri, moderator atau peserta lainnya. Peserta juga tidak diperbolehkan melakukan gesture tubuh yang bersifat menghina dan/atau memancing emosi peserta lainnya. Peserta dilarang memotong pembicaraan peserta lainnya ketika sedang memaparkan argumennya.
  • Tim Peserta yang anggotanya melakukan aksi walk out dinyatakan kalah.
Sip sip. Trus, gimana kalian memberitahu peserta akan waktu yang sudah tergunakan untuk berbicara?
Kami pake LCD proyektor yang menayangkan detik demi detik waktu yang dialokasikan pada tiap tim untuk berbicara. Kalo waktu tinggal 1 menit lagi otomatis alarm di laptop akan berbunyi, juga jika waktu tinggal 10 detik, akan ada hitungan mundur sampai waktu selesai.

 
Suasana Debat Mempertanggungjawabkan Iman Katolik

Papan skema Debat Iman menjelang  babak Semifinal




 Ooo... oke-oke, nah, kalo ada peserta yang misalnya nggak memanfaatkan waktu 120 untuk ngomong gimana itu, apa bisa ditambahkan ke sesi berikutnya?
Kalo itu yang terjadi, ya hangus. Misalnya dia hanya ngomong selama 44 detik dari waktu yang disediakan 120 detik, sisanya ya hangus. Trus, boleh juga lho, dalam 120 detik itu peserta dari 1 tim gantian ngomong.  Kini kuteruskan tentang penilaiannya ya.
  • Penilaian menggunakan nilai 10 untuk paling rendah dan 100 untuk paling tinggi (10, 20, 30, … 100)
  • Penambahan dan pengurangan penilaian diberi nilai 5
  • Tim yang mendapat akumulasi jumlah tertinggi dinyatakan sebagai pemenang.
  • Nilai yang didapat oleh tim peserta bersifat mutlak dan merupakan hasil keputusan dewan juri.
Sip-sip sudah paham aku tentang teknisnya, kini yang juga penting itu soal debatnya seperti apa sih. Suwer aku penasaran nih. Mendengar aturannya yang njelimet, pasti soalnya seru nih.
Hmmmm... dikasih tahu nggak ya?
Eh... malah ngeledek, ayo cepetan sebutkan saja gimana kalian bikin soal yang berpotensi didebatkan itu.
Hahaha... penasaran ni yeee.... Tapi soalnya panjang tuh, gimana, masih mau tau?
Ya iya lah, masa ya iya dong. Sekalian deh, cerita gimana kalian memproses soal debat itu dari awal sampai akhir didebatkan.
Okelah. Gini, Pertama-tama, kami sebagai panitia berdiskusi dengan Komisi Liturgi, Katekese dan Kitab Suci Keuskupan Agung Palembang untuk mendapat gambaran hal-hal apa saja yang berpotensi diperdebatkan, terkait pertanggungjawaban iman Katolik. Nah, pada saat itu didapatlah sekitar 20 poin calon soal debat. Dari 20-an persoalan itu, kami pilah lagi menjadi 10 yang memang relevan dengan kondisi OMK Kapal.
Oke, disaring lagi.
Setelah itu satu persatu calon soal dalam 3 hari sekali kami unggah ke Facebook Komkep Keuskupan Agung Palembang.
Maksudnya apa dan yang memberi respon ada?
Maksudnya untuk pengenalan saja, sekaligus pemanasan. Kalo yang memberi respon ada dong, bahkan langsung terjadi perdebatan di dunia maya antara yang pro dan kontra terhadap suatu tindakan/pendapat dalam kasus tersebut.
Oke deh, lalu setelah diposting di facebook gimana? Orang jadi tahu dong soalnya apa saja?
Kalo mereka tahu emang kenapa? Memang konsepnya supaya calon peserta tahu lebih dahulu, Lai. Justru kalau mereka tahu, bisa memersiapkan materi-materi debat dengan mantap tentunya.
Wah, jadi penasaran nih seperti apa sih soalnya, minta dong
Nih, salah limanya bisa lihat di
5. EKM

Lalu malaikat asyik membaca lampiran itu sementara Atnasus kembali menyeruput kopi dan makanan yang tadi dengan ajaib telah disiapkan malaikat. Malam itu angin semilir sesekali menghampiri teras rumah membuat dedaunan mengangguk-angguk teratur di dahannya. Usai membaca lampiran Malaikat kembali meneror Atnasus dengan kepenasaranannya.
Wah, asyik sekali tuh soal-soalnya.
Yang mbaca sekarang sih asyik, tapi untuk membuat seperti itu perlu perjuangan, Lai.
Maksudnya gimana itu?
Maksudnya, soal debat itu khan kita buat supaya pihak yang setuju maupun yang tidak setuju sama-sama mempunyai argumen yang kuat, bukan malah condong pada satu pihak saja. Misalnya soalnya gini “Orang yang datang terlambat karena menolong orang kecelakaan, dan mulai mengikuti perayaan ekaristi saat persiapan persembahan, bolehkah menyambut komuni?“ nah pihak pertama “Boleh” dan pihak lawan “Tidak boleh” Kalo soalnya dan pilihannya begitu, tentu pihak yang “Boleh” bisa dipastikan kalah, seberapa jago dia berdebat, mulai dari bahasa Indonesia sampai bahasa tarzan; karena apa? Karena memang hukum gereja menyebutkan “TIDAK BOLEH”.
Gitu maksudnya, Lai. Kita harus jeli membuat ilustrasi soal supaya baik pihak yang pro maupun kontra punya peluang seimbang untuk memenangkan perdebatan. Tinggal tergantung bagaimana mereka menyampaikan argumen-argumen dengan dasar-dasar yang tepat dan relevan.
Ooooo paham sekarang aku Nas. Nah, pertanyaan yang paling penting nih tentang debat. Begitu debat selesai, bagaimana kalian memahamkan peserta dan penonton akan jawaban benar dari pokok perdebatan itu? Jangan-jangan peserta masih berdebat walau sesi lomba debat sudah usai.
Itu sudah kami pikirkan juga, Lai. Prinsip kami membuat berbagai gladi rohani ini adalah mengedukasi OMK, baik sebagai peserta lomba maupun penonton akan pengetahuan dan pemahaman iman katolik. Lepas dari pihak mana yang memenangkan perdebatan, dewan juri akan menjelaskan pandangan Gereja Katolik dalam konteks tiap perdebatan.
Wah, asik sekali ide kalian itu. Jadi baik peserta debat maupun yang nonton akan mendapat pencerahan terhadap kasus yang didebatkan tadi.
Benar sekali, Lai.
Nah, sekarang tinggal satu gladi rohani lagi yang belum kamu jelaskan, apa itu?
Hmmm... dijelaskan nggak ya? He he he....
Ayolah, Nas, plis deh.
-------- berlanjut ke edisi 12/17--------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar