Jumat, 27 Februari 2015

Renstra Dekanat pada TAKM 2004 _9/9


Renstra Dekanat

Hari Minggu, 17 Oktober 2004 dibuka dengan renungan pagi lalu sarapan. Setelah itu pukul 8 sampai 10 pagi ada kegiatan renstra dekanat, final olahraga dan latihan koor misa penutupan.
Eh… ceritakan satu demi satu dong, Nas, terutama renstra dekanat.
Renstra Dekanat itu gini latar belakangnya. Kondisi geografis tiap paroki mayoritas berjauhan, sehingga untuk koordinasi antar dekanat cukup memakan energi. Misalnya di daerah Jambi untuk menuju paroki tetangga dari Jambi ke Muara bungo diperlukan waktu sampai 3 jam lebih. Dari Curup ke Bengkulu yang bertetangga perlu 2 jam dan sebagainya. Nah… di forum TAKM ini hampir semua paroki ada, kami melihat ini momen yang pas supaya antar paaroki dalam 1 dekanat dapat bertemu, berkoordinasi untuk merencanakan strategi kegiatan bersama.
Ada arahan tertentu dari Komkep atau keuskupan?
Tidak ada, kami hanya memfasilitasi pertemuan, sedangkan materi pertemuan dikelola oleh pengurus. Jadi senyampang mereka bertemu, sekaligus berkoordinasi. Bahkan tidak menutup kemungkinan ada kerjasama dengan dekanat lain.

Bagus juga konsep senyampang itu…. Namun kalau melihat jadwal yang sangat padat, mengingat renstra itu penting, sementara juga ada final olahraga, lalu latihan koor, apa semua berjalan lancar?
Itu juga salah satu kelemahan kami, kami pikir mudah mengarahkan acara, namun lokasi yang berjauhan cukup merepotkan kami. Untung renstra dan final olah raga tercapai, sedangkan latihan koor tidak diikuti semua peserta. Mana sudah ada yang berkemas untuk pulang lagi.
Kenapa sudah ada yang berkemas? Khan acara belum selesai.
Supaya cepat, karena ada daerah-daerah tertentu kalau terlalu sore pulangnya bisa tengah malam sampainya. Jadi tenda dan perangkatnya sudah dikemasi sehingga setelah misa bisa langsung berangkat, eh pulang.
Setelah itu acara penutupannya misa yah…?
Ya, sebelum misa disampaikan pengumuman-pengumuman dan pemberian hadiah bagi kontingen pemenang. Tak lupa arahan dari panitia maupun Komisi Kepemudaan yang mewakili keuskupan.
Misa Penutupan TAKM 2004 bersama Uskup Agung Palembang

Hadiah untuk apa saja, Nas?
Sepak bola, bola voli putra dan putri, tenda terbaik, pentas seni terbaik dan akhirnya berdasarkan akumulasi tadi ditetapkan 3 kontingen atau paroki tergiat selama TAKM. Ada kisah menarik ketika kami dari panitia memberi sambutan akhir.
Apa itu…?
Cukup banyak peserta komplain ke panitia yang dinilai tidak profesional dalam bekerja, setengahnya mencemooh dan protes.
Pasal apa?
Terutama outbound hari kedua yang dianggap kacau, lebih mirip pasar malam. Memang kami akui itu, sehingga peserta menjadi tersiksa, terutama kepanasan, soalnya banyak main di lapangan terbuka.
Lalu Kamu bilang apa Nas pada peserta?
Pertama kami minta maaf karena kekacauan itu. Tentang dianggap tidak profesional kami juga minta maaf ke ratusan peserta itu, saya sampaikan memang tidak ada sekolah yang membuat panitia menjadi profesional maka segala proses tersebut supaya menjadi pelajaran bagi panitia. Sebagai bentuk penyesalan, saya panggil semua panitia untuk berdiri berjajar di depan peserta di tengah terik matahari, berjemur seperti yang dirasakan peserta saat outbound hari kemarin.
Hmmm…. Nekat juga Kamu Nas.
Ndak apa-apa, Lai. Momen itulah yang membuat pembelajaran bagi kami ketika membuat outbound, supaya lebih memperhitungkan banyak hal. Pengalaman menunjukkan apa yang rapi tertulis di kertas perlu ditransfer semaksimal mungkin pada para fasilitator serta peserta sehingga dapat terjadi sesuai rencana.
Oke deh, nanti pada kesempatan lain Kamu cerita lebih detail yah. Setelah acara penjemuran itu apa lagi?
Baru misa penutupan, dipimpin Monsinyur Aloysius Sudarso, SCJ. Model ekaristinya ala kaum muda ketika bacaan, persembahan, maupun lagu-lagunya. Khan sudah latihan. Meriah deh, Lai. Banyak pula umat stasi yang ikut.
Bagaimana kepulangan peserta Nas, apa dikoordinir panitia?
Seperti saat berangkat, mereka pulang dengan koordinasi paroki sendiri. Beberapa paroki berangkat dan pulang bersama. Alat angkutnya pun macam-macam, ada yang sewa bus, mobil, truk, bahkan ada yang dipinjami bus pemda. Yang naik sepeda motor juga ada. 



Pulang pulang pulaaaannggg...

Ini hal terakhir, Nas. Mengenai pembiayaan. Untuk acara sekaliber itu pasti perlu dana besar. Bagaimana pemenuhannya?
Iuran peserta itu wajib, tidak besar, hanya cukup untuk perhitungan makan mereka, kalau tidak salah 60 ribu per orang. Lalu iuran dewan paroki, terutama paroki di kota. Ada juga iuran dari 3 dekanat. Subsidi dari keuskupan tentu ada. Sisanya diupayakan dari sponsor dan donatur. Kebutuhan terbesar adalah untuk makan. Namun Kami punya tradisi mengumpulkan sumbangan berupa bahan makanan mentah dan bumbu dapur. Ada paroki, perusahaan, maupun pihak lain yang menyumbang gula, minyak goreng, telur, beras, dan lain-lain. Hal itu cukup meringankan pendanaan. Perlu diketaui, bahwa untuk datang ke lokasi, diperlukan biaya transportasi yang lumayan banyak, bahkan ada yang mencapai perhitungan 100 ribu per orang pergi-pulang. Kamu khan masih ingat penjelasanku, Lai. Banyak paroki yang jauh dari lokasi, dan memerlukan berjam-jam untuk mencapainya.



Peta Kerja Panitia

Kayaknya cukup deh Nas, tentang operasional TAKM 2004. Menarik, dengan konsep yang macam-macam, walau tidak semua berjalan mulus. Sungguh suatu kerja keras. Saya ingat waktu itu suasana begitu ramai dan meriah. Untuk mengakhiri sesi ini, tolong sekali lagi petakan jadwalnya, dong Nas.
Gini, Lai gambarannya.

14 bulan sebelum Temu Akbar berlangsung diadakan kesepakatan dengan tuan rumah sebagai lokasi penyelenggaraan. Setelah itu baru dibentuk panitia. 11 bulan sebelumnya diadakan sosialisasi konsep dan teknis acara ke seluruh pendamping kaum muda dan pastor paroki, sekaligus pencanangan Road To Tegal Arum/RTA.
1 bulan sebelumnya diadakan koordinasi persiapan pelaksanaan dengan perwakilan seluruh paroki. Saat itu juga diumumkan berbagai pemenang lomba RTA. Dalam jangka 4 bulan terakhir diadakan belasan kali rapat, baik yang bersifat tiap bidang, maupun 3 kali pleno, serta sekali koordinasi dengan dewan pendamping.
Oke, sip. Kayaknya sudah terpuaskan aku dengan peristiwa sekian tahun lalu, Nas. Kalo ada apa-apa yang masih terlupa boleh khan aku hubungi kamu lagi.
Oooo boleh dong, Lai. Ternyata malaikat bisa lupa juga yah. Ha ha ha….
Hus…sudahlah. Kini aku ingin tahu peristiwa 4 tahun setelah itu, karena ditempat yang sama aku juga melihat keributan yang sama. Pasti kerjaan kamu dan kawan-kawan, khan Nas.
Benar, Lai. 


serius mengatur di ruang sekretariat

kerja bareng

istirahat


-------berlanjut ke  TAKM 2008, Mau? ------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar