Kamis, 17 Mei 2012

2. Menghadiri Resepsi


2. Menghadiri Resepsi

Salah seorang sepupu Anda yang awalnya beragama Katolik berpindah ke agama lain karena akan menikah di kantor catatan sipil. Anggota keluarganya, Bapak, Ibu serta saudara-saudara kandungnya sebenarnya tidak ada yang mendukung hal tersebut. Berbagai masukan dan nasihat yang diberikan tampaknya tidak bisa merubah kehendak sepupu anda tadi, sampai akhirnya dia “nekat” berbuat seperti itu. Dia berpendapat bahwa orang membina hidup berkeluarga pertama-tama dilandasi oleh rasa saling mencintai. Ketika mengadakan resepsi pernikahan, dia mengundang seluruh saudaranya, termasuk juga anda. Nah, di daerah tempat tinggal Anda ada kebiasaan agak antik; jika seorang Katolik pindah agama karena urusan menikah, maka dia tidak layak didukung, termasuk untuk menghadiri resepsi pernikahannya. Menghadiri resepsi pernikahan yang bersangkutan dianggap sama saja memberi persetujuan dan doa restu akan kepindahan agama dia. Sebagai seorang saudara yang juga diundang menghadiri resepsi, anda tentu harus menentukan sikap.

(salah satu ilustrasi yang melatarbelakangi konteks soal Debat “Mempertanggungjawabkan Iman Katolik” KYD 2012)

Silahkan teman-teman menanggapinya.

Omk St Maria Tirtonadi Syaloomm. Kalau menurut saya sih kalo memang ada peraturan bahwa menghadiri berarti dianggap memberi persetujuan, saya tetap akan hadir. Bagaimanapun juga dia merupakan keluarga meskipun sudah pindah agama, soalnya hubungan keluarga itu tidak dapat diputuskan. Pindah agama meskipun sudah diberikan nasihat, itu berarti sudah menjadi keputusannya, yang pasti sudah dipikirkan dan siap diterima segala resikonya sehingga dia berani memutuskan seperti itu. Tinggal kitanya saja bagaimana menjelaskan kepada keluarga dan kita harus menggambil pelajaran dan contoh untuk tidak berbuat hal yang sama dan tetap memegang teguh iman kita sampai kapanpun. :)

Katarina Clara Ottsu Yah kalo sepupu dekat mungkin saya tetap datang karena menghormati & ikut bahagia dalam pernikahannya tapi dengan tetap berharap suatu saat dia kembali kepada gereja Katolik kembali bukan hanya dia tapi membawa pasangannya turut serta masuk ke gereja Katolik. Anggaplah dia seperti anak yang hilang & suatu saat sadar, bertobat sehingga Bapa menerima anak yang hilang tersebut.

Christophorus Adi Toruan Kalau saya diundang, maka saya akan memakai pakaian yang terbaik dan terbagus, mengajak seluruh keluarga saya untuk datang ke resepsi tersebut dan menikmati hidangan di resepsi tersebut. Tak lupa juga saya akan memberi kan amplop layaknya kita pergi ke resepsi pernikahan dan berfoto bersama. Melakukan hal tersebut tidak akan mempengaruhi jati diri iman saya dan keluarga saya seutuhnya. Tidak ada satu pun statement baik itu de facto maupun de jure yang bisa mempengaruhi iman seseorang jika unsur penilaiannya adalah "menghadiri resepsi pernikahan yang pengantinnya pindah agama".

Katarina Clara Ottsu Pastinya bukan hanya nasehat saja yang diperlukannya namun doa yang tulus agar dia bisa kembali kepada gereja karena dengan doa dapat merubah segala. Tetap percaya Tuhan selalu buka jalan bagi orang-orang yang percaya.

Christophorus Adi Toruan Pada dasarnya semua agama itu baik karena 1. menyembah Tuhan, 2. diakui di Indonesia (secara khusus) dan di dunia (secara umum), 3. mengajarkan perbuatan-perbuatan kasih dan amal baik. Kalau ada peraturan atau norma atau apapun itu (seperti kasus di atas) sangat disayangkan kalau itu bisa mempengaruhi iman seseorang, apalagi di jaman sekarang ini yang sedang musim-musimnya BB, IPAD, NOTEBOOK, PS3, XBOX3, sangat disayangkan sekali.

Yusuf Yusufnundimangngori Bagi saya jika kta telah mberikan masukan yang baik (tetap dalam iman katolik) tetapi dia tetap nekat pindah dan dia mempunyai tujuan membangun keluarga atas dasar cinta, saya kira tidaklah terlalu keliru. Dengan demikian saya akan menghadiri resepsi pernikahannya. Bagi saya, walaupun tidak beragama Katolik tetapi dalam hidupnya dan dalam keluarganya mencerminkan sikap kasih, saya kira itu yang penting.

Sarda Manalu Kalau sama-sama masih percaya kepada Yesus Kristus sebagai juru selamatnya, sebaiknya kita datang, tetapi kalau sudah meninggalkan Yesus dan keluarga demi seorang laki-laki atau wanita demi cinta pasti tidak akan bahagia, kalau kita menghadirinya berarti kita mendukung dia ke dalam dosa dan maut. Yesus berfirman Gelap dan Terang tidak akan pernah jadi satu.

Yoyok Kristanto Berkah Dalem. Cinta itu hak asasi manusia paling hakiki. Menurut pendapatku kalau itu memang pilihannya. Aku tidak memusuhi atau menjahuinya, yang penting dia bisa mempertanggungjawabkan imannya di hadapan keluarganya dan masyarakat. Tapi kebanyakan umat Katolik yang pindah agama nanti kalau sudah tua dan mau meninggal pasti minta sakramen pertobatan dan minyak suci. Itu fenomena yang saya baca di alam ini. Halleluya. GBU all.

Christophorus Adi Toruan @Sarda: Apa iya kalau kita menghadirinya berarti kita mendukung dia ke dalam dosa dan maut? Berarti dia berdosa juga dong telah mengundang orang untuk hadir ke pesta resepsi pernikahan nya? Berarti berdosa juga dong pasangan dia dan berdosa juga dong yang sudah menikah kan dia. Kalau begitu lebih baik mereka kita ceraikan saja daripada banyak yang berdosa gara-gara menghadiri pesta resepsi pernikahan. Coba Anda hitung berapa orang yang saya sebut tadi yang sudah berdosa mulai dari proses pernikahan sampai ke pesta resepsinya atau lebih baik kita bunuh saja kedua pengantin tersebut karena sudah menjerumuskan orang lain dengan cara mengundang ke pesta resepsi pernikahan. Setuju?

Omk St Maria Tirtonadi Mohon maaf, tapi menurut saya, kita tidak boleh mengatakan bahwa di luar Yesus adalah kegelapan atau dosa ataupun maut karena Yesus sendiri tidak pernah mengatakan hal yang demikian. Setiap agama itu adalah baik, tergantung dari masing-masing pribadi yang menganutnya. Agama itu pasti mengajarkan kebenaran, hanya saja bagaimana seseorang memahami dan mengerti inti dari ajaran agamanya, kalau sudah memilih sebuah agama, ya jalanilah dengan sungguh-sunguh. Kalaupun dia pindah dari agama yang dianutnya sekarang ke agama yang lain, biarlah itu menjadi urusan dia dengan Tuhan, karena kita tidak berhak menghakimi atau judge seseorang akan imannya.

Andre Bahar Ya saya menyarankan untuk tidak datang alasannya karena pernikahannya tidak sah di mata Gereja, menghadiri pernikahannya berarti kita menyetujui perkawinan tidak sahnya itu, juga menyetujui bahwa apa yang mereka perbuat itu benar.

Christophorus Adi Toruan @Andre Bahar: Komen saya sama dengan apa yang saya komen untuk Ibu Sarda Manalu.

Eks Mudika Marinus Yohanes  Awalnya beragama Katolik berpindah ke agama lain karena akan menikah di kantor catatan sipil, wah itu sudah gak bener, masak hanya karena ingin dicatatkan di kantor catatan sipil sampai harus mengurbankan imannya (patut dpertanyakan kualitas imannya).

Andre Bahar Komentar Anda gak nyambung maaf Christoper, berargumenlah yang masuk akal lagi, silahkan yakinkan saya.

Aaron Kosasih Sebaiknya jangan meninggalkan Yesus, malah sebaiknya kita bimbing orang yang belum percaya agar menjadi percaya dan bersatu dalam Yesus.

Christophorus Adi Toruan @Andre Bahar: Wah lama sekali saya menunggu balasan dari Anda. Maksud saya begini, berdasarkan kasus di atas yaitu “jika kita menghadiri pesta resepsi pernikahan tersebut berarti kita juga memberi restu kepada dia untuk pindah agama”, berdasarkan saran Anda dan saran Ibu Sarda Manalu bahwa Anda tidak akan menghadiri pesta resepsi tersebut bukan? Nah saya memberi saran seperti di atas, coba Anda baca lagi dengan lebih teliti. Saya hanya mempertegas saran Anda dan Ibu Sarda Manalu. Bagaimana dengan Anda? Daripada kita berdosa dan bersalah untuk menghadiri pesta tersebut bukankah kita hancurkan saja pesta resepsi pernikahan itu. Anda mengerti?

Andre Bahar Argumen terkonyol yang pernah saya baca.

Christophorus Adi Toruan @Andre Bahar: Loh? Anda ini bagaimana? Kok mengatakan saya argumen terkonyol? Saya kan hanya mempertegas dan meyakinkan saran Anda. Saran anda yang saya pertegas biar lebih jelas, kalau begitu saya ternyata telah mempertegas saran yang konyol dong, bukan begitu?

Andre Bahar Satu-satu akan saya jawab argumenmu itu Bapak Chris.
[pada dasarnya semua agama itu baik] -- Oke saya setuju, tapi baik saja tidak cukup.
[karena 1. menyembah Tuhan] -- Ada agama yang tidak mengakui Tuhan loh.
[2. diakui di Indonesia (secara khusus) dan di dunia (secara umum)] -- Oke, so?
[3.mengajarkan perbuatan2 kasih dan amal baik] -- Ok ini bagus, tapi tetap saja tidak cukup.
[kalau ada peraturan atau norma atau apapun itu (seperti kasus di atas) sangat disayang kan kalau itu bisa mempengaruhi iman seseorang, apalagi di jaman sekarang ini yang sedang musim-musimnya BB, IPAD, NOTEBOOK, PS3, XBOX3, sangat disayangkan sekali] -- Apa hubungannya coba, kasus di atas dengan maen BB dll?
[apa iya kalau kita menghadirinya berarti kita mendukung dia ke dalam dosa dan maut? berarti dia berdosa juga dong telah mengundang orang untuk hadir ke pesta resepsi pernikahannya?] -- Jika kita menghadiri pesta tersebut berarti kita setuju dan mendukung keputusannya, dan bersama dengannya menolak keputusan Gereja, apakah berarti ini bukan dosa? Tidak mendengarkan Gereja berarti tidak mendengarkan Yesus, apakah ini berarti tidak berdosa? 
[berarti berdosa juga dong pasangan dia dan berdosa juga dong yang sudah menikahkan dia] --Pasangan yang non Katolik jelas tidak bisa disalahkan, yang disalahkan itu yang pihak Katolik, tergantung siapa yang menikahkan, kalo yang secara formal mendukung dan menyiapkan acaranya ini orang Katolik tentu dia berdosa.
[kalau begitu lebih baik mereka kita ceraikan saja daripada banyak yang berdosa gara-gara menghadiri pesta resepsi pernikahan. Coba Anda hitung berapa orang yang saya sebut tadi yang sudah berdosa mulai dari proses pernikahan sampai ke pesta resepsinya atau lebih baik kita bunuh saja kedua pengantin tersebut karena sudah menjerumuskan orang lain dengan cara mengundang ke pesta resepsi pernikaha, setuju?] -- Ini argumen terkonyol yang pernah saya baca. Katolik itu tidak menyetujui tindakan anarkis, plis deh jangan emosian, nyantai aja, ngopi dulu/mandi biar kepala dingin dan bisa menangkap maksud saya.

Christophorus Adi Toruan @Andre Bahar: Wah-wah panjang sekali ya, terima kasih atas balasan argumen yang saya berikan.
Baik yang 1. Memang ada agama yang tidak menyembah Tuhan? Bisa anda sebutkan? Kalau ada agama yang tidak menyembah Tuhan itu berarti bukan agama, Anda mengerti kan.
Terus yang 2. Yang kedua ini hanyalah alasan saya bahwa semua agama itu baik, hanya agama yang diakui di indonesia (pada khususnya) dan yang diakui oleh dunia (pada umumnya).
Yang 3. Maksud saya adalah alangkah mirisnya di jaman yang serba teknologi maju dan sangat amat canggih ini masih saja ada sesuatu peraturan dan norma yang mempeributkan dan mengecilkan mengenai yang namanya agama. Coba lihat negara Jepang sejak kapan Negara Jepang masyarakatnya rusuh atau ribut mengenai agama? Atau negara Singapura, atau negara Korea Selatan? Semua negara itu teknologinya sudah amat canggih, sedangkan kita? Bagaimana dengan kita? Miris bukan.
Dan yang terakhir ini yang terpenting, sejak kapan ada peraturan gereja yang melarang kita untuk menghadiri pesta resepsi pernikahan dimana pengantin nya pindah agama? Peraturan yang mana? Nomor berapa? Bisa anda buktikan disini? Atau anda hanya omdo (omong doang)! Saya bukan emosi tetapi hanya mempertegas saran Anda saja. Ketika Anda saya ajak untuk berbuat seperti itu saja Anda sudah mundur tapi saran Anda menyalahkan orang tersebut dan tidak mau menghadiri pesta tersebut, tetapi Anda malah berbuat yang lebih 'anarkis' yaitu iman Anda akan kuat bila anda tidak menghadiri pesta tersebut dan Anda akan berdosa besar jika menghadiri pesta tersbut. Apakah itu yang namanya iman Katolik? Iman tanpa perbuatan adalah mati. Iman seseorang dan dosa seseorang tidak ditentukan oleh boleh atau tidak bolah menghadiri pesta tersebut. Bagaimana Bung Andre Bahar? Sudah jelas?

Andre Bahar Lah tidak hadir itu gak anarkis Pak, daripada Anda sendiri yang lebih anarkis mau membunuh pasangan itu, ini gila benar-benar gila. Terserah Anda kalo mau hadir, terserah Anda deh. Saya tidak bisa melarang la wong cuma menyarankan, baca bener-bener Pak, pelan-pelan, pelan-pelan yah sambil ngopi gitu.
Kalo Anda pengen tahu kenapa kita bisa menulis teks seperti ini di komputer berterimakasihlah pada seorang Jesuit Pak seorang Imam, berterimakasihlah padanya, namanya saya lupa cari sendiri deh. Agama Katolik itu lebih terbuka dengan teknologi Pak tidak kaku dan kuno seperti yang orang-orang bilang, ada juga biarawan-biarawan yang khusus meneliti tata surya. Jadi stigma klerus yang cuma diam di biara dan berdoa itu kuno deh. Dan Jepang, Korsel harus terima kasih deh sama klerus-klerus Katolik, kalau buka mereka penemunya tidakk bakal ada komputer, btw ide sebuah Universitas itu juga awalnya dari pendidikan Katolik lalu ditiru semua, dunia ini sudah lupa dengan akarnya dari mana khususnya Eropa.

Aaron Kosasih Santai aja Bung Christophorus :) Kalo di pages nulis pake huruf besar itu sama dengan teriak loh ^^... Beda pendapat itu biasa, tidak semua pendapat orang itu salah kan. Lho Anda belum tau ya ada agama yang tidak mengajarkan tentang keberadaan Tuhan tapi hanya teori kehidupan saja ? :)

Christophorus Adi Toruan Loh saya kan tidak mau membunuh pasangan tersebut. Lihat baik-baik dan baca pelan-pelan apa komen saya yang pertama, mungkin Anda yang sebaiknya ngopi bukan saya. Hahahahaaa,  Anda cocok untuk ikut acara open mic di Metro TV.
Terus saya baca komen Anda, kok nyasar ke biarawan-biarawan yang memakai teknologi? Kok Anda melenceng ke sana? Mari kita kembali ke laptop, maksud saya begini loh, saya itu heran kenapa bangsa kita bangsa Indonesia ini di jaman yang teknologinya sudah sangat amat maju ini, masih saja ribut-ribut soal agama. Mari kita mencontoh negara lain yang berlomba-lomba membuat industri teknologi untuk kemajuan negaranya. Kok Anda malah komen mengenai pendidikan Katolik lah, mengenai tata surya lah, mengenai klerus-klerus Katolik lah, yang ngomong ke arah sana siapa Bung? Anda ini berarti mengkomentari ini memakai emosi ya? Wah, hati-hati Anda, bisa-bisa orang lain yang membaca ini bisa tertawa terkencing-kencing membaca komen Anda. Mungkin Anda belum mandi ya?

Andre Bahar Saya tidak akan menanggapi anda lagi

Christophorus Adi Toruan Duh, jadi gak enak saya ini. Saran saya lebih banyak perbuatan iman Anda dari teori-teori tentang katoliksitas. Anda sudah pintar, rajin dan pasti saya yakin Anda sudah membaca habis mengenai isi Kitab Suci, tetapi itu tidak cukup. Teori tanpa perbuatan hanya akan menghancurkan dogma-dogma Anda sendiri dan yang menghancurkan itu adalah pikiran Anda sendiri. Anda tidak percaya? Silahkan anda mencoba dan nanti anda kembali lagi kepada saya. Wasallam.

Aaron Kosasih Anda itu stres.

Yoyok Kristanto Berkah Dalem. Terpujilah Tuhan Yesus Kristus Sang Juru Selamat Manusia dimuliakanlah Engkau di bumi dan di surga sekarang dan selama-lamanya. Saudara-saudara semuanya benar dalam berpendapat, di sini tidak ada yang menang atau kalah, atau tidak ada yang pendapatnya benar sendiri. Memang kalau menyangkut soal cinta dan keyakinan sangatlah kompleks permasalahannya. Yang satu soal pasangan hidup serta satunya lagi soal keyakinan. Intinya kita harus mau menghargai keputusan mereka bagaimanapun pahitnya itu. Kita tetap menyayangi mereka dan mendoakan mereka, semoga berbahagia dengan pilihannya, toh nanti alam yang akan menguji iman mereka. Halleluya.Gbu all.

Cornelius Pulung 1. Berdasarkan ilustrasi diatas, bila memang terdapat norma yang menyatakan bahwa menghadiri resepsi pernikahan tersebut = memberi persetujuan dan doa restu akan kepindahan agama dia, maka saya akan memutuskan untuk tidak menghadiri resepsi tersebut. Saya tidak akan pernah menyetujui tindakan apapun yang berkaitan dengan pindahnya seseorang dari agama katolik ke agama lain.

2. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa tidak menghadiri resepsi bukan berarti saya membenci orang yang bersangkutan. Kebanyakan orang di Indonesia sepertinya mungkin tidak bisa membedakan antara perbuatan dan orangnya. Saya tidak setuju dengan perbuatannya, tapi saya mengasihi orang tersebut. Oleh karena itu saya tidak akan melakukan tindakan konyol seperti membubarkan pernikahan tersebut, apalagi sampai berpikiran untuk membunuh pasangan tersebut.

3. Walaupun orang tersebut pindah ke agama lain, masih ada kemungkinan orang tersebut kembali ke Gereja Katolik. Jadi saya tentu akan mengupayakan agar mereka kembali ke Gereja Katolik, tanpa melakukannya dengan paksaan dan kekerasan. Biarlah hal tersebut menjadi pilihan bebas mereka sendiri, dan saya akan berdoa untuknya.

4. Sedikit tangapan saya untuk saudara Christophorus Adi yang mengatakan ini: "coba lihat negara Jepang, sejak kapan Negara Jepang masyarkatnya rusuh atau ribut mengenai agama? atau negara Singapura atau negara Korea Selatan, semua negara itu teknologi nya sudah amat canggih. Sedangkan kita? Bagaimana dengan kita? Miris Bukan"
Jepang dan Korea Selatan setahu saya bukanlah suatu negara mayoritas katolik atau protestan. Saya tidak tahu kalau singapura. Tapi adalah sebuah omong kosong kalau negara yang teknologinya amat canggih tidak meributkan soal agama.

Mari kita lihat negara Amerika Serikat, yang teknologinya sudah amat canggih dan disebut negara super power. U.S. Department of Health and Human Services dibawah kepemimpinan Obama akan memaksa semua institusi kesehatan dan rumah sakit serta individu yang bekerja disana untuk membiayai penyediaan sarana aborsi, kontrasepsi, dan sterilisasi dimana posisi resmi Gereja Katolik adalah MENOLAK hal tersebut (Apa perlu saya lampirkan dokumen resmi berikut nomornya? Saya kira tidak perlu karena akan melebar dari topik).
Jadi ada paksaan dari pemerintah terhadap individu dan institusi religius tersebut untuk melanggar suara hati mereka, khususnya berkaitan dengan aborsi, kontrasepsi dan sterilisasi.
Apa reaksi keuskupan Amerika Serikat dan USCCB (USCCB = KWI nya AS)? Mereka semua sepakat untuk menolak HHS mandate tersebut, seperti yang bisa dibaca di link berikut:
http://www.catholicvote.org/discuss/index.php?p=25591
Silakan telusuri berita tersebut dengan kata kunci "HHS mandate" untuk informasi lebih lengkap.

Apa yang ingin saya tekankan? Intinya adalah bahwa di negara seperti amerika serikat dengan teknologinya yang canggih saja masih meributkan persoalan yang berhubungan dengan agama.

Sekian pendapat saya, dan saya tidak memaksa orang untuk setuju dengan saya, toh saya hanya memberikan tanggapan dari status Komkep serta sedikit diskusi yang terjadi. Terima kasih.

Aaron Kosasih 10 jempol buat pulung ^^

Severinus Klemens "coba lihat negara Jepang, sejak kapan Negara Jepang masyarkatnya rusuh atau ribut mengenai agama? atau negara Singapura atau negara Korea Selatan, semua negara itu teknologi nya sudah amat canggih. Sedangkan kita? Bagaimana dengan kita? Miris Bukan"
=============
Penguasa Jepang pernah menumpahkan darah para martir Katolik.
http://yesaya.indocell.net/id135.htm
Pernah juga terjadi Shinto vs Buddhisme

Severinus Klemens Pendapat saya sama dengan Pulung dan Andre Bahar, saya pun tidak akan menghadiri pesta pernikahan tersebut karena normanya "hadir=setuju".

Severinus Klemens Tentang Singapura, Frater ordo SS.CC. kenalan saya di sana juga beberapa kali debat dengan para Protestan mengenai mana Gereja yang didirikan dan dikehendaki oleh Kristus.

Cornelius Pulung Bro, jangan sampai off topic ya :)

Severinus Klemens iya.. hanya memberitahu fakta aja. :)
pro admin, jika melenceng, silahkan di delete komentar saya.. :)

Severinus Klemens Satu lagi, keluar dari Gereja adalah dosa besar. Menikah di luar Gereja juga adalah dosa besar, di mata Gereja adalah zinah. Bila hadir di pernikahannya = setuju akan pernikahannya, berarti ketika kita menghadirinya maka kita menyetujui dia berbuat dosa. Setuju dia berbuat dosa, berarti kita mengambil bagian dalam dosa dia alias kita juga berdosa. Oleh karena itu, saya pun tidak mau berdosa, maka saya tidak akan menghadirinya.

Katarina Clara Ottsu @severius klement : apa peraturan diatas menurut gereja katolik/ bukan?

Andre Bahar Murtad/apostasy artinya orang yang meninggalkan iman Katoliknya, yang juga berarti meninggalkan untuk percaya kepada Yesus, terkena sangsi ekskomunikasi otomatis (Katekismus Gereja Katolik no. 2089; Kitab Hukum Kanonik no. 1364) dan hidup di dalam keadaan dosa berat/besar.

Menikah tidak didalam/tanpa ijin dari Gereja merupakan tindakan ketidak patuhan karena jelas Gereja melarang ini, seorang Katolik wajib menikah di dalam Gereja Katolik, jika menikah dengan non Katolik, maka harus ada ijin dari Uskup terlebih dahulu sebelum pernikahan itu bisa diteruskan (Kitab Hukum Kanonik 1124-1125)

Di dalam Kitab Kanonik tidak diatur secara jelas apakah kita harus hadir pada kasus seperti di atas, maka dari itu kita akan melihat dari pandangan lain, menghadiri pesta perkawinan yang sah di mata Gereja artinya kita mendukung sang pasangan, kita berdoa yangg terbaik baginya, kita menyetujui pilihannya, berbahagia bersama dengan pasangan tersebut.

Jadi menghadiri pernikahan yang tidak sah di mata Gereja, sama saja berarti kita setuju dengan semua keputusan yang telah diambilnya, setuju atas ketidak patuhannya terhadap Gereja, setuju atas keputusannya untuk murtad dari imannya. Hal ini jelas melanggar hati nurani atas ketaatan kepada Gereja, akan menimbulkan skandal, membuat batu sandungan bagi orang yang lemah imannya, contoh yang tidak baik bagi anak muda karena mereka beranggapan hal ini tidak apa-apa dan boleh dilakukan nantinya.

itu saja dari saya, sekian terima kasih.

Komkep Keuskupan Agung Palembang Teman-teman yang baik, menarik sekali komentar-komentar yang menyertai postingan ini. Bahwa ada gaya-gaya atau strategi tertentu untuk menyampaikan/ mempertahankan pendapatnya, yha itulah kekayaan khazanah umat kita yang patut disyukuri.

Ilustrasi di atas memang kami angkat mengacu pemerhatian pada beberapa daerah yang ada di Keskupan Agung Palembang, maupun Keuskupan Tanjung Karang; jadi bukan rekayasa semata.

Jadi, mari dipersilahkan melanjutkan diskusinya. Terimakasih, Salam kasih dari kami,
Teman-teman Pendamping OMK, para Suster, dan Para Pastor yang tergabung dalam Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Palembang.

HadisulisPrasetia Yuih Dalam 10 perintah Allah di tulis jangan berzinah, jangan mengingini istri sesamamu, untuk menikah secara katolik membutuhkan biaya dan pengorbanan waktu yang besar karena harus kursus dan kanonik. Jangan mempersulit hubungan kasih seseorang karena apa yang telah dipersatukan oleh Allah tidak dapat dipisahkan lagi oleh manusia. Amin.

Christophorus Adi Toruan Yang saya maksudkan negara-negara maju tidak mempersoalkan soal agama adalah mereka tidak mempeributkan seseorang itu mau pindah agama kek, mau nikah bedah agama kek. Mereka tidak mempersoalkan hal itu. @Cornelius Pulung: Jadi kalau di negara Amerika Serikat yang Anda sebut tadi mempeributkan mengenai soal aborsi dan lainnya itu adalah paham atau ajaran yang bertentangan dengan agama Katolik, bukannya di Amerika Serikat itu ribut dan saling lempar antar agama tertentu, iya kan? Saya hanya mempertegas saja. Terus di negara lain seperti Jepang, Singapura dan Korea Selatan, meskipun bukan mayoritas Katolik tetapi mereka hidup rukun dan tidak pernah mempersoalkan atau mempeributkan atau melecehkan seseorang mau pindah agama atau tidak, sedangkan di Indonesia ini? Sampai saat Anda membacanya esok lusa dan besoknya lagi, saya masih mirissss! Anda tidak percaya? Berarti Anda semua tutup mata, tutup telinga dan tutup hidung. Jadi di Indonesia ini ada ya norma dan peraturan yang mengatur bahwa jika seseorang menghadiri pesta resepsi pernikahan yang pasangan pengantinnya pindah agama jadi orang yang menghadiri pesta tersebut berdosa? Jadi Anda-Anda semua yang berkomentar di sini yang tidak akan menghadiri pesta resepsi pernikahan itu akan menjudge orang yang datang ke resepsi pernikahan itu adalah orang yang berdosa? Coba Anda semua membuktikannya peraturan gereja nomor berapa? Kitab Suci di surat apa? Terus Kitab Hukum Kanonik nomor berapa? Kalau tidak bisa membuktikannya ya berarti anda semua itu omdo alias omong doang!

Christophorus Adi Toruan Saya akan meluruskannya, coba kita semua membaca lagi kasus diatas. Kasus tersebut kan sudah jelas, bahwa pasangan tersebut sudah pindah agama dan sudah menikah. Coba Anda semua baca lagi. Terus yang dipertanyakan oleh Komkep itu adalah bagaimana kita bersikap bila kita diundang untuk hadir dalam pesta resepsi pernikahan itu karena yang menikah itu adalah saudara kita sendiri sedangkan ada 'kebiasaan agak antik' bahwa jika kita hadir berarti kita setuju dia pindah agama. Jelas bukan? Kok baca gitu saja tidak paham (maaf admin saya agak keras intonasinya supaya telinga mereka dengar). Jadi kita gak hadir pun, dia sudah pindah dan dia sudah menikah. Lain cerita kalau pada saat pesta itu dia belum pindah dan belum menikah. Jadi kita mau datang atau tidak, ya dia sudah menikah dan pindah. Loh kok kalau kita datang ke pestanya kita berdosa? Kita turut ambil bagian dalam proses dia menikah? Ini kan tidak logis! Apa iya kalau kita datang ke pesta pernikahan itu terus kita berdosa? Kita tidak boleh lagi ikut misa? Kita tidak boleh lagi menyambut komuni? Apa iya kita harus menghadap pastor dan kemudian kita mengaku dosa? Untuk Andre Bahar, Severinus Klemens, Cornelius Pulung dan Aaron Kosasih jika saya menghadiri pesta tersebut apakah saya harus melakukan hal tersebut?  Apakah kita sebagai manusia punya hak untuk menentukan orang lain itu berdosa besar dan meninggalkan Tuhan Yesus hanya dari kita menghadiri pesta resepsi pernikahan saudara kita? Itu loh yang dimaksud oleh Komkep. Kita bertindak tapi kita juga harus bisa mempertanggungjawabkan iman Katolik kita. Jangan hanya teori doang, hapal isi Kitab Suci, hukum kanonik, tahu ordo-ordo imamat, tapi tanpa perbuatan. Lebih miris saya daripada miris yang tadi!

Andre Bahar Dalam contoh kasus di atas pernikahan sang sepupu invalid/tidak sah, kenapa? Kan bukan Katolik lagi? Oke, berikut saya berikan alasannya untuk pindah agama Katolik secara formal/terbuka (actus formalis defectionis ab Ecclesia) ada tiga hal yang harus terpenuhi
1. dari dalam diri orang tersebut ingin pindah dari Katolik
2. merealisasikan untuk menjadi non Katolik dan kemudian mewujudkannya dengan mengikuti pelajaran/kelas persiapan menjadi non Katolik
3. penerimaan keputusan untuk apostasy dari pihak Gereja yang berkompeten, bahwa orang ini sudah bukan Katolik lagi

Oke sang sepupu niat ingin pindah, lalu sudah belajar dan kemudian memeluk agama non Katolik, nah apakah saudara sepupu ini sudah mendapat penerimaan dari Gereja? Kalau belum berarti dia masih Katolik.

(lampiran dokumen Gereja:
http://www.vatican.va/roman_curia/pontifical_councils/intrptxt/documents/rc_pc_intrptxt_doc_20060313_actus-formalis_en.html)

Karena masih Katolik maka dia terikat dengan hukum Katolik, hukum Canon no 1108.1 tertulis bahwa pernikahan yang valid/sah itu harus memenuhi beberapa syarat yaitu bila dilangsungkan di hadapan Ordinaris wilayah atau pastor paroki atau imam atau diakon, yang diberi delegasi oleh salah satu dari mereka itu, yang meneguhkannya, serta di hadapan dua orang saksi; maka dari itu sudah jelas pernikahan sepupu ini invalid/tidak sah, menikah secara tidak sah di mata Tuhan dan Gereja membuat orang ini berada di dalam dosa berat karena sama saja orang ini sudah berjinah.

Saya akan memperjelas hal ini, lalu apakah kita harus hadir? Seorang Katolik tidak boleh menyetujui perjinahan, ataupun untuk muncul sekedar membenarkan tindakannya, tindakan seperti itu bisa menimbulkan skandal.

KGK 1868 Dosa adalah satu tindakan pribadi. Tetapi kita juga mempunyai tanggung jawab untuk dosa orang lain kalau kita turut di dalamnya, kalau kita mengambil bagian dalam dosa itu secara langsung dan dengan suka rela, kalau kita memerintahkannya, menasihatkan, memuji, dan membenarkannya,
kalau kita menutup-nutupinya atau tidak menghalang-halanginya, walaupun kita berkewajiban untuk itu, kalau kita melindungi penjahat.

Jika tindakan hadir kita ini berarti mengiyakan/membenarkan semua tindakan yang dilakukan sang sepupu maka kita telah berpartisipasi dalam dosa. Tapi jika ketidak-hadiran kita mungkin akan menyebabkan retak didalam hubungan keluarga, juga akan membuat kita akan susah untuk membawanya kembali kepada Kristus, patut dipertimbangkan untuk hadir. Juga harus kita pastikan kepada semua orang bahwa kita tidak menyetujui dosa yang telah dibuat oleh sang sepupu itu.

Demikian tanggapan dari saya. Terima kasih.

Angels Wing Ini sebenarnya hal mudah. Kami sudah memberikan bukti dan data yang ada, itu terserah Anda mau menghadiri resepsi pernikahan tersebut atau tidak. Kenapa masih terus menerus mempertanyakan hal yang sama? Toh sudah ada 3 orang yaitu Andre Bahar, Severinus Klemens dan Cornelius Pulung yang memberikan jawaban yang pada intinya hanya 1. Alangkah baiknya apabila kita tidak menyetujui hal tersebut karena hal tersebut terjadi di luar Gereja Katolik.
Kembali lagi pada dasarnya setiap manusia memiliki freewill, jadi itu terserah Anda mau bagaimana menyikapinya toh kami tidak memaksa Anda. Setiap manusia hidup di dunia ini selalu mempunyai pilihan. Maka Anda bebas untuk memilih. Bijaksanalah!

Severinus Klemens Sudah ditanggapi oleh Andre Bahar dengan sangat baik.
Tambahan ya, Yeh 3:19 Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu dan ia tidak berbalik dari kejahatannya dan dari hidupnya yang jahat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.
Yeh 3:20 Jikalau seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati. Oleh karena engkau tidak memperingatkan dia, ia akan mati dalam dosanya dan perbuatan-perbuatan kebenaran yang dikerjakannya tidak akan diingat-ingat, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.
Yeh 3:21 Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang yang benar itu supaya ia jangan berbuat dosa dan memang tidak berbuat dosa, ia akan tetap hidup, sebab ia mau menerima peringatan, dan engkau telah menyelamatkan nyawamu."

Tidak menegur kesalahan atau berusaha mengoreksi sesama yang keliru saja itu berarti kita sudah berdosa, apalagi menyetujui dosa yang sesama lakukan.

Jika Anda berbicara Jepang, Korea dan Singapura dalam konteks negara, ya mereka emang gak ambil pusing kalau ada yang pindah agama. Negara Indonesia juga gitu kok. Tapi jika Anda berbicara dalam konteks warga negara, saya butuh data statistik dari anda yang menyebutkan bahwa orang-orang Katolik di Jepang, Korea, dan Singapura tidak meributkan atau mempermasalahkan anggota keluarganya yang keluar dari Katolik dan menikah di luar Gereja Katolik. Tolong jangan omdo ya. Anda memberi pernyataan yang membutuhkan data yang valid untuk membuktikan pernyataan Anda itu.

Satu lagi, dalam etiket di Internet, menulis dengan huruf kapital artinya berteriak dan itu tidak sopan sama sekali (kecuali anda memberi ket: untuk memberi penegasan karena tidak memungkinkan menulis cetak tebal). Jadi saya harap Anda, Christophorus Adi Toruan, untuk bersikap sopan.

Angels Wing Sekali lagi terima kasih untuk Severinus Klemens sudah memberikan tambahan :)
maka apa yang telah kami utarakan disini lengkaplah sudah. Kami sudah mengingatkan Anda untuk menyadari hal tersebut, jadi terserah Anda (Christophorus Adi Toruan) mau bagaimana menyikapinya.

Omk St Maria Tirtonadi Agama bukan membuat kita untuk memusuhi orang lain, apalagi itu keluarga. Meskipun pernikahan itu tidak sah secara Katolik ataupun Gereja, tetapi itu sah di agama lain. Lantas mengapakah kita justru memperdebatkan masalah iman? Iman hanya orang yang bersangkutan dan Tuhan lah yang tahu. Belum tentu di luar Katolik itu berarti orang tidak beriman kan? Apapun agamanya, iman itu tetap sama, yang paling penting adalah bukan agamanya tapi bagaimana cara mewujudkan aksi nyata iman kita terhadap sesama kita. :)

Cornelius Pulung Luk 12:51-53 51. Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. 52 Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. 53 Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya.

Cornelius Pulung Ini adalah data statistik di AS yang menunjukkan persentase orang yang kawin campur (untuk membuktikan bahwa hal kayak ini masih ada) : http://www.pewforum.org/Religiously-Mixed-Couples-Cupids-Arrow-Often-Hits-People-of-Different-Faiths.aspx

Ini salah satu bukti bahwa masalah kawin campur (mixed marriage) masih dibicarakan di AS:
http://www.jcrelations.net/Mixed_Marriage_is_Major_Topic_of_U_S__Catholic-Jewish_Consultation.2886.0.html?page=9

Ini juga bukti bahwa umat katolik di USA ada yang menanyakan apakah dosa menghadiri pernikahan yang invalid:
1. Fenomena pernikahan campur ada di USA
2. Topik pernikahan campur masih dilayak dan dibahas disana, dan belum tentu mixed marriage yang terjadi adalah valid
3. Ada beberapa umat Katolik yang bertanya di forum Catholic Answer*, tentang apakah sebaiknya menghadiri pernikahan yang invalid, atau bertanya apakah dosa menghadiri pernikahan yang invalid.

PS Perlu diingat bahwa ada beberapa hal dan kasus yang membuat pernikahan menjadi invalid, dan kasus yang diangkat Komkep hanya satu dari beberapa kasus.

*Catholic Answers adalah organisasi katolik kerasulan awam terbesar di Amerika, info lebih lanjut silakan dibaca disini : http://www.catholic.com/about

Severinus Klemens Halo OMK St. Maria Tirtonadi, saya tidak tahu siapa yang berkomentar dengan menggunakan akun tersebut tapi hendaknya Anda lebih baik memakai akun pribadi ketimbang akun kelompok tersebut. Pernyataan Anda itu bertentangan sekali dengan ajaran Gereja Katolik (padahal Anda Orang Muda Katolik) dan hal ini bisa membuat orang berpandangan OMK St. Maria Tirtanadi berpegang pada pandangan yang bertentangan dengan ajaran Gereja.

Perhatikan ajaran Gereja Katolik berikut:
IV. Mengenai Orientasi Semua Orang Kepada Gereja
6. Harus diimani dengan teguh bahwa Gereja adalah tanda dan sarana keselamatan bagi semua bangsa. Adalah bertentangan dengan iman Katolik untuk memandang berbagai agama dunia sebagai jalan-jalan keselamatan komplementer terhadap Gereja.
7. Menurut ajaran Katolik, penganut agama-agama lain mengacu kepada Gereja dan dipanggil untuk menjadi bagian daripadanya.


Paus Yohanes Paulus II dalam audiensi 19 Januari 2001, dalam cahaya perkembangan selanjutnya, meneguhkan notifikasi ini yang telah diterima dalam Sidang Biasa Kongregasi, dan memerintahkan publikasinya.

Roma, dari Kantor Kongregasi Ajaran Iman, 24 Januari 2001, pada hari Peringatan Santo Fransiskus dari Sales.
Joseph Card. Ratzinger Prefek +Tarcisio Bertone, S.D.B. Uskup Agung Emeritus dari Vercelli, Sekretaris

Admin, sekiranya OOT, maafkan saya dan silahkan berlakukan kebijakan yang menurut Anda baik. :)

Severinus Klemens But Catholic doctrine tells us that the primary duty of charity does not lie in the toleration of false ideas, however sincere they may be, nor in the theoretical or practical indifference towards the errors and vices in which we see our brethren plunged, but in the zeal for their intellectual and moral improvement as well as for their material well-being. (Paus St. Pius X)
Tindakan kasih kepada sesama tidaklah boleh didasarkan atau berada pada toleransi terhadap pandangan-pandangan yang salah.

Omk St Maria Tirtonadi Maaf kalau saya dianggap bertentangan dengan ajaran Gereja, tapi inilah bukti nyata. Saya mungkin tidak tahu hal yang Anda beritahukan barusan, tetapi kita tidak bisa terlalu fanatik dengan agama kita, karena agama itu adalah buatan manusia. Bukan berarti saya berkomentar begitu artinya saya bukanlah orang Katolik sejati dan iman saya diragukan. Dan kenapa juga kita yang satu agama harus bertengkar karena itu, bukankah itu mencerminkan pemahaman kita berbeda-beda tentang agama kita?
Maaf klo salah comment. Syaloom.

Andre Bahar Apa itu fanatisme? Dictionary.com mendefinisikan "Fanatic" (kata benda) sebagai "seseorang yang ditandai atau dimotivasi oleh suatu antusiasme exkstrim dan tak bernalar bagi suatu sebab". Sementara itu Oxford mengatakan bahwa "Fanatic" adalah "orang yang terlalu antusias terhadap sesuatu." Definisi Oxford juga menambahkan bahwa penggunaan kata "fanatik" biasanya bersifat "merendahkan" (derogatory).

Kalau kita memakai definisi dari Dictionary.com maka bolehkan seorang menjadi Katolik yang fanatik? Jawabannya adalah tidak. Kenapa? Karena adanya syarat "tak bernalar" di definisi dari dictionary.com. Iman Katolik bukan sesuatu yang "tak bernalar." Iman Katolik adalah sesuatu yang melampaui nalar (karena obyeknya adalah Allah yang melebihi nalar). Iman Katolik sama sekali tidak bisa tak bernalar.

Berikutnya definisi Oxford dictionary. Definisi Oxford lebih luas dari definisi dictionary.com. Pada dasarnya kalau kita menggunakan definisi Oxford maka sangat bagus bila seseorang menjadi Katolik fanatik. Namun di dalam definisi oxford tersebut juga dikatakan bahwa penggunaan "fanatik" telah mendapatkan arti yang "merendahkan" (derogatory), sehingga munkin kurang baik juga untuk menjadi seorang Katolik fanatik. Namun bila nuansa "merendahkan" dari kata tersebut hilang (seperti kata "punk" yang dulu mempunyai makna merendahkan, tapi sekarang dipandang keren), maka sah-sah saja untuk menjadi Katolik Fanatik. Nuansa "derogatory" (merendahkan) di Oxford adalah akibat pandangan miring orang yang acuh terhadap Agama. Sehingga bila kita benar-benar telah menghilangkan kesan "merendahkan" maka sangatlah baik untuk menjadi Katolik fanatik, yaitu, Katolik yang sangat antusis terhadap iman yang Katolik. Sungguh cocok dengan kehendak Allah.

Saya pake logika pemikiran OMK St. Maria Tirtonadi saja, agama adalah buatan manusia
manusia itu pada dasarnya tidak sempurna, jadi agama hasil buatan manusia itu tidak sempurna. Agama Katolik adalah buatan manusia, manusia pada dasarnya tidak sempurna, jadi agama Katolik hasil buatan manusia itu tidak sempurna, (ada ajaran-ajarannya ada yang salah). Begitukan logikanya? Lalu apa alasan anda untuk tetap menjadi Katolik?
Satu agama maksudnya gimana? Kalau yang Anda maksud Protestan dan Katolik itu sama, ini salah, ada banyak dibahas tinggal cari saja di katolisitas.org. Gak perlu minta maaf, yang saya "serang" itu argumen Anda, bukan pribadi Anda, so, no heart feeling, oke. GBU.

Komkep Keuskupan Agung Palembang Omk St Maria Tirtonadi, yang dimaksud oleh Severinus Klemens tentang akun, adalah bahwa Ketika Anda menggunakan nama "OMK St. Maria Tirtonadi" maka itu diartikan itu sebagai pendapat Gereja Katolik, dalam hal ini O M Katolik St. Maria Tirtonadi, sehingga yang disuarakan tentunya adalah pandangan Gereja Katolik, bukan pandangan/pendapat pribadi.
Sdr. Severinus menyarankan Anda menggunakan akun pribadi/nama Anda saja untuk berpendapat.

Christophorus Adi Toruan Seperti nya untuk berpendapat di wall ini sia-sia saja, lebih baik bagaimana kita bertemu saja di KYD 2012 di Palembang dan kita berpendapat di sana, biar orang lain yang menilainya. Dan kita juga sudah melenceng amat jauh, masak etika berinternet dibawa-bawa? Kayak anak SD saja! Saya yakin akan Anda-Anda sekalian sudah dewasa dalam bertindak, berbuat dan beriman, di sini tidak perlu orang-orang yang hapal isi Kitab Suci tapi tanpa perbuatan nyata! Sekali lagi miris saya.

Christophorus Adi Toruan Satu lagi, saya setuju apa yang diungkapkan oleh OMK ST. Maria Tirtonadi. Severinus Klemens harap baca lebih teliti dan pelan-pelan apa yang diungkapkan oleh OMK ST. Maria Tirtonadi. Jangan hanya asal omong doang, baca pelan-pelan dan teliti "Pernyataan Anda itu bertentangan sekali dengan ajaran Gereja Katolik (padahal Anda Orang Muda Katolik) dan hal ini bisa membuat orang berpandangan OMK St. Maria Tirtonadi berpegang pada pandangan yang bertentangan dengan ajaran Gereja." Maksudnya apa ini? Gak jelas banget dech.

Sesilia Widyastuti Mari kita lihat lagi pelajaran jaman kita masih sekolah dasar dan memaknainya dalam konteks ilustrasi ini. Pancasila.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa. Tuhan itu 1 (satu), apapun agamanya ya Tuhannya cuma satu. Perbedaan agama merupakan perbedaan cara pandang. Di Indonesia agama merupakan hak asasi, jadi terserah dong seseorang mau beragama apa yang dia mau.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kita ini bersaudara atau bertetangga adalah hubungan kemanusiaan. Apakah kita bisa disebut adil dan beradab jika kita menghakimi orang lain yang pindah agama? (lihat Matius 7:1-5) Padahal di sila pertama sudah disinggung bahwa agama termasuk hak asasi. Mana sisi toleransi kita, mana sisi kemanusiaan kita?
3. Persatuan Indonesia. Meskipun berbeda agama, kita sebagai bangsa Indonesia harus bersatu. Mengapa harus menciptakan gap-gap baru, lebih baik kita bersatu untuk perdamaian.

Cukup tiga sila tersebut untuk menyadarkan kita. Kita boleh saja merasa sedih atau kecewa bila teman atau saudara kita pindah agama namun ingatlah bahwa Yesus mengajarkan cinta kasih (lihat Matius 5:43-47). Tinggal datang ke resepsi aja kok repot.

Christophorus Adi Toruan Kok sampai siang ini saya tunggu sepi ya? Kemana saudara-saudara saya: Andre Bahar, Severinus Klemens, Cornelius Pulung dan Aaron Kosasih ya? Ah, siapa tau mereka sedang pergi ke resepsi pernikahan itu. Tapi kenapa tadi saya tidak ketemu mereka disana ya? Halo admin, ikut pergi tidak? Ketemu tidak sama saudara-saudara saya tadi?


selesai

1 komentar:

  1. ANAK BARU BAPTIS

    tahu kisah maria dan marta di LUKAS 10:38-42..

    klo membaca perdebatan di atas, menurut saya yg satu pihak cenderung mengedepankan perkara dunia, yg lain pihak menghormati perkara dunia tp lbh mengedepankan SABDA ALLAH.

    LUKAS 10:41-42 "41. tetapi TUHAN menjawabnya: "marta, marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, 42. tetapi hanya satu saja yg perlu: maria telah memilih bagian yg terbaik, yg tidak akan diambil dari padanya."

    truz apa kita harus menjadi org yg hanya peduli dg agama (gereja) dan tidak hidup bermasyarakat dan bernegara?
    seharusnya tidak karena di MARKUS 12:17, Dikatakan oleh TUHAN YESUS apa yg harus kita lakukan.

    MARKUS 12:17 "lalu berkatalah YESUS kepada mereka: "berikanlah kepada kaisar apa yg wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada ALLAH apa yg wajib kamu berikan kepada ALLAH!"

    BalasHapus