Ketemu Maning
Siuuutttt…..
si Lai kali ini kembali meluncur turun dari ketinggian angkasa di atas kota
Brebes Jawa Tengah. Kalau dia meluncur ke bumi, kemungkinan besar ada sesuwatu
yang sesuwatu banget baginya, apa itu ya?
Lai
dengan lincah meliuk-liuk menghindari awan-awan putih yang menggumpal membentuk
berbagai macam kemiripan dengan obyek-obyek yang ada di bumi. Usai menghindari
awan berbentuk tomat, buldoser dan terakhir kacamata, Lai akhirnya bebas
memandang hamparan sawah yang sebagian besar lagi diseliputi tanaman bawang.
Maklumlah, Kabupaten Brebes terkenal dengan bawang merahnya, tak ayal karena
memang sebagian besar petani di sana adalah petani bawang.
Lai
tambah semangat menukik di atas hamparan sawah menghijau bak permadani mulus
itu. Mulus itu jika kelihatan dari angkasa, kalo didekati ya kelihatan nggak
rata; maklum namanya juga sawah, Bro. Kepakan sayapnya sesekali digunakan untuk
mengarahkan tubuhnya menuju satu bangunan besar di pinggiran kota Brebes.
Menara lonceng sudah kelihatan, “Ahaiiii…!!! itu dia!!” pekik Lai kegirangan seolah menemukan sesuatu
yang mengasyikkan.
“Braakkk…”
malaikat tersungkur saat mendarat dan dengan sukses tubuhnya menyerbu tong
sampah yang berdiam manis di sudut Gereja Santa Maria Fatima Brebes.
“Klontang…. Tang..!!” disusul bunyi tong sampah yang kemlontang mengguling di
paving halaman gereja paroki itu. “Hadhuh…. Aduhhh…“ aduh malaikat yang agak
kesakitan karena kakinya benjol terantuk sampah tong, eh, tong sampah itu.
Keseruan
tersebut mengagetkan seseorang yang lagi duduk santai di depan gua maria yang
ada di samping gereja. “Heh, apa kuwe!” serunya sambil beringsut menuju sumber
suara. “Ini aku…. aduh aduh… benjol…” ringis malaikat yang terduduk sambil
mengelus-elus tulang keringnya yang bengkak. “Oalah…. kowen ta, Lai….” Sapa
orang tersebut yang kini sudah ada di samping malaikat. “Iya, Nas, he he he….”
Jawab malaikat yang dipanggil Lai itu nyengir. “Huh, kebiasaan lama lagi… kapan
sih kowen bisa mendarat dengan mulus, Lai? Awit mbiyen ka, yen mendarat ora
klalen nggawe keributan. Jare malaikat, mendarat bae pating kedubrak ora
karuan.” Bukannya ditolong dan dikasihani, Lai malah disemprot, sementara yang
disindir hanya cengar-cengir, sebagian karena kesakitan. “He he he…. Sudahlah
nggak usah dibahas tentang itu. Kita masuk ke pokok urusan saja, Nas.” Malaikat
rupanya nggak mau memperpanjang urusan yang bagi mausia bisa dianggap
memalukan. Terjatuh ketika mendarat dari langit ke bumi.
Oh
ya, bagi teman-teman yang baru mengikuti kisah ini barangkali heran, kok
sepertinya malaikat dan seseorang tadi sudah saling kenal. Benar, dalam
kisah-kisah sebelumnya, kita bisa tahu bahwa mereka sudah beberapa kali berjumpa untuk mengobrolkan sesuatu yang
seru tentang pendampingan OMK. Kini kita lanjut saja ya, perjumpaan Malaikat
dan Atnasus.
Atnasus: Piben kabarmu, Lai? Ana
apa maning kiye, tumben
Malaikat: Kabarre ya pasti
sehat lah Nas, kowen dewek piben kabare?
His daning bisa basa Brebes kowen
Lai, hebat nemen
Ya iya lah enyong memang hebat,
malaikat je. He he he….
Oh iya iya, pan ngomong basa apa
bae pasti bisa. Cuman egin ana sing kowen durung bisa
Halllaaah… orasah nyindir
maning, pasti urusan mendarat kan? Ngaku bae kowen, Nas.
Ha ha ha…. sukurlah yen kowen wis
ngarti. Mbok belajar lah piben mendarat sing bener. Awit mbiyen ka laka
perubahan. Kiye untung laka wong liya neng kene, yen ana dadi heboh ngko.
Egin mending lah Nas, enyong
bisa mabur, timbang kowen jajal bisa mabur ora?
Hallah, ora usah dijawab
pertanyaanmu, takon bae keliru, piben pan njawabbe. Langsung bae lah ana apa
kiye? Enyong lagi liburan mbok samperin. Pan mbein hadiah natal apa piben?
Biasaaaaa… aku penasaran nih
kayaknya kamu lagi ada sesuatu dengan
OMK di paroki Santa Maria Fatima sini, iya kan?
His daning kowen ngerti sih,
hebat nemen sung.
Sapa ndisit sih, akuuu….
Oh iya iya….
Halllah kowen, takon bae
keliru, Nas
Maksudde, yen kowen wis ngerti,
ya ora usah takon maning Lai, kaya kuwe…
Wah kena maning. Wis lah ora
sah diterusna, mending kita ngobrol-ngobrol lagi Nas. Jagongan neng ngendi sing
penak?
Kyeh neng teras samping gereja
bae, sapa ngerti ana mukjizat Lai.
Heh, mukjizat apa Nas? Kayong
bikin penasaran?
Mukjizat penyembuhan
Penyembuhan piben?
Misalle nyembuhna penyakit
benjol-benjol
Huh, sialan kowen, kupikir apa.
Wis lah ora usah dibahas maning Nas urusan kuwe, bikin malu bae..
Eh, malaikat duwe isin ya, he he
he… iya lah.
Tak
lama mereka berdua sudah duduk di teras gereja yang nyaman itu. Dari balik
sayapnya malaikat mengeluarkan termos berisi wedang jahe beserta 2 buah cangkir
imut. Setelah menuang di kedua cangkir dan menyeruput wedang jahe yang wanginya
berkobar itu, malaikat mengeluarkan pula sepiring mendoan dari sayap satunya.
Baunya sedep dengan hangat yang pas untuk disantap, mak nyus tenan.
Jadi lagi apa nih Nas. Serius
nih aku, penasaran sih lagi liburan natal kok kamu masih sempat-sempatnya bikin
acara OMK.
Tepatnya sih bukan bikin acara, Lai,
tapi menyukseskan acara bae. Ceritane kan OMK Paroki Santa Maria Fatima jadi
tuan rumah temu mini OMK Dekanat Utara, nah enyong diminta jadi salah satu
fasilitator, kaya kuwe, Lai.
Temu mini? Ana-ana bae OMK
nggawe acara; tapi asyik juga sih ketonne. Dulu kowen kan terlibat neng temu
akbar, saiki ana temu mini. Tapi bisa nggak dijelasna maning piben kuwe temu
mini, Nas?
Gini bae, kusampaikanaa beberapa
hal prinsip sesuai proposal dari panitiane ya, Lai, biar jelas sekalian.
Oh iya, yen ana ya baik sekali
kuwe.
Ke temu Mini
Nih salinan proposalnya, tentang
temu mini ndisit ya?
Kegiatan Temu Mini merupakan kesepakatan Kaum Muda Dekenat Utara
Keuskupan Purwokerto untuk secara rutin dan intens bertemu satu sama Lain.
Kebersamaan ini muLai terjalin Oktober 2008 dengan Temu Raya OMK di Paroki St.
Lukas Pemalang yang pada waktu itu menyepakati pertemuan rutin dua tahunan.
Kemudian pada Januari 2011 pertemuan berlanjut di Paroki St. Yusuf Batang yang
menyepakati pertemuan rutin satu tahunan. Dan akhirnya pada pertemuan bulan
Juni 2011 di Paroki Hati Kudus Yesus tegal dinyatakan bahwa OMK Dekenat Utara
akan mengadakan pertemuan dua kali setahun, yaitu :
1. TEMU MINI
Yaitu
pertemuan yang dibuat dengan peserta dari setiap paroki masing-masing maksimal
20 peserta dan berlangsung minimal sehari dan maksimal sehari-semalam. Temu
mini dilaksanakan setiap bulan Januari secara bergilir diantara 4 Paroki, yaitu
Brebes, Slawi, Batang dan Limpung.
2. TEMU RAYA
Yaitu
pertemuan yang dibuat dengan peserta dari setiap paroki masing-masing maksimal
50 peserta dan berlangsung minimal sehari-semalam dan maksimal tiga hari dua
malam. Temu Raya dilaksanakan setiap bulan Juni/Juli secara bergilir diantara 4
Paroki, yaitu Tegal, Pemalang, Mejasem dan Pekalongan.
Oh gitu tho, maksudde temu
mini, sip lah. Trus tentang temu mini 2014 kali ini di Brebes, piben kuwe
ceritane?
Dimulai dari pendahuluan ya,
soalle neng proposal ditulis gitu sih. Kalau kupikir sih lebih merupakan
keprihatinan, Lai.
PENDAHULUAN
Melihat perkembangan dan aktualisasi kaum muda katolik pada
kehidupan menggereja dewasa ini dirasakan masih jauh dari harapan yang ideal,
yang diidam-idamkan untuk menjawab berbagai kebutuhan Gereja. Sementara Gereja
Katolik berharap begitu besar kaum mudanya mampu bertumbuh dan berkembang
secara berkesinambungan dari generasi ke generasi berikutnya dengan mewarisi
Iman Katolik.
Berbicara mengenai tugas dan tanggung jawab kaum muda katolik
sudah semestinya kaum muda juga ikut memikirkan berbagai realitas kehidupan
menggereja yang saat ini harus terjawab karena menjadi sebuah kebutuhan. Kaum
muda katolik tidak hanya secara pribadi menjadi pewaris nilai Iman Katolik,
namun juga harus mampu berkembang bersama baik dengan generasi dibawahnya,
sebayanya ataupun diatasnya dalam kehidupan menggereja.
Dewasa ini model pendampingan kaum muda katolik yang tersusun
secara sistematis dan menarik serta mengarah pada penguatan nilai Iman Katolik
masih minim. Hal ini menjadi sesuatu yang menarik sekaligus tantangan bagi kaum
muda katolik.
Untuk itu, penting dan mendesak sekali kaum muda katolik diajak
bersama-sama merembug dan menuangkan ide-ide kreatif seputar pendampingan pada
PPA/OMK sehingga terformulasi model pendampingan yang baik yang dapat menjawab
kebutuhan kaum muda dan gereja.
Oh gitu ya, trus dari
keprihatinan kuwe OMK mau menyikapinya dengan kepriben, Nas? Di proposal ada
juga?
Ada, Lai, durung rampung kuwe.
Dadi, latar belakang kegiatan temu mini kali ini ditegaskan kaya kiye:
a. Situasi
Kaum Muda Katolik Dekanat Utara yang membutuhkan semangat terus menerus melalui
pertemuan rutin baik dalam satu paroki maupun antar paroki.
b. Kebutuhan
kaum muda untuk berkumpul bersama saudara seiman untuk saling menguatkan satu
sama Lain.
c. Keprihatinan
yang terungkap dalam Musyawarah Pastoral Keuskupan Purwokerto 2012 mengenai
iman yang belum berakar, hidup dan berkembang dalam diri umat.
d. Perlunya
membekali kaum muda dengan berbagai model pendampingan dan serangkaian
pengalaman mendampingi PPA/OMK yang dapat diterapkan di parokinya
masing-masing.
e. Perlunya
penanaman nilai-nilai budaya lokal dan nilai pewartaan/katekese yang kini muLai
diabaikan dan dinomorduakan oleh Kaum Muda Katolik.
Rumusanne dahsyat, Terus apa
maning, Nas?
Trus begini Lai
Berlatar belakang situasi itulah Temu Mini Orang Muda Katolik
Dekenat Utara Keuskupan Purwokerto 2014 mengangkat tema : ”Beriman, Berkumpul, Belajar, Berkembang Bersama.“ Diharapkan
melalui tema ini, kaum muda dapat ikut peduli dan berkembang bersama menjadi
pribadi yang beriman Katolik.
Wow, luar biasa. Jadi yen
kucermati ada keprihatinan kerinduan untuk lebih beriman, saling bertemu dan
berkembang bareng.
Yup, bener sekali, pinter nemen
kowen Lai.
Lah wong kowen wis njelasna
dengan gamblang masa enyong ora mudeng sih. Tapi aja GeeR ndisit, Nas, bukan
karena penjelasanmu sing nggawe mudeng, tapi memang rumusan panitia sing memang
wis asyik. Ngomong-omong kegiatan sing direncanakna karo apik kuwe maksud lan
tujuanne apa sih.
Maksudmu?
Lha, biasa lah Nas, wong enom,
kadang pinter merumuskan masalah, tapi kedodoran dalam menyelesaikannya dalam
rumusan harapannya. Dadi pinter prihatin tapi membuat harapanne kebingungan.
Hah, aku malah bingung dengan
penjelasanmu Lai. Tapi kaya kiye bae, Lai, sesuai proposal ada kok maksud dan
tujuan kegiatan temu mini kali ini, kyeh…
Kegiatan
ini dimaksudkan agar :
a. Orang
Muda Katolik dekanat utara peka terhadap keprihatinan dan realitas gereja dan
masyarakat.
b. Orang
Muda Katolik Dekanat Utara mampu berperan aktif menjawab keprihatinan Gereja
dengan berkegiatan yang mengedepankan nilai-nilai budaya local dan nilai
pewartaan/katekese.
Dengan bertujuan :
a. Mengumpulkan Kaum Muda
Katolik dari seluruh paroki di wilayah Dekenat Utara Keuskupan Purwokerto.
b. Membekali Pengurus OMK
dengan berbagai model pendampingan terhadap PPA/OMK dalam seminar sederhana dan
pengalaman langsung mendampingi.
c. Melalui berkegiatan mampu mengedepankan
nilai-nilai budaya lokal dan nilai pewartaan/katekese.
Mengko ndisit Nas. Maksud,
tujuan, kayane mirip-mirip ya, bedane apa sih? Kan memang sering neng proposal
ada poin maksud dan tujuan, tapi enyong egin bingung nih, dua hal itu memang
beda pengertian apa sebenerre pada bae?
Hmmmm…. Maksud, tujuan. Menurutku
sih memang beda Lai. Maksud kuwe mengacu pada sesuatu ideal yang hendak
dicapai, ralatif abstrak, mirip dengan visi lah. Sedangkan tujuan kegiatan ya,
hal kongkrit yang bisa langsung dicapai ketika berkegiatan; ini merupakan
sasaran operasional jangka pendek.
Kaya sing neng proposal kuwe ya
contohnya. Tak renungkan ndisit ya Nas, soalle ben ora keder.
Iya, renungkanlah Nas. Memang
kita harus bisa sih merumuskan sesuatu dengan jernih dalam merencanakan suatu
kegiatan. Ini juga pembelajaran untuk OMK kita. Bagaimana memotret
keprihatinan, merumuskan kegiatan beserta parameter yang jelas. Ini merupakan
suatu kecerdasan organiassi, Lai. Jika merumuskan saja belepotan, gimana mau
berkegiatan, pasti berpotensi kacau. Iya apa iya, Lai?
Masuk akal, masuk akal Nas. OMK
kita perlu bisa berpikir secara jernih, kuwe poinne kan?
Yup, pinter nemen kowen Lai.
Hallah, kaya kuwe thok ka,
gampang nemen oh. Eh, trus pesertane sapa bae Nas?
Peserta
adalah Wakil Kaum Muda Katolik dari seluruh paroki di Dekenat Utara Keuskupan
purwokerto sejumlah 104 orang, dengan
perincian :
A. Paroki
tamu masing-masing 10 peserta (5 Pengurus OMK dan 5 anggota aktif) dan 2
pendamping.Paroki tamu yang dimaksud adalah:
1. Paroki
St. Yusuf Batang,
2. Paroki
St. Yoseph Mejasem,
3. Paroki
St. Lukas Pemalang,
4. Paroki
St. Petrus Pekalongan,
5. Paroki
St. Maria Immaculata Slawi,
6. Paroki
Hati Kudus Yesus Tegal, dan
7. Paroki
Gembala Yang Baik Limpung.
B. Paroki
tuan rumah, yaitu Paroki St. Maria Fatima Brebes mempunyai hak istimewa untuk
menyertakan 20 peserta.
Oh, kaya kuwe ya. 104 peserta,
lumayan akeh ya. Trus kapan kegiatanne Nas?
Rencana sih Sabtu 4 Januari 2014
muLai pukul 9 pagi sampai 5 sore, berlokasi di kompleks Gereja St. Maria Fatima
Brebes
Lho, kok mulaine pukul 9 pagi
sih, apa nggak kesiangen, Nas?
Itu karena peserta datang dari
berbagai daerah, Lai. Yang paling jauh dari Limpung, sekitar 4 jam perjalanan
dari Brebes. Maka untuk menyiasati hal tersebut, kegiatan dimulai pukul 9 pagi.
Jadwal selengkape gini, Lai
Sebelum
pkl 08.30 tentu semua panitia dan OMK tuan rumah sudah siap sedia
08.30-09.00 Ã Registrasi, foto
09.00-09.30 Ã Pembukaan
09.30-12.30 Ã Tampilan model pendampingan dari tiap paroki (sesi
I)
12.30-13.00 Ã maem siang
13.00-14.00 Ã Tampilan model pendampingan dari tiap paroki (sesi
II)
14.00-16.00 Ã Seminar model pendampingan
16.00-17.00 Ã Misa penutup, selesai
Oh, begitu ya… trus di proposal
ada apa lagi ya, kalo sepengetahuanku sih itu sudah mencukupi; sesuai prinsip 5
W 1 H: What, Why, Where, Who, When, dan How. Oh iya How-ne, Bagaimana-ne durung
ana, maksudde bagaimana kegiatan tersebut akan dilaksanakan.
Kan sudah ada jadwalnya, Lai.
Tapi ada juga lho beberapa item lain di proposal yang kuterima.
Apa bae kuwe, Nas?
Kyeh
INDIKATOR KEBERHASILAN
1. 75
% dari yang diharapkan datang mengikuti kegiatan tersebut.
2. 75
% dari peserta terlibat secara aktif dalam rangkaian acara yang diadakan (muLai
dari mengkonsep model pendampingan hingga akhir Temu Mini)
3. 75
% dari peserta mendapatkan informasi mengenai berbagai model pendampingan
(melalui seminar dan pengalaman bersama)
4. 75
% dari peserta mempunyai pengalaman berjumpa dan berelasi dengan teman dari
paroki Lain.
5. 75
% dari peserta mengikuti perayaan ekaristi yang diadakan.
MODEL DAN METODE
1. Pemberian
materi lomba dan mengalami model pendampingan pada PPA/OMK.
2. Seminar
mengenai model pendampingan yang efektif pada PPA/OMK.
3. Dinamika
kelompok (games yang berkaitan)
4. Refleksi
dan pengolahan secara kelompok maupun pribadi.
5. Perayaan
ekaristi.
MATERI KEGIATAN
Temu
Mini 2014 berbentuk pertemuan 1 hari dengan beberapa fokus perhatian :
1. Model
pendampingan pada PPA/OMK yang baik, yang berakar pada nilai-nilai budaya
lokal, pewartaan (katekese) dan mengangkat potensi diri individu maupun
kelompok.
2. Team
Building
3. Memfungsikan
kelompok OMK di tiap-tiap paroki.
Wah wah wah wah, lengkap nemen
proposalle, pasti ana lampiran sapa bae panitiane karo rencana anggaran
biayane.
Jelang dos, eh, jelas dong, tapi
ora usah lah dijelasna ya. Standar neng endi-endi ya kaya kuwe lah, kowen
ngerti kan maksude, Lai?
Iya ngerti lah, Nas. Ora sah
dijelasna lah. Enyong sih penasaraan karo konten materine, karo kowen terlibat
neng endine.
Kasih tau nggak ya?
Halllah orasah kaya kuwe lah,
cepet jelasna… ora sah muter-muter Nas.
Idih, daning sewot kowen Lai,
pengen ngerti belih?
Eh, pengen sih, tapi cepet lah
enyong egin akeh acara kyeh. Maklum tahun baruan, akeh sing kudu dikontrol, he
he he…
Iya lah, Lai. Sing gampang ndisit
ya, enyong diajak dadi salah satu juri lomba model pendampingan pada PPA/OMK
karo ngisi seminarre.
Hmmm… wis kuduga. Trus tentang
materine piben?
Hmmm…. Materine menarik, bahanne
akeh, Tapi molai saka endi ya?
Kaya kiye bae, tentang temu
mini lan rancangan acarane kupikir wis cukup jelas. Mending kowen jelasna bae
piben kuwe tema pertemuanne bisa diejawantahkan sehingga tujuan seperti yang
tertulis neng proposal bisa tercapai.
Hmmm…. Trus
Toli kowen cerita bae,
kira-kira model pendampingan nggo PPA/ OMK sing asyik kuwe kepriben. Wis loro
kuwe mau, Nas.
Ketonne loro, Lai, tapi yen
dijlentrehna bisa akeh nemen.
Ya terserah kowen lah sing
luwih ngerti Lai. Intine enyong adoh-adoh mene pengen ngerti bae piben sih
pendampingan wong enom Katolik sing pas kuwe.
Ya wis ya wis gampang lah mengko
tak aturre, tapi ngomong-omong kuwe mendoanne kari loro, wis anyep pula, bisa
ora nambah maning mendoanne.
Gampaaaaang…
Lalu
tiba tiba malaikat berkelebat mak jegagik terbang melesat ke angkasa megepakkan
sayapnya dengan semangat sampai Atnasus terjengkang kaget. “Woiii… pan maring
endi Lai” teriak Atnasus yang lalu tak dijawab sang malaikat karena sudah
kelewat tinggi terbang. “Dasar malekat ugal-ugalan, pan mabur ora
ngomong-omong, bikin kaget bae” gerutu Atnasus. “Mending enyong njukut
berkas-berkas ngdisit lah karo nunggu si Lai.” Lalu Atnasus berjalan menuju
kantor dewan paroki untuk mengambil semap berkas.
“Gubrak!!!!”
terdengar suara nyaring yang mengagetkan Atnasus. “Aduh, pasti si malaikat itu
lagi, apa maning kiye keributan sing digawe, gawat” lalu dia berlari menuju
sumber suara. Ternyata di depan gereja kini ada gerobak mendoan yang masih
bergoyang-goyang, sementara mamang penjualle ada disamping dengan kaki
gemeretekan ketonne karena ngeri. “Hei, apa maning Lai” seru Atnasus. “Kiye,
jare pengein mendoan maning, kiye tak gawakna.” Senyum bangga si malaikat
seakan baru saja memenangkan lotere milyaran rupiah. “Iya, tapi ora kaya kuwe nemen sih. Gerobakke
ora sah mbok gawa mene, apa maning bakulle, Lai, Lai, kepriben donge sih. “He
he he… terlalu semangat Nas.” Bela si malaikat kali ini dengan cengar-cengir.
Lalu Atnasus membeli mendoan panas pada si bakul
yang masih gemeteran. “Wis, Lai, balekna maning oh.” Kata Atnasus santai. Namun
akibatnya, begitu malaikat bergerak menghampiri gerobak mendoan dan bakulnya,
si bakul sudah keburu pingsan alias semaput. Dia rupanya nggak kuat membayangkan
dibawa lagi terbang sekalian gerobaknya oleh si malaikat melesat di ketinggian
angkasa, hiiii…..
Usai
insiden bakul mendoan tuntas, artinya malaikat sudah mengembalikan gerobak dan
bakulnya entah ke mana; Atnasus dan malaikat kembali terlibat obrolan yang
asyik, kali ini ditemani mendoan yang masih kemepul panas, sedep nemen sung,
apalagi diceplus karo tengis.
Ke rangka tulisan
Nah, Nas, gimana sekarang
tentang ”Beriman, Berkumpul, Belajar, Berkembang Bersama.“ piben kuwwe
ceritane.
Kaya kine, Lai, enyong pan mbagi
neng 2 pasal bae. Pertama pan ngomentari karya tulis peserta, kedua tentang
piben carane OMK bisa Beriman, Berkumpul, Belajar, dan Berkembang Bersama.
Karya tulis? Apa maning kuwe?
Makane rungokna dhisit Lai,
sabar…
Iya iyaaaa, piben kuwe?
Begini, berdasarkan keprihatinan
seperti yang tadi sudah kita obrolkan, maka salah satu mata acara temu mini ini
adalah memperkaya pengetahuan dan pemahaman para peserta alias OMK akan
berbagai model pendampingan OMK atau putra putri altar/ PPA. Salah satu cara
tercerdas untuk mencapai pemahaman itu adalah peserta ya dilibatna dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan model
pendampingan tersebut. Sementara gitu, jelas, Lai?
Sangat jelas Nas, trus.
Sesuai kesepakatan, maka saat
temu mini nanti akan dilombakan model-model pendampingan yang sudah disiapkan
oleh peserta yang merupakan perwakilan 8 paroki. Nah, sebelum mereka pentas,
tiap peserta ngirimna tulisan atau sing mau tak sebut karya tulis tentang model
pendampingan yang akan ditampilna nanti, kaya kuwe maksudde, Lai.
Oooo… kaya kuwe, jelas jelas,
mudeng enyong. Dadi mereka sebelum hari H temu mini sudah nyiapna suatu model
kegiatan pendampingan PPA/ OMK, skenarione ditulis dan dikirimna lebih dulu.
Dan semua itu dibalut dalam nuansa lomba, kaya kuwe kan?
Pinter nemen donge kowen Lai. Sip
lah. Nah, berkas-berkas kiye sing tak gawa ini adalah karya tulis mereka. Pas
kowen teka mau, karo nggawa keributan, enyong lagi mbaca-mbaca berkas kiye
untuk nanti dikomentari.
Hmmm…. Gadi tambah penasaran,
apa bae sing ditulis para peserta itu. Olih ngerti belih enyong Nas?
Olih bae lah Lai. Kowen pengen
ngerti apane?
Pertama tentang latar
belakange, kuwe wis mbok jelasna mau, trus ya apa bae sing wis direncanakna tiap
peserta kuwe o, karo piben komentarme terhadap tulisan kuwe.
Konteksnya kaya kiye, karya tulis
ini mengko perlu direvisi setelah ditampilna. Harapannya sih ketika dikumpulkan
lagi bisa menjadi semacam panduan untuk mengisi acara-acara pertemuan OMK/ PPA.
Kaya modul ya?
Semacam itu lah, disebut modul
juga bisa. Modul plus yen enyong ngarani. Soalle nggawene nganggo proses sing
bisa dipertanggungjawabna sih.
Apa bae kuwe prosesse:
1.
Pertama,
ada keprihatinan awal yang dihayati dengan upaya sadar membuat modul model
pendampingan,
2.
Kedua,
tiap OMK paroki merencanakan suatu model pendampingan,
3.
Ketiga,
perencanaan tersebut dilengkapi dengan tulisan yang terstruktur,
4.
Keempat,
rencana tersebut akan dieksekusi saat temu mini nanti,
5.
Kelima,
tiap peserta akan mendapat umpan balik atas tulisan dan tampilannya, dan
6.
Keenam,
berdasarkan umpan balik, peserta memperbaiki karya tulis alias modul
pendampingan tersebut.
Wah, serius nemen yach jebulle,
tak kira sederhana. Tinggal duwe ide apa sing kira-kira mambu-mambu rohani, trus
ditampilna, jebule ka rumit.
Donge sih belih rumit Lai. Itu
kan proses yang wajar untuk mendapatkan sesuatu yang aplikatif. Di balik
sesuatu yang mbok sebut rumit tersebut sebenerre yen dijalani ya pasti penak
nggawene. Kuwe kabeh sing ngrancang para pendamping tiap paroki dan panitia
lho, hebat khan?
Hebat hebat sung, tapi luwih
hebat maning yen kowen jelasna kriteria model kuwe kepriben?
Oh, kaya kiye, panitia nyebutte KERANGKA
PENULISAN MODEL PENDAMPINGAN PPA/OMK
I. Pendahuluan
II. Latar
Belakang
III. Tujuan
IV. Model
Pendampingan
A. Judul/Tema
B. Tujuan
C. Nilai-Nilai
yang di tawarkan
D. Waktu
E. Bahan/Alat
F. Jumlah
Fasilitator dan Perannya
G. Jumlah
Peserta
H. Langkah-Langkah
Pendampingan
1. Pembukaan
2. Lagu
Pembukaan
3. Tanda
Salib
4. Kata
Pengantar
5. Dinamika
Kelompok/Model-Model Penyampaian Materi
6. Katekese
/ Pewartaan sesuai tema
7. Evaluasi
dan refleksi
8. Point
Belajar (Learning Point) yang di peroleh
9. Penutup
(Doa dan Tanda Salib)
V. PENUTUP
Wah, serius nemen yach jebulle,
tak kira sederhana. Tapiiii….
Tapi apa Lai?
Ketonne kok terlalu ilmiah ya?
Apa pancen format terbaik kuwe seperti itu Nas?
Enyong belih ngerti piben
prosesse sehingga panitia membuat format semacam itu, namun enyong meyakini itu
adalah format terbaik yang dipikirkan sehingga patut dicobakan dalam kegiatan
temu mini ini. Tentu saja naif mengatakan bahwa ada satu format terbaik dalam
menuliskan suatu model pendampingan. Namun intinya khan gini, semua tak lepas
dari apa sih yang ingin dituju dari suatu penulisan? Termasuk penulisan modul
model pendampingan ini. Coba, apa nurutmu Lai tujuan tulisan tersebut?
Hmmm…. Nurutku sih yang
praktis-praktis saja ya, boleh?
Boleeeehhh…. Apa sih yang nggak
boleh untuk malaikat sepertimu, Lai?
Heh, jadi pengen malu nih.
Sudahlah, apa nurutmu?
Kumpulan tulisan model
pendampingan itu akan digunakan sebagai sumber inspirasi bagi kelompok OMK Lain
dalam membuat berbagai kegiatan pertemuan OMK. Intinya, dengan membaca tulisan
atau modul tersebut, orang Lain bisa juga membuat acara yang serupa. Begitukah
Nas?
Betul sekali, pinter nemen sih
kowen saiki, Lai. Namun yang lebih penting itu tidak sekedar orang lain membuat
acara yang serupa atau mirip, tetapi nilai-nilainya tetap bisa tersampaikan
secara baik. Itulah sebabnya formatnya lumayan detil, Lai. Salah satunya supaya
yang akan meniru bisa lebih persis memersiapkan diri, mulai dari urusan teknis
sampai pesan-pesan atau learning point yang ditargetkan.
Ya ya ya mudeng enyong Nas.
Sekarang kepriben hasil sing dikirim para peserta kuwe?
Penasaran ni yeeee….
Ya iya lah, gagiyan, apa bae
model sing direncanakna para peserta kuwe?
Sabaaarrr Lai. Enyong ora pan
ngomentari semua aspek, tapi njukut poin-poine bae secara menyeluruh, lagipula
kiye kan nembe tulisan pertama, mengko egin pan disempurnakan maning. Sebenerre
lumayan abot juga lho ngomentari hal-hal kaya kuwe, kecuali ketemu langsung
karo sing nggawe; tapi tak jajal ndisit lah. Soalle khan tujuan mereka nggawe
tulisan supaya bisa dienggo maning, yen misalle kita-kita sing mbaca bae pada
bingung, kepriben pan diterapna? Bener belih Lai?
Bener-bener Nas. Artinya ketika
yang mereka tulis itu informatif maka peluang untuk menduplikasi kegiatannya
sangat terbuka lebar.
Nah, iya, kaya kuwe maksudde,
Lai. Ben ora mumet, pertama-tama tak gawe matriks kedelapan modul model tadi
ya. Tidak semua aspek kumasukkan, tapi cukup 5 bae yang krusial; walau
sebenranya semua aspek itu pasti mestinya saling terkait dan dukung mendukung.
Apa bae 5 aspek kuwe, Nas?
1.
Judul/
tema; kiye jelas lah ya nggo acuan semua yang nanti menyertainya.
2.
Tujuan;
kiye juga jelas mestine oh, tujuan ini khan nggo parameter keberhasilan.
3.
Nilai-nilai;
sebagai isi atau dagingnya lah istilahe.
4.
Dinamika;
sebagai hal yang mungkin paling dominan diingat oleh peserta, dan terakhir
5.
Katekese;
ini sebagai roh yang membedakan antara kegiatan yang profan atau rohani.
Kaya kuwe ya?
Iya kaya kuwe Lai, disederhanakan
bae ben belih mumet. Soalle kakeyan aspek apa maning sing pada atau mirip-mirip
malah bisa bikin kabur esensi.
Trus…
Terus terus bae, kiye ndisit kon
baca ringkasanne.
Neng endi?
Pokokke goleti dewek lah ya.
____________BERSAMBUNG_______________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar