Kamis, 04 Agustus 2011

Paku di Wajah Yesus


 Sttt…….. Tahukah, teman bahwa ada satu metode untuk menyadarkan kita bahwa sering kita sudah melukai Yesus dengan perbuatan-perbuatan kita, disengaja atau tidak. Begini alur sebelumnya. Ada satu proses atau momen yang membawa kita sadar bahwa banyak hal yang perlu Kita perbaiki supaya dapat hidup lebih beriman. Ada juga dosa-dosa yang harus kita tanggalkan. Proses tersebut bisa berupa pemberian materi, renungan, jalan salib atau semacamnya. Pengkondisiannya adalah upaya peserta kegiatan menyadari bahwa dia perlu berubah, meninggalkan segala sesuatu yang  buruk.

Dosa dapat digambarkan dengan sebuah paku yang akan ditancapkan dalam kayu sebuah papan yang dilapisi kertas. Tiap dosa yang kita lakukan ditunjukkan dengan memakukan paku ke papan tersebut, bisa bervariasai, misal ada paku besar untuk dosa besar, paku kecil untuk dosa kecil. Bisa juga kalau merasa banyak dosa, maka memakukan paku lebih banyak daripada jika dosanya sedikit. Inti prosesi itu dulu tiap peserta secara bergilir, setelah menyadari kedosaannya menancapkan paku di papan sebagai simbolisnya. Dalam hal ini, untuk memperlancar proses yang mungkin agak lama (karena antri) sebaiknya dikondisikan supaya peserta tidak malah bosan, mengantuk, bahkan (ya ampuuuun) malah tertidur.

Sesudah semua peserta menancapkan paku, usahakan di sekujur papan, maka fasilitator dapat memberi renungan bahwa paku-paku yang tertancap itu melambangkan dosa-dosa manusia. Dosa dapat mengakibatkan  konsekuensi tertentu, apakah itu? Lalu fasilitator mulai membuka/menyobek kertas yang menutupi papan kayu tersebut.. paku akan tetap tertancap karena dileksakkan dengan palu/batu sehingga tidak akan terlepas. Setelah semua selubung kertas terkoyak, apa yang tampak dibaliknya? Gambar Yesus. Gambar Yesus yang kini sudah dipenuhi paku-paku, makin banyak paku yang tertncap di wajahnya, makin membuat ngeri jika dibayangkan orang/manusia yang hidup ditanjapi paku sedemikian rupa. Biasana ada peserta yang kaget/histeris/shok, siap-siaplah fasilitator menanganinya.

Inti dari prosesi yang perlu disampaikan oleh fasilitator adalah bahwa ketika kita berbuat salah/dosa, itu sama saja kita mencederai Yesus, sadar atau tidak. Tiap dosa yang kita lakukan membuat Yesus terluka, padahal dialah yang akan menebus kita dari dosa, kok tega-teganya kita? Visualisasi gambar Yesus ditembusi paku menjadi inspirasi yang efektif untuk mengatakan betapa sialnya nasib Yesus itu karena ulah manusia. Kurang lebih itulah yang perlu disampaikan fasilitator terkait prosesi yang lalu dilanjutkan dengan sesi penyadaran  diri, pengakuan dosa, atau apalah.

Cara yang sederhana, dapat kita gunakan untuk menghasilkan efek yang menohok nurani. Tak perlu hingar-bingar dan hanya mengejar kerumitan, namun lebih pada visualisasi untuk menghentak emosi.  Ketika kita sudah punya konsep penyadaran dengan metode yang efektif, persiapkan suasana sehingga menunjang proses tersebut. Tak lupa kita juga menyiapkan penjelasan/penyadaran dengan kata-kata yang tepat. Tak perlu panjang, karena visualisasi dalam proses sudah lebih banyak mewakili apa yang perlu disadari oleh peserta kegiatan. Sedikit kreativitas dapat meningkatkan kualitas pendampingan kita, namun banyak memberi manfaat. Selamat memaku, lho…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar