Sabtu, 13 Agustus 2011

Outbound di Sawah, Siapa Takuuut.


 Pengalamn memanfaatkan kondisi alam untuk pengembangan diri, dialami Atnasus ketika mendampingi outbound mudika di distrik Cubengtuling (Curup, Bengkulu, Tugumulyo, dan Lubuk Linggau) yang sedang mengadakan acara 2 tahunannya. Semua daerah yang disebut tadi masuk dalam Dekanat III Keuskupan Agung Palembang, separo masuk provinsi Bengkulu, separo lagi ada di Provinsi Sumatera Selatan. Tahun 2009, acara dilaksanakan di stasi Arga Makmur, Bengkulu.

Ketika itu ketika Komkep diminta mengisi acara outbound. Sekali Martin survey, sekali rapat dengan tim inti di Palembang, sekali kontak dengan panitia lokal, sekali lagi survey pada H-2, dan sekali briefing dengan seluruh fasilitator, jadilah outbound itu. Mengapa outbound? Panitia sudah mempunyai cara pikir tersendiri, mengapa outbound dijadikan suatu materi. Alasan kerjasama, kepemimpinan, dan keakraban adalah hal yang wajib ditingkatkan dalam acara tersebut. Waktu 3 hari 2 malam dengan berbagai acara dan materi menjadi arenanya, dan outbound menjadi salah satu andalannya. Berhubung panitia lokal sudah mengurusi banyak hal, maka khusus outbound dimintakan pendampingan dari Komkep, no problem.

Kisah ini hanya akan membatasi pada pemanfaatan kondisi alam untuk menunjang kegiatan outbound. Cerita tentang skenario dan teknis outbound mudah-mudahan bisa kita nikmati dalam lain cerita.

Flying fox, memanfaatkan pohon kelapa, dan pohon-pohon lain yang telah ada di lokasi berbukit dan lembah
·       
  Domba serigala, memanfaatkan sawah yang telah dipanen, lembut, berrumput, dan menjebak terperosok jika kurang hati-hati.
Trust fall memanfaatkan beda ketinggian terasering sawah
Menara air memanfaatkan air sawah

Tanaman beracun pada sungai berair jernih, sehingga tak ragu peserta untuk masuk ke air

Bola olala memanfaatkan kolam irigasi
Bom nuklir menggunakan batu, serat dahan pisang, dan botol bekas air minum.
Titian tali memanfaatkan pohon-pohon pinang, serta kedalaman sawah

Atnasus merancang 12 pos dalam 3 area, darat, laut, dan udara, yang masing-masing diisi 4 pos. Diatur sedemikian rupa sehingga area menyerupai segitiga besar. Ada bukit, kebun kelapa sawit, kebun kopi, ladang, sawah dengan padi menghijau, sungai, bukit, dan semak semak. Diantara segala keindahan lam itu, 200 orang lebih bergembira bermain dari pukul 6 pagi sampai setengah 12. Pada tengah hari seusai segala permainan yang melelahkan namun mengasyikkan, setelah diadakan refleksi proses oleh martin, makaaaaaan. Dimana? Yha di kebun sawit, berteduh di kerindangan pohon kelapa sawit. Bagaimana teman-teman, sederhana dan mudah bukan? Namun sebagai catatan, Komkep Keuskupan Agung Palembang bisa melakukan demikian setelah pengalaman melakukan berbagai pendampingan outbound puluhan kali sejak tahun 2003 sampai 2009. Salah satu manfaatnya adalah dapat merancang kegiatan secara efektif dan efisien.

Pipa Bocor dengan air dari sungai.

Permainan Kreativitas dan konsentrasi, bertempat di dangau sawah.

Tapak Bumi di bawah gerumbul pohon

Susun Huruf di tanah lapang berrumput.

Hulahop 3 jurus, di padang gembalaan, dengan selingan pupuk alam peninggalan sapi-sapi.


Kisah ini mudah-mudahan menjadi satu inspirasi bagi Kita, bahwa untuk merancang outbound, dapat dilakukan dimana pun. Ada kalanya Kita terikat pada suatu lokasi untuk penyelenggaraan acara, sehingga bagi Kita, bijaksana jika tiap mata acara menyesuaikan dengan lokasi tersebut. Pilihan ada pada Kita, mau merutuki lokasi kegiatan, atau membuat lokasi yang ada menjadi sarana pengembangan rohani secara efektif. Bisa kok.

Makan siang bersama di kebun sawit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar