Sabtu, 11 Januari 2014

K E P R I B E N __Bagian I



Ketemu Maning
Siuuutttt….. si Lai kali ini kembali meluncur turun dari ketinggian angkasa di atas kota Brebes Jawa Tengah. Kalau dia meluncur ke bumi, kemungkinan besar ada sesuwatu yang sesuwatu banget baginya, apa itu ya?
Lai dengan lincah meliuk-liuk menghindari awan-awan putih yang menggumpal membentuk berbagai macam kemiripan dengan obyek-obyek yang ada di bumi. Usai menghindari awan berbentuk tomat, buldoser dan terakhir kacamata, Lai akhirnya bebas memandang hamparan sawah yang sebagian besar lagi diseliputi tanaman bawang. Maklumlah, Kabupaten Brebes terkenal dengan bawang merahnya, tak ayal karena memang sebagian besar petani di sana adalah petani bawang.
Lai tambah semangat menukik di atas hamparan sawah menghijau bak permadani mulus itu. Mulus itu jika kelihatan dari angkasa, kalo didekati ya kelihatan nggak rata; maklum namanya juga sawah, Bro. Kepakan sayapnya sesekali digunakan untuk mengarahkan tubuhnya menuju satu bangunan besar di pinggiran kota Brebes. Menara lonceng sudah kelihatan, “Ahaiiii…!!! itu dia!!”  pekik Lai kegirangan seolah menemukan sesuatu yang mengasyikkan.
“Braakkk…” malaikat tersungkur saat mendarat dan dengan sukses tubuhnya menyerbu tong sampah yang berdiam manis di sudut Gereja Santa Maria Fatima Brebes. “Klontang…. Tang..!!” disusul bunyi tong sampah yang kemlontang mengguling di paving halaman gereja paroki itu. “Hadhuh…. Aduhhh…“ aduh malaikat yang agak kesakitan karena kakinya benjol terantuk sampah tong, eh, tong sampah itu.
Keseruan tersebut mengagetkan seseorang yang lagi duduk santai di depan gua maria yang ada di samping gereja. “Heh, apa kuwe!” serunya sambil beringsut menuju sumber suara. “Ini aku…. aduh aduh… benjol…” ringis malaikat yang terduduk sambil mengelus-elus tulang keringnya yang bengkak. “Oalah…. kowen ta, Lai….” Sapa orang tersebut yang kini sudah ada di samping malaikat. “Iya, Nas, he he he….” Jawab malaikat yang dipanggil Lai itu nyengir. “Huh, kebiasaan lama lagi… kapan sih kowen bisa mendarat dengan mulus, Lai? Awit mbiyen ka, yen mendarat ora klalen nggawe keributan. Jare malaikat, mendarat bae pating kedubrak ora karuan.” Bukannya ditolong dan dikasihani, Lai malah disemprot, sementara yang disindir hanya cengar-cengir, sebagian karena kesakitan. “He he he…. Sudahlah nggak usah dibahas tentang itu. Kita masuk ke pokok urusan saja, Nas.” Malaikat rupanya nggak mau memperpanjang urusan yang bagi mausia bisa dianggap memalukan. Terjatuh ketika mendarat dari langit ke bumi.
Oh ya, bagi teman-teman yang baru mengikuti kisah ini barangkali heran, kok sepertinya malaikat dan seseorang tadi sudah saling kenal. Benar, dalam kisah-kisah sebelumnya, kita bisa tahu bahwa mereka sudah beberapa  kali berjumpa untuk mengobrolkan sesuatu yang seru tentang pendampingan OMK. Kini kita lanjut saja ya, perjumpaan Malaikat dan Atnasus.
Atnasus: Piben kabarmu, Lai? Ana apa maning kiye, tumben


Malaikat: Kabarre ya pasti sehat lah Nas, kowen dewek piben kabare?
His daning bisa basa Brebes kowen Lai, hebat nemen
Ya iya lah enyong memang hebat, malaikat je. He he he….
Oh iya iya, pan ngomong basa apa bae pasti bisa. Cuman egin ana sing kowen durung bisa
Halllaaah… orasah nyindir maning, pasti urusan mendarat kan? Ngaku bae kowen, Nas.
Ha ha ha…. sukurlah yen kowen wis ngarti. Mbok belajar lah piben mendarat sing bener. Awit mbiyen ka laka perubahan. Kiye untung laka wong liya neng kene, yen ana dadi heboh ngko.
Egin mending lah Nas, enyong bisa mabur, timbang kowen jajal bisa mabur ora?
Hallah, ora usah dijawab pertanyaanmu, takon bae keliru, piben pan njawabbe. Langsung bae lah ana apa kiye? Enyong lagi liburan mbok samperin. Pan mbein hadiah natal apa piben?
Biasaaaaa… aku penasaran nih kayaknya kamu  lagi ada sesuatu dengan OMK di paroki Santa Maria Fatima sini, iya kan?
His daning kowen ngerti sih, hebat nemen sung.
Sapa ndisit sih, akuuu….
Oh iya iya….
Halllah kowen, takon bae keliru, Nas
Maksudde, yen kowen wis ngerti, ya ora usah takon maning Lai, kaya kuwe…
Wah kena maning. Wis lah ora sah diterusna, mending kita ngobrol-ngobrol lagi Nas. Jagongan neng ngendi sing penak?
Kyeh neng teras samping gereja bae, sapa ngerti ana mukjizat Lai.
Heh, mukjizat apa Nas? Kayong bikin penasaran?
Mukjizat penyembuhan
Penyembuhan piben?
Misalle nyembuhna penyakit benjol-benjol
Huh, sialan kowen, kupikir apa. Wis lah ora usah dibahas maning Nas urusan kuwe, bikin malu bae..
Eh, malaikat duwe isin ya, he he he… iya lah.
Tak lama mereka berdua sudah duduk di teras gereja yang nyaman itu. Dari balik sayapnya malaikat mengeluarkan termos berisi wedang jahe beserta 2 buah cangkir imut. Setelah menuang di kedua cangkir dan menyeruput wedang jahe yang wanginya berkobar itu, malaikat mengeluarkan pula sepiring mendoan dari sayap satunya. Baunya sedep dengan hangat yang pas untuk disantap, mak nyus tenan.
Jadi lagi apa nih Nas. Serius nih aku, penasaran sih lagi liburan natal kok kamu masih sempat-sempatnya bikin acara OMK.
Tepatnya sih bukan bikin acara, Lai, tapi menyukseskan acara bae. Ceritane kan OMK Paroki Santa Maria Fatima jadi tuan rumah temu mini OMK Dekanat Utara, nah enyong diminta jadi salah satu fasilitator, kaya kuwe, Lai.
Temu mini? Ana-ana bae OMK nggawe acara; tapi asyik juga sih ketonne. Dulu kowen kan terlibat neng temu akbar, saiki ana temu mini. Tapi bisa nggak dijelasna maning piben kuwe temu mini, Nas?
Gini bae, kusampaikanaa beberapa hal prinsip sesuai proposal dari panitiane ya, Lai, biar jelas sekalian.
Oh iya, yen ana ya baik sekali kuwe.
Ke temu Mini
Nih salinan proposalnya, tentang temu mini ndisit ya?
Kegiatan Temu Mini merupakan kesepakatan Kaum Muda Dekenat Utara Keuskupan Purwokerto untuk secara rutin dan intens bertemu satu sama Lain. Kebersamaan ini muLai terjalin Oktober 2008 dengan Temu Raya OMK di Paroki St. Lukas Pemalang yang pada waktu itu menyepakati pertemuan rutin dua tahunan. Kemudian pada Januari 2011 pertemuan berlanjut di Paroki St. Yusuf Batang yang menyepakati pertemuan rutin satu tahunan. Dan akhirnya pada pertemuan bulan Juni 2011 di Paroki Hati Kudus Yesus tegal dinyatakan bahwa OMK Dekenat Utara akan mengadakan pertemuan dua kali setahun, yaitu  :
1.  TEMU MINI
Yaitu pertemuan yang dibuat dengan peserta dari setiap paroki masing-masing maksimal 20 peserta dan berlangsung minimal sehari dan maksimal sehari-semalam. Temu mini dilaksanakan setiap bulan Januari secara bergilir diantara 4 Paroki, yaitu Brebes, Slawi, Batang dan Limpung.

2.  TEMU RAYA
Yaitu pertemuan yang dibuat dengan peserta dari setiap paroki masing-masing maksimal 50 peserta dan berlangsung minimal sehari-semalam dan maksimal tiga hari dua malam. Temu Raya dilaksanakan setiap bulan Juni/Juli secara bergilir diantara 4 Paroki, yaitu Tegal, Pemalang, Mejasem dan Pekalongan.

Oh gitu tho, maksudde temu mini, sip lah. Trus tentang temu mini 2014 kali ini di Brebes, piben kuwe ceritane?
Dimulai dari pendahuluan ya, soalle neng proposal ditulis gitu sih. Kalau kupikir sih lebih merupakan keprihatinan, Lai.
PENDAHULUAN
Melihat perkembangan dan aktualisasi kaum muda katolik pada kehidupan menggereja dewasa ini dirasakan masih jauh dari harapan yang ideal, yang diidam-idamkan untuk menjawab berbagai kebutuhan Gereja. Sementara Gereja Katolik berharap begitu besar kaum mudanya mampu bertumbuh dan berkembang secara berkesinambungan dari generasi ke generasi berikutnya dengan mewarisi Iman Katolik.
Berbicara mengenai tugas dan tanggung jawab kaum muda katolik sudah semestinya kaum muda juga ikut memikirkan berbagai realitas kehidupan menggereja yang saat ini harus terjawab karena menjadi sebuah kebutuhan. Kaum muda katolik tidak hanya secara pribadi menjadi pewaris nilai Iman Katolik, namun juga harus mampu berkembang bersama baik dengan generasi dibawahnya, sebayanya ataupun diatasnya dalam kehidupan menggereja.
Dewasa ini model pendampingan kaum muda katolik yang tersusun secara sistematis dan menarik serta mengarah pada penguatan nilai Iman Katolik masih minim. Hal ini menjadi sesuatu yang menarik sekaligus tantangan bagi kaum muda katolik.
Untuk itu, penting dan mendesak sekali kaum muda katolik diajak bersama-sama merembug dan menuangkan ide-ide kreatif seputar pendampingan pada PPA/OMK sehingga terformulasi model pendampingan yang baik yang dapat menjawab kebutuhan kaum muda dan gereja.
Oh gitu ya, trus dari keprihatinan kuwe OMK mau menyikapinya dengan kepriben, Nas? Di proposal ada juga?
Ada, Lai, durung rampung kuwe. Dadi, latar belakang kegiatan temu mini kali ini ditegaskan kaya kiye:
a.  Situasi Kaum Muda Katolik Dekanat Utara yang membutuhkan semangat terus menerus melalui pertemuan rutin baik dalam satu paroki maupun antar paroki.
b.  Kebutuhan kaum muda untuk berkumpul bersama saudara seiman untuk saling menguatkan satu sama Lain.
c.  Keprihatinan yang terungkap dalam Musyawarah Pastoral Keuskupan Purwokerto 2012 mengenai iman yang belum berakar, hidup dan berkembang dalam diri umat.
d.  Perlunya membekali kaum muda dengan berbagai model pendampingan dan serangkaian pengalaman mendampingi PPA/OMK yang dapat diterapkan di parokinya masing-masing.
e.  Perlunya penanaman nilai-nilai budaya lokal dan nilai pewartaan/katekese yang kini muLai diabaikan dan dinomorduakan oleh Kaum Muda Katolik.

Rumusanne dahsyat, Terus apa maning, Nas?
Trus begini Lai
Berlatar belakang situasi itulah Temu Mini Orang Muda Katolik Dekenat Utara Keuskupan Purwokerto 2014 mengangkat tema : ”Beriman, Berkumpul, Belajar, Berkembang Bersama.“ Diharapkan melalui tema ini, kaum muda dapat ikut peduli dan berkembang bersama menjadi pribadi yang beriman Katolik.
Wow, luar biasa. Jadi yen kucermati ada keprihatinan kerinduan untuk lebih beriman, saling bertemu dan berkembang bareng.
Yup, bener sekali, pinter nemen kowen Lai.
Lah wong kowen wis njelasna dengan gamblang masa enyong ora mudeng sih. Tapi aja GeeR ndisit, Nas, bukan karena penjelasanmu sing nggawe mudeng, tapi memang rumusan panitia sing memang wis asyik. Ngomong-omong kegiatan sing direncanakna karo apik kuwe maksud lan tujuanne apa sih.
Maksudmu?
Lha, biasa lah Nas, wong enom, kadang pinter merumuskan masalah, tapi kedodoran dalam menyelesaikannya dalam rumusan harapannya. Dadi pinter prihatin tapi membuat harapanne kebingungan.
Hah, aku malah bingung dengan penjelasanmu Lai. Tapi kaya kiye bae, Lai, sesuai proposal ada kok maksud dan tujuan kegiatan temu mini kali ini, kyeh…
Kegiatan ini dimaksudkan agar  :
a.  Orang Muda Katolik dekanat utara peka terhadap keprihatinan dan realitas gereja dan masyarakat.
b.  Orang Muda Katolik Dekanat Utara mampu berperan aktif menjawab keprihatinan Gereja dengan berkegiatan yang mengedepankan nilai-nilai budaya local dan nilai pewartaan/katekese.
Dengan bertujuan  :
a.  Mengumpulkan Kaum Muda Katolik dari seluruh paroki di wilayah Dekenat Utara Keuskupan Purwokerto.
b.  Membekali Pengurus OMK dengan berbagai model pendampingan terhadap PPA/OMK dalam seminar sederhana dan pengalaman langsung mendampingi.
c.  Melalui berkegiatan mampu mengedepankan nilai-nilai budaya lokal dan nilai pewartaan/katekese.
Mengko ndisit Nas. Maksud, tujuan, kayane mirip-mirip ya, bedane apa sih? Kan memang sering neng proposal ada poin maksud dan tujuan, tapi enyong egin bingung nih, dua hal itu memang beda pengertian apa sebenerre pada bae?
Hmmmm…. Maksud, tujuan. Menurutku sih memang beda Lai. Maksud kuwe mengacu pada sesuatu ideal yang hendak dicapai, ralatif abstrak, mirip dengan visi lah. Sedangkan tujuan kegiatan ya, hal kongkrit yang bisa langsung dicapai ketika berkegiatan; ini merupakan sasaran operasional jangka pendek.
Kaya sing neng proposal kuwe ya contohnya. Tak renungkan ndisit ya Nas, soalle ben ora keder.
Iya, renungkanlah Nas. Memang kita harus bisa sih merumuskan sesuatu dengan jernih dalam merencanakan suatu kegiatan. Ini juga pembelajaran untuk OMK kita. Bagaimana memotret keprihatinan, merumuskan kegiatan beserta parameter yang jelas. Ini merupakan suatu kecerdasan organiassi, Lai. Jika merumuskan saja belepotan, gimana mau berkegiatan, pasti berpotensi kacau. Iya apa iya, Lai?
Masuk akal, masuk akal Nas. OMK kita perlu bisa berpikir secara jernih, kuwe poinne kan?
Yup, pinter nemen kowen Lai.
Hallah, kaya kuwe thok ka, gampang nemen oh. Eh, trus pesertane sapa bae Nas?
Peserta adalah Wakil Kaum Muda Katolik dari seluruh paroki di Dekenat Utara Keuskupan purwokerto sejumlah 104  orang, dengan perincian  :
A.  Paroki tamu masing-masing 10 peserta (5 Pengurus OMK dan 5 anggota aktif) dan 2 pendamping.Paroki tamu yang dimaksud adalah:
1.  Paroki St. Yusuf Batang,
2.  Paroki St. Yoseph Mejasem,
3.  Paroki St. Lukas Pemalang,
4.  Paroki St. Petrus Pekalongan,
5.  Paroki St. Maria Immaculata Slawi,
6.  Paroki Hati Kudus Yesus Tegal, dan
7.  Paroki Gembala Yang Baik Limpung.
B.  Paroki tuan rumah, yaitu Paroki St. Maria Fatima Brebes mempunyai hak istimewa untuk menyertakan 20 peserta.
Oh, kaya kuwe ya. 104 peserta, lumayan akeh ya. Trus kapan kegiatanne Nas?
Rencana sih Sabtu 4 Januari 2014 muLai pukul 9 pagi sampai 5 sore, berlokasi di kompleks Gereja St. Maria Fatima Brebes
Lho, kok mulaine pukul 9 pagi sih, apa nggak kesiangen, Nas?
Itu karena peserta datang dari berbagai daerah, Lai. Yang paling jauh dari Limpung, sekitar 4 jam perjalanan dari Brebes. Maka untuk menyiasati hal tersebut, kegiatan dimulai pukul 9 pagi.
Jadwal selengkape gini, Lai
Sebelum pkl 08.30 tentu semua panitia dan OMK tuan rumah sudah siap sedia
08.30-09.00     à Registrasi, foto
09.00-09.30     à Pembukaan
09.30-12.30     àTampilan model pendampingan dari tiap paroki (sesi I)
12.30-13.00     à maem siang
13.00-14.00     à Tampilan model pendampingan dari tiap paroki (sesi II)
14.00-16.00     à Seminar model pendampingan
16.00-17.00     à Misa penutup, selesai

Oh, begitu ya… trus di proposal ada apa lagi ya, kalo sepengetahuanku sih itu sudah mencukupi; sesuai prinsip 5 W 1 H: What, Why, Where, Who, When, dan How. Oh iya How-ne, Bagaimana-ne durung ana, maksudde bagaimana kegiatan tersebut akan dilaksanakan.
Kan sudah ada jadwalnya, Lai. Tapi ada juga lho beberapa item lain di proposal yang kuterima.
Apa bae kuwe, Nas?
Kyeh
INDIKATOR KEBERHASILAN
1.  75 % dari yang diharapkan datang mengikuti kegiatan tersebut.
2.  75 % dari peserta terlibat secara aktif dalam rangkaian acara yang diadakan (muLai dari mengkonsep model pendampingan hingga akhir Temu Mini)
3.  75 % dari peserta mendapatkan informasi mengenai berbagai model pendampingan (melalui seminar dan pengalaman bersama)
4.  75 % dari peserta mempunyai pengalaman berjumpa dan berelasi dengan teman dari paroki Lain.
5.  75 % dari peserta mengikuti perayaan ekaristi yang diadakan.
MODEL DAN METODE
1.  Pemberian materi lomba dan mengalami model pendampingan pada PPA/OMK.
2.  Seminar mengenai model pendampingan yang efektif pada PPA/OMK.
3.  Dinamika kelompok (games yang berkaitan)
4.  Refleksi dan pengolahan secara kelompok maupun pribadi.
5.  Perayaan ekaristi.
MATERI KEGIATAN
Temu Mini 2014 berbentuk pertemuan 1 hari dengan beberapa fokus perhatian  :
1.  Model pendampingan pada PPA/OMK yang baik, yang berakar pada nilai-nilai budaya lokal, pewartaan (katekese) dan mengangkat potensi diri individu maupun kelompok.
2.  Team Building
3.  Memfungsikan kelompok OMK di tiap-tiap paroki.
Wah wah wah wah, lengkap nemen proposalle, pasti ana lampiran sapa bae panitiane karo rencana anggaran biayane.
Jelang dos, eh, jelas dong, tapi ora usah lah dijelasna ya. Standar neng endi-endi ya kaya kuwe lah, kowen ngerti kan maksude, Lai?
Iya ngerti lah, Nas. Ora sah dijelasna lah. Enyong sih penasaraan karo konten materine, karo kowen terlibat neng endine.
Kasih tau nggak ya?
Halllah orasah kaya kuwe lah, cepet jelasna… ora sah muter-muter Nas.
Idih, daning sewot kowen Lai, pengen ngerti belih?
Eh, pengen sih, tapi cepet lah enyong egin akeh acara kyeh. Maklum tahun baruan, akeh sing kudu dikontrol, he he he…
Iya lah, Lai. Sing gampang ndisit ya, enyong diajak dadi salah satu juri lomba model pendampingan pada PPA/OMK karo ngisi seminarre.
Hmmm… wis kuduga. Trus tentang materine piben?
Hmmm…. Materine menarik, bahanne akeh, Tapi molai saka endi ya?
Kaya kiye bae, tentang temu mini lan rancangan acarane kupikir wis cukup jelas. Mending kowen jelasna bae piben kuwe tema pertemuanne bisa diejawantahkan sehingga tujuan seperti yang tertulis neng proposal bisa tercapai.
Hmmm…. Trus
Toli kowen cerita bae, kira-kira model pendampingan nggo PPA/ OMK sing asyik kuwe kepriben. Wis loro kuwe mau, Nas.
Ketonne loro, Lai, tapi yen dijlentrehna bisa akeh nemen.
Ya terserah kowen lah sing luwih ngerti Lai. Intine enyong adoh-adoh mene pengen ngerti bae piben sih pendampingan wong enom Katolik sing pas kuwe.
Ya wis ya wis gampang lah mengko tak aturre, tapi ngomong-omong kuwe mendoanne kari loro, wis anyep pula, bisa ora nambah maning mendoanne.
Gampaaaaang…
Lalu tiba tiba malaikat berkelebat mak jegagik terbang melesat ke angkasa megepakkan sayapnya dengan semangat sampai Atnasus terjengkang kaget. “Woiii… pan maring endi Lai” teriak Atnasus yang lalu tak dijawab sang malaikat karena sudah kelewat tinggi terbang. “Dasar malekat ugal-ugalan, pan mabur ora ngomong-omong, bikin kaget bae” gerutu Atnasus. “Mending enyong njukut berkas-berkas ngdisit lah karo nunggu si Lai.” Lalu Atnasus berjalan menuju kantor dewan paroki untuk mengambil semap berkas.
“Gubrak!!!!” terdengar suara nyaring yang mengagetkan Atnasus. “Aduh, pasti si malaikat itu lagi, apa maning kiye keributan sing digawe, gawat” lalu dia berlari menuju sumber suara. Ternyata di depan gereja kini ada gerobak mendoan yang masih bergoyang-goyang, sementara mamang penjualle ada disamping dengan kaki gemeretekan ketonne karena ngeri. “Hei, apa maning Lai” seru Atnasus. “Kiye, jare pengein mendoan maning, kiye tak gawakna.” Senyum bangga si malaikat seakan baru saja memenangkan lotere milyaran rupiah.  “Iya, tapi ora kaya kuwe nemen sih. Gerobakke ora sah mbok gawa mene, apa maning bakulle, Lai, Lai, kepriben donge sih. “He he he… terlalu semangat Nas.” Bela si malaikat kali ini dengan cengar-cengir.
Lalu  Atnasus membeli mendoan panas pada si bakul yang masih gemeteran. “Wis, Lai, balekna maning oh.” Kata Atnasus santai. Namun akibatnya, begitu malaikat bergerak menghampiri gerobak mendoan dan bakulnya, si bakul sudah keburu pingsan alias semaput. Dia rupanya nggak kuat membayangkan dibawa lagi terbang sekalian gerobaknya oleh si malaikat melesat di ketinggian angkasa, hiiii…..
Usai insiden bakul mendoan tuntas, artinya malaikat sudah mengembalikan gerobak dan bakulnya entah ke mana; Atnasus dan malaikat kembali terlibat obrolan yang asyik, kali ini ditemani mendoan yang masih kemepul panas, sedep nemen sung, apalagi diceplus karo tengis.

Ke rangka tulisan
Nah, Nas, gimana sekarang tentang ”Beriman, Berkumpul, Belajar, Berkembang Bersama.“ piben kuwwe ceritane.
Kaya kine, Lai, enyong pan mbagi neng 2 pasal bae. Pertama pan ngomentari karya tulis peserta, kedua tentang piben carane OMK bisa Beriman, Berkumpul, Belajar, dan Berkembang Bersama.
Karya tulis? Apa maning kuwe?
Makane rungokna dhisit Lai, sabar…
Iya iyaaaa, piben kuwe?
Begini, berdasarkan keprihatinan seperti yang tadi sudah kita obrolkan, maka salah satu mata acara temu mini ini adalah memperkaya pengetahuan dan pemahaman para peserta alias OMK akan berbagai model pendampingan OMK atau putra putri altar/ PPA. Salah satu cara tercerdas untuk mencapai pemahaman itu adalah peserta ya dilibatna dalam proses perencanaan dan pelaksanaan  model pendampingan tersebut. Sementara gitu, jelas, Lai?
Sangat jelas Nas, trus.
Sesuai kesepakatan, maka saat temu mini nanti akan dilombakan model-model pendampingan yang sudah disiapkan oleh peserta yang merupakan perwakilan 8 paroki. Nah, sebelum mereka pentas, tiap peserta ngirimna tulisan atau sing mau tak sebut karya tulis tentang model pendampingan yang akan ditampilna nanti, kaya kuwe maksudde, Lai.
Oooo… kaya kuwe, jelas jelas, mudeng enyong. Dadi mereka sebelum hari H temu mini sudah nyiapna suatu model kegiatan pendampingan PPA/ OMK, skenarione ditulis dan dikirimna lebih dulu. Dan semua itu dibalut dalam nuansa lomba, kaya kuwe kan?
Pinter nemen donge kowen Lai. Sip lah. Nah, berkas-berkas kiye sing tak gawa ini adalah karya tulis mereka. Pas kowen teka mau, karo nggawa keributan, enyong lagi mbaca-mbaca berkas kiye untuk nanti dikomentari.
Hmmm…. Gadi tambah penasaran, apa bae sing ditulis para peserta itu. Olih ngerti belih enyong Nas?
Olih bae lah Lai. Kowen pengen ngerti apane?
Pertama tentang latar belakange, kuwe wis mbok jelasna mau, trus ya apa bae sing wis direncanakna tiap peserta kuwe o, karo piben komentarme terhadap tulisan kuwe.
Konteksnya kaya kiye, karya tulis ini mengko perlu direvisi setelah ditampilna. Harapannya sih ketika dikumpulkan lagi bisa menjadi semacam panduan untuk mengisi acara-acara pertemuan OMK/ PPA.
Kaya modul ya?
Semacam itu lah, disebut modul juga bisa. Modul plus yen enyong ngarani. Soalle nggawene nganggo proses sing bisa dipertanggungjawabna sih.
Apa bae kuwe prosesse:
1.      Pertama, ada keprihatinan awal yang dihayati dengan upaya sadar membuat modul model pendampingan,
2.      Kedua, tiap OMK paroki merencanakan suatu model pendampingan,
3.      Ketiga, perencanaan tersebut dilengkapi dengan tulisan yang terstruktur,
4.      Keempat, rencana tersebut akan dieksekusi saat temu mini nanti,
5.      Kelima, tiap peserta akan mendapat umpan balik atas tulisan dan tampilannya, dan
6.      Keenam, berdasarkan umpan balik, peserta memperbaiki karya tulis alias modul pendampingan tersebut.
Wah, serius nemen yach jebulle, tak kira sederhana. Tinggal duwe ide apa sing kira-kira mambu-mambu rohani, trus ditampilna, jebule ka rumit.
Donge sih belih rumit Lai. Itu kan proses yang wajar untuk mendapatkan sesuatu yang aplikatif. Di balik sesuatu yang mbok sebut rumit tersebut sebenerre yen dijalani ya pasti penak nggawene. Kuwe kabeh sing ngrancang para pendamping tiap paroki dan panitia lho, hebat khan?
Hebat hebat sung, tapi luwih hebat maning yen kowen jelasna kriteria model kuwe kepriben?
Oh, kaya kiye, panitia nyebutte KERANGKA PENULISAN MODEL PENDAMPINGAN PPA/OMK
I.       Pendahuluan
II.     Latar Belakang
III.    Tujuan
IV.     Model Pendampingan
A.  Judul/Tema
B.  Tujuan
C.  Nilai-Nilai yang di tawarkan
D.  Waktu
E.  Bahan/Alat
F.  Jumlah Fasilitator dan Perannya
G.  Jumlah Peserta
H.  Langkah-Langkah Pendampingan
1.  Pembukaan
2.  Lagu Pembukaan
3.  Tanda Salib
4.  Kata Pengantar
5.  Dinamika Kelompok/Model-Model Penyampaian Materi
6.  Katekese / Pewartaan sesuai tema
7.  Evaluasi dan refleksi
8.  Point Belajar (Learning Point) yang di peroleh
9.  Penutup (Doa dan Tanda Salib)
V.       PENUTUP

Wah, serius nemen yach jebulle, tak kira sederhana. Tapiiii….
Tapi apa Lai?
Ketonne kok terlalu ilmiah ya? Apa pancen format terbaik kuwe seperti itu Nas?
Enyong belih ngerti piben prosesse sehingga panitia membuat format semacam itu, namun enyong meyakini itu adalah format terbaik yang dipikirkan sehingga patut dicobakan dalam kegiatan temu mini ini. Tentu saja naif mengatakan bahwa ada satu format terbaik dalam menuliskan suatu model pendampingan. Namun intinya khan gini, semua tak lepas dari apa sih yang ingin dituju dari suatu penulisan? Termasuk penulisan modul model pendampingan ini. Coba, apa nurutmu Lai tujuan tulisan tersebut?
Hmmm…. Nurutku sih yang praktis-praktis saja ya, boleh?
Boleeeehhh…. Apa sih yang nggak boleh untuk malaikat sepertimu, Lai?
Heh, jadi pengen malu nih.
Sudahlah, apa nurutmu?
Kumpulan tulisan model pendampingan itu akan digunakan sebagai sumber inspirasi bagi kelompok OMK Lain dalam membuat berbagai kegiatan pertemuan OMK. Intinya, dengan membaca tulisan atau modul tersebut, orang Lain bisa juga membuat acara yang serupa. Begitukah Nas?
Betul sekali, pinter nemen sih kowen saiki, Lai. Namun yang lebih penting itu tidak sekedar orang lain membuat acara yang serupa atau mirip, tetapi nilai-nilainya tetap bisa tersampaikan secara baik. Itulah sebabnya formatnya lumayan detil, Lai. Salah satunya supaya yang akan meniru bisa lebih persis memersiapkan diri, mulai dari urusan teknis sampai pesan-pesan atau learning point yang ditargetkan.
Ya ya ya mudeng enyong Nas. Sekarang kepriben hasil sing dikirim para peserta kuwe?
Penasaran ni yeeee….
Ya iya lah, gagiyan, apa bae model sing direncanakna para peserta kuwe?
Sabaaarrr Lai. Enyong ora pan ngomentari semua aspek, tapi njukut poin-poine bae secara menyeluruh, lagipula kiye kan nembe tulisan pertama, mengko egin pan disempurnakan maning. Sebenerre lumayan abot juga lho ngomentari hal-hal kaya kuwe, kecuali ketemu langsung karo sing nggawe; tapi tak jajal ndisit lah. Soalle khan tujuan mereka nggawe tulisan supaya bisa dienggo maning, yen misalle kita-kita sing mbaca bae pada bingung, kepriben pan diterapna? Bener belih Lai?
Bener-bener Nas. Artinya ketika yang mereka tulis itu informatif maka peluang untuk menduplikasi kegiatannya sangat terbuka lebar.
Nah, iya, kaya kuwe maksudde, Lai. Ben ora mumet, pertama-tama tak gawe matriks kedelapan modul model tadi ya. Tidak semua aspek kumasukkan, tapi cukup 5 bae yang krusial; walau sebenranya semua aspek itu pasti mestinya saling terkait dan dukung mendukung.
Apa bae 5 aspek kuwe, Nas?
1.      Judul/ tema; kiye jelas lah ya nggo acuan semua yang nanti menyertainya.
2.      Tujuan; kiye juga jelas mestine oh, tujuan ini khan nggo parameter keberhasilan.
3.      Nilai-nilai; sebagai isi atau dagingnya lah istilahe.
4.      Dinamika; sebagai hal yang mungkin paling dominan diingat oleh peserta, dan terakhir
5.      Katekese; ini sebagai roh yang membedakan antara kegiatan yang profan atau rohani.
Kaya kuwe ya?
Iya kaya kuwe Lai, disederhanakan bae ben belih mumet. Soalle kakeyan aspek apa maning sing pada atau mirip-mirip malah bisa bikin kabur esensi.
Trus…
Terus terus bae, kiye ndisit kon baca ringkasanne.
Neng endi?
Pokokke goleti dewek lah ya.


____________BERSAMBUNG_______________



Tidak ada komentar:

Posting Komentar