Sabtu, 28 Februari 2015

Konsep Acara TAKM 2004 _ 4/9


Konsep Acara

Gimana konsepnya? Temuan dari Komkep atau panitia?
Secara prinsip ide dari komisi yang dilaksanakan oleh panitia, toh semua anggota Komkep terlibat pada kepanitiaan. Begini ceritanya, eh konsepnya. Berdasarkan pengalaman TAKM sebelumnya, peserta bisa tembus di atas 800 orang, demi alasan teknis maka kita mencoba membatasi peserta dalam jumlah yang masih bisa dikelola secara baik.
Lho kok dibatasi, kasihan yang tidak bisa ikut, dong. Diskriminasi itu namanya.
Eh…. kok langsung sewot gitu Kamu , Lai.
Iya dong. Itu khan acara akbar 4 tahun sekali, puncak acara kaum muda di keuskupan. Masa untuk ikut saja dibatasi, banyak yang kecewa dong.
Boleh-boleh saja ada yang berpendapat begitu. Namun ingat, Kita membatasi 1000 orang peserta, seribu itu banyak juga, Lai. Apalagi ini di Sumatera bagian selatan, bukan di Jawa yang populasinya jauh lebih banyak. Kamu sebagai malaikat tentu lebih tahu, khan.
Hmmmm… lalu?
Berprinsip keadilan, kami adakan penjatahan dengan kuota peserta.
Kuota?
Ya, kuota peserta. Begini, lebih jelasnya kamu lihat di Proposal TAKM 2004 seperti pada surat edaran yang dulu kami bagikan pada seluruh pastor paroki, pendamping OMK dan ketua mudikanya. Isi surat itu tentang persiapan kegiatan TAKM 2004, khususnya program Road To Tegal Arum.
Malaikat lalu menerima salinan surat edaran seperti yang Atnasus maksud, setelah dibaca disimpannya salinan itu di sayapnya, sreep sreep.
Omong-omong kapan dokumen tersebut diedarkan?
Bulan November 2003, dalam acara Temu Pendamping dan Tokoh Mudika KAPal dokumen tersebut diedarkan. Dokumen itu disatukan dalam buku pendampingan kaum muda.
Wow, ada buku panduannya segala.
Ada, saat itu kami buat dua, 1 buku panduan tentang pendampingan kaum muda secara umum yang secara resmi diedarkan bulan November 2003 itu. Saat TAKM juga ada buku petunjuk pelaksanaan.
Seusai urusan TAKM, saya juga akan tanya tentang buku panduan itu, menarik, Nas.
Boleh, nanti Kita ngobrol juga tentang pola pendampingan Komkep KAPal, terutama sejak tahun 2000 sampai sekarang.
Boleh tahu inti-intinya, Nas?
Ada temu pendamping, buku panduan, TAKM tiap 4 tahun, pelatihan-pelatihan, pendampingan pendamping, kursus outbound, Muskada 2007 dan Muskada 2009, dan lain-lain.
Itu dilakukan di tiap paroki atau di mana? Lalu ada Muskada, apa itu?
Pola pendampingan yang saya sebut tadi adalah kegiatan di tingkat keuskupan, kalau menyebut yang di paroki lebih banyak dan beragam, Lai. Muskada itu musyawarah kaum muda. Nantilah pada saatnya saya ceritakan. Kalau ngobrol sekarang, tentang TAKM 2004 saja belum selesai, belum cerita tentang TAKM 2008. Masih panjang, Lai…
Iya benar Kau, kawan. Tadi kita ngobrol sampai konsep, dalam mewujudkan gagasan/ konsep yang telah ditetapkan setahun sebelumnya maka diadakanlah RTA.
Ya, benar.
Trus bentuk kegiatannya Saudara apakah sesuai konsep tersebut?
Gini, Lai. Saya cuplik saja dari teks proposal acara tersebut yach. Kalo mau tahu lengkapnya bisa baca di Surat Edaran Road to Tegal Arum
Proposal tersebut diluncurkan 28 Juni 2004, sekitar 4 bulan sebelum pelaksanaan. Proposal digunakan sebagai pemberitahuan dan undangan resmi ke tiap paroki, serta yang penting juga untuk penggalangan dana.
Atnasus lalu memberikan salinan proposal yang setelah dibaca malaikat, disimpannya di salah satu sayapnya. Namun tak lama malaikat seperti tersengat sesuatu sehingga dia secepat kilat mengeluarkan 2 dokumen yang sudah disimpan di sayapnya lalu membandingkannya.
Eit, tunggu dulu, Nas. Ada yang nggak sinkron, jumlah kuota di surat RTA dan proposal, kok nggak sama?
 Itulah, Lai. Memang ada sedikit perbedaan jumlah, namun secara prinsip kuota tetap sama. Namanya ada perkembangan, maka kita lalu membuat beberapa penyesuaian antara rencana RTA dan yang ditulis di proposal.
Ooooo, gitu, toh, Nas.
Iya, gitu. Lai.

---------- b e r s a m b u n g  ke bagian 5 ---------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar